Sabtu, 03 Desember 2011

4 ALASAN DEKAT DENGAN ANAK

Saat anak-anak masih kecil, sebagian orang tua suka mengeluh soal anak-anaknya. Mereka merasa terganggu kesibukannya karena anak-anak belum mandiri, belum mau makan, tidur atau mandi sendiri. Tidak jarang mereka protes ketika sekolah mengadakan kegiatan yang mengharuskan orang tua mengantar-jemput, atau bahkan menemani di sekolah.
Sebagian orang tua merasa enggan ketika harus mengantar-jemput anak ke sekolah, kursus, atau les. Banyak orang tua merasa terlalu sibuk untuk menemani anak belajar dan memilih mengudang guru les privat ke rumah. Sebagian lagi memilih membiarkan anak-anaknya memilih kegiatannya sendiri, bermain apa saja, sesukanya, asal pulang ke rumah saat malam tiba.

Rabu, 30 November 2011

PROBLEM SDM SEKOLAH SWASTA DI PEDESAAN

Mengelola sekolah swasta saat ini bukan hal mudah, apalagi bila letak sekolah berada di pedesaan. Berdasarkan pengalaman kami, banyak masalah yang harus dihadapi dalam mengelola sekolah swasta. Dibutuhkan kekuatan mental dan kemauan untuk terus mengasah pengetahuan dan ketrampilan agar sekolah swasta dapat terus eksis, terlebih lagi bila berharap mampu bersaing dengan sekolah lain.
Problem-problem umum yang selama ini mengemuka dalam mengelola sekolah swasta di pedesaan mestinya ditelusuri dari 10 unit analisis yang biasa digunakan dalam pengembangan sekolah. Kali ini masalah tersebut hanya ditelusuri secara sederhana dari aspek-aspek yang selama ini kami pandang sebagai aspek menonjol.

Minggu, 27 November 2011

PERINGATAN PERTAMA

Selama lima belas tahun menjadi dosen, belum pernah sekalipun aku memperingatkan mahasiswa baik soal disiplin kehadiran, berpakaian ataupun ketertiban dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Setiap kali ada mahasiswa terlambat hadir di kelas, kuliah hanya mengenakan kaos atau sandal jepit, aku tidak pernah menganggapnya sebagai peristiwa yang istimewa. Aku selalu mengaca pada diriku sendiri saat jadi mahasiswa dulu, yang kurang lebih sama dengan mereka.
Hari ini, Senin 22 Maret 2010, adalah hari pertamaku masuk kelas Pembelajaran Bahasa Inggris. Ini pertama kalinya aku memegang matakuliah ini. Sejak pertama kali menjadi dosen, aku selalu menghidar untuk mengajarkan matakuliah bahasa asing. Tentu saja bukan karena aku tidak menguasainya, melainkan karena sedikit ego akademik.Orang-orang seperti aku biasanya merasa kurang respek, kurang bergengsilah bila mengajarkan mata kuliah bahasa. Kesannya kurang tertantang, seperti jadi guru sekolah/madrasah saja, bukan dosen.
Sejak perubahan formasi dosen, di mana aku ditempatkan di program sudi PGMI, aku tidak dapat menghindar lagi dari keharusan mengajarkan materi-materi kuliah semacam mata kuliah bahasa asing. Aku bahkan menyadari harus menyesuaikan diri dengan suasana akademik bagi para calon guru sekolah dasar atau Madrasah ibtida’iyah tersebut. Kesan angker dan intelek harus kusisihkan jauh-jauh dari suasana perkuliahan, dengan harapan mahasiswaku kelak juga akan terbiasa membangun suasana rileks dalam mengelola pembelajaran.
Setelah beberapa kesan santai kumulai, ada satu mahasiswa, sebut saja Fulan, yang kelihatan sama sekali tidak respek dengan kegiatan yang aku bangun. Bahkan saat yel kelas berulangkali dikumandangkan, dia sama sekali tidak merespon. Dia terus berbicara, bercanda dan mengganggu mahasiswa lain, tanpa mempedulikan apapun yang aku sampaikan.
Meski ini perkuliahan pembuka yang hanya menyampaikan hal-hal umum dan contoh-contoh kasus, aku mencoba membawa mahasiswa pada analisis sederhana mengenai beberapa model pembelajaran bahasa asing. Di antara yang aku kemukakan adalah contoh pembelajaran bahasa asing melalui lagu.
Ketika aku memberikan contoh lagu dan maknanya bagi pembelajaran bahasa Inggris di MI, aku bertanya pada mahasiswa mengenai nilai edukatif minimal dalam pembelajaran lagu. Mengingat saat bertanya si Fulan bercanda sangat keras, pertanyaan langsung kutujukan kepadanya. “Apa yang didapat siswa, mas?”
Kontan dia tergagap dan menjawab sekenanya, “A, pak” Sebuah jawaban ngawur dan melecehkan. Mungkin maunya membuat lelucon, tetapi dengan cara melecehkanku. Langsung saja aku katakan padanya, “Anda boleh keluar dari kelas saya kalau anda mau.... silakan..., bla… bla… bla…”
Aku tak peduli apapun alasannya, yang jelas hanya sekenanya dan mengada-ada. Akhirnya sekalian aku tegaskan, bahwa siapapun boleh tidak ikut di kelasku, bila tidak merasanya nyaman dengan perkuliahanku. Dia bisa mengambil kuliah pada dosen lain atau minta nilai C saja tanpa perlu kuliah.
Sejak pertama kali jadi dosen, ini pertama kalinya aku memperingatkan mahasiswa dengan nada sedikit tegas. Ini juga pertama kalinya ada mahasiswa yang meremehkan kelasku. Aku tak tahu apa yang mereka pikirkan dengan tindakanku. Aku sendiri tak nyaman harus melakukannya, karena pernah berfikir akan mengingatkan mahasiswa dengan cara ini.
Aku sama sekali tidak membencinya, meski terasa berbeda karena ini pertama kalinya aku memberi peringatan. Lagi pula sebenarnya sudah kwajibanku sebagai pengajar untuk mengingatkan mereka. Out of all, aku berharap dapat membangun suasana perkuliahan yang sedikit berbeda, rileks seperti mengajar sekolah dasar, agar kelak mereka juga dapat melakukan hal yang sama dan lebih efektif saat jadi guru sesungguhnya.

Sabtu, 26 November 2011

KARAKTERISTIK KEPALA SEKOLAH ENTERPRENEUR

Kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur ditandai dengan beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut kurang lebih sama dengan karakteristik yang umumnya dimiliki para enterpreneur. Bedanya, mereka mencurahkan perhatiannya pada persoalan pendidikan, sementara para enterpreneur lebih fokus pada pengembangan ekonomi. Kemampuan enterpreneurship kepala sekolah bukan mustahil menghasilkan keuntungan yang bernilai ekonomi, meski tidak sebesar hasil kerja para enterpreneur di bidang ekonomi.
Di antara karakteristik kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur adalah: (1) Percaya diri, (2)  Kreatif, (3) Berorientasi pada hasil dan kepuasan kerja, (4)  Berani mengambil resiko, (5) Mampu memimpin secara efektif, (6)  Orisinil, dan (7)  Berorientasi masa depan.

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH: ENTERPRENEURSHIP

Enterpreneurship merupakan salah satu kompetensi yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah. Dengan kompetensi tersebut kepala sekolah tidak hanya dituntut berjiwa pendidik, melainkan juga memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu daya kreatif dalam membaca dan memanfaatkan peluang sehingga mampu mengambil keuntungan. 
Istilah enterpreneurship memiliki konotasi berbeda bagi kebanyakan orang. Di antara pengertian dari istilah yang berasal dari bahasa Perancil tersebut adalah daya kreatif untuk mengembangkan visi, ide dan solusi, serta keberanian mengambil resiko demi memanfaatkan peluang, memperoleh keuntungan dan kepuasan.
Seorang enterpreneur merupakan pribadi yang kreatif dan dinamis. Mereka memiliki visi yang kuat, mampu merespon perubahan dengan kreasi-kreasi positif, unik dan menguntungkan. Mereka mampu merealisasikan ide kreatif ke dalam realitas.

Jumat, 25 November 2011

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.

Senin, 21 November 2011

KEBERHASILAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran di sekolah merupakan usaha mengantarkan siswa pada tujuan atau mencapai hasil tertentu. Tujuan atau hasil yang diharapkan dalam pembelajaran dijabarkan dalam tujuan pembelajaran atau indikator keberhasilan sebagaimana ditetapkan dalam silabus yang pelaksanaannya dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dengan demikian, pada hakekatnya pembelajaran di sekolah merupakan sebuah proses atau kegiatan yang memiliki tujuan atau target. Ada kalanya kegiatan pembelajaran berhasil, tetapi tidak jarang mengalami kegagalan dalam mengatarkan siswa mencapai tujuan atau target yang ditetapkan.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...