Tampilkan postingan dengan label POLITIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label POLITIK. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Januari 2025

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi

Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang dan selama menjadi presiden. Bahkan sebaliknya, beberapa pihak tak henti menyerang Jokowi dengan berbagai framing dan narasi, serta melibatkan banyak tokoh termasuk para influencer politik yang dulu menjadi pembela Jokowi.

Secara bombastis beberapa tokoh bahkan membangun narasi seakan ada kejahatan besar Jokowi dan keluarganya yang bakal dibongkar. Mereka mengklaim menyimpan data-data kejahatan Jokowi dalam bentuk file dan video, yang konon bakal mengguncang negeri ini, meski sampai detik ini baru sebatas omong kosong belaka.

Situasi saat ini mirip dengan masa-masa menjelang Jokowi maju sebagai calon presiden lebih dari sepuluh tahun silam, tapi sejauh ini tidak ada kasus besar yang benar-benar signifikan untuk secara nyata dapat digunakan untuk menghabisi Jokowi. Framing dan narasi yang bertebaran bahkan lebih didominasi hoax dan isu-isu remeh-temeh yang berpretensi melecehkan dan merendahkan.

Serangan bertubi-tubi terhadap Jokowi memunculkan tanda tanya besar tentang apa yang sebenarnya terjadi, terutama bagi masyarakat yang sampai detik ini masih mengelu-elukan Jokowi.

Balas Dendam Politik 

Serangan terhadap Jokowi merupakan aksi balas dendam yang dilakukan oleh orang-orang gagal dan pecundang politik di negeri ini. Penggerak utamanya adalah para pecundang pilpres dan pilkada 2024, yang tidak dapat menerima kekalahan dengan lapang dada. Pimpinan, tokoh-tokoh dan kolega partai politik yang sebelumnya merupakan pendukung Jokowi sendiri sangat bernafsu menghukum Jokowi yang dituding sebagai biang kekalahan dalam pilpres dan pilkada.

Serangan besar-besaran dilancarkan dari berbagai penjuru, melibatkan semua elemen dan kekuatan politik yang mereka miliki. Beragam tokoh, influencer hingga buzzer dikerahkan untuk membangun framing, narasi bahkan hoax digunakan untuk menghajar Jokowi dengan segala cara. Buka hanya Jokowi pribadi, serangan dilakukan secara membabi-buta hingga mengenai anak, isri dan andakata mungkin pasti diarahkan pula pada cucu-cucu Jokowi.

Serangan semakin bergema karena sudah pasti memancing para pecundang politik semasa Jokowi berkuasa turut bergerak. Mereka adalah kelompok dan orang-orang gagal dan terisisih dari pentas politik di era kepemimpinan Jokowi, yang hari-harinya diliputi kegagalan demi kegagalan dalam menjegal Jokowi.

Serangan masssive dari partai pendukung Jokowi membuat mereka kembali bersemangat meluapkan antipatinya pada Jokowi. Tidak heran bila orang-orang yang kembali berkoar-koar menyerang Jokowi di media massa, media sosial bahkan menggerakkan demo di lapangan masih wajah yang itu-itu lagi.

Pengalihan Isu

Serangan Jokowi semakin massive sejak pimpinan partai yang sebelumnya menjadi pendukung Jokowi dinyatakan sebagai tersangka di KPK. Seperti kasus Marzuki Ali yang dipenuhi banyak drama beberapa tahun silam, fenomena serupa sepertinya berulang kembali pada kasus yang menimpa pimpinan bekas partai pendukung Jokowi. Selain beberapa kali mangkir dari panggilan KPK, tokoh-tokoh yang resmi dinyatakan terlibat pada kasus korupsi PAW berusaha keras mengalihkan isu dengan beragam drama dan cerita.

Tokoh-tokoh pendukung partai tidak kalah heboh membangun narasi yang sepertinya ditujukan untuk mengintimidasi Jokowi dan tokoh-tokoh yang dekat dengannya. Dalam beberapa podcat, tokoh-tokoh anti-Jokowi membangun narasi seakan memiliki bukti kejahatan Jokowi dan koleganya berupa file maupun video, meski sampai kini tidak pernah faktanya.

Sebagian tokoh tersebut bahkan membuat informasi sarkastik dan melecehkan anak dan istri Jokowi dengan cerita-cerita tidak masuk akal, kemudian diframing dan dinarasikan oleh para buzzer partai di media sosial. Sepertinya mereka sudah kehilangan akal sehat hingga membuat beragam hoax dan narasi jahat melampaui batas-batas etika. Padahal si penyebar informasi adalah perempuan yang dipertanyakan reputasi moralnya.

Meski demikian, berkat narasi-narasi itulah media massa dan media sosial lebih ramai oleh berbagai narasi tentang Jokowi, penolakan PIK2 dan berbagai framing merendahkan keluarga Jokowi. Hasilnya, kasus hukum yang menjerat pimpinan partai tersebut relatif tersisih dari perhatian publik, meski tampaknya KPK tak bergeming dan terus melanjutkan tugasnya.

Menghapus Pengaruh Jokowi 

Meski bukan lagi presiden, kepemimpinan Jokowi mencatatkan banyak pencapaian yang melampaui presiden-presiden sebelumnya dan sepertinya hampir mustahil disamai oleh presiden sesudahnya. Tidak mengherankan bila di akhir masa jabatannya Jokowi mendapatkan rating kepuasan tertinggi sepanjang sejarah republik ini. Pengaruh Jokowi (Jokowi effect) bahkan menjadi modal paling menentukan bagi Prabowo dalam memenangjan pertarungan Pilpres dengan skor fantastis.

Sayang sekali pencapaian Jokowi berbanding terbalik dengan pencapaian bekas partai yang semula menjadi pendukungnya. Partai tersebut justeru terpuruk bahkan mengantarkan pimpinan partainya berhadapan dengan KPK, yang semakin memanaskan amarah dan ambisi besar untuk menghukum Jokowi sekeras mungkin yang mereka bisa.

Secara emosional, partai tersebut memecat Jokowi dan keluarganya, serta tokoh-tokoh partai yang sepaham dengan Jokowi. Para pimpinan partai berusaha membersihkan diri dari pengaruh Jokowi, bahkan berusaha adalah mengubah sejarah, menghapus jejak sukses karir politik Jokowi dan menggubah seluruh pencapaian Jokowi menjadi kisah sebaliknya. Mereka berupaya keras mengubah kisah manis kepemimpinan Jokowi menjadi kisah kelam penuh noda dan dosa yang harus dipertanggungjawabkan.

Politik memang kadang teramat kejam. Tanpa alasan yang jelas, kawan satu partai yang meraup suara pemilu empat puluh ribu saja dipecundangi dengan peraih lima ribu suara, apalagi Jokowi yang nyata-nyata telah mempermalukan pimpinan partai. Bukan mustahil bila saat ini mereka sibuk mencari-cari kesalahan Jokowi di masa lalu untuk menuntaskan dendam yang terlalu dalam.

Menghentikan Karier Gibran

Selain menghukum Jokowi, target akhir serangan terhadap Jokowi adalah menjatuhkan Gibran yang nota bene merupakan representasi Jokowi di arena politik dan pemerintahan. Gibran dan bila perlu Boby Nasution, menantu Jokowi, harus turut merasakan hukuman partai seberat hukuman buat Jokowi.

Masalahnya, belum ada isu politik yang cukup signifikan untuk menjatuhkan Gibran dari kursi wakil presiden. Jabatan wakil presiden yang tidak lebih dari ban serep membuat posisi Gibran begitu aman. Tuntutan mengganti Gibran, serta faming dan narasi melecehkan sudah banyak ditebar di berbagai media sosial, tetapi masih kurang signifikan menjadi alasan pemakzulan.

Pilihan satu-satunya hanya membangun framing dan narasi yang ditujukan untuk mendelegitimasi Jokowi dan mengkampanyekan bahwa Jokowi adalah pemimpin gagal bahkan layak untuk diadili sebagai penjahat besar. Menjatuhkan marwah Jokowi tampaknya menjadi cara mereka menjatuhkan reputasi dan membendung karier politik keluarga Jokowi.  

Apalagi Gibran jelas-jelas telah menampilkan diri sebagai “ancaman politik” paling nyata bagi perebutan kursi pimpinan nasional di masa depan. Itu sebabnya mendelegitimasi Jokowi dan keluarganya menjadi “proyek besar” dalam rangka menutup karier politik Gibran dan seluruh keluarga Jokowi agar ternoda, meski hanya akibat narasi dan framing mereka.

Tanpa Bumper Politik

Serangan masssive bekas partai pendukung Jokowi memperlihatkan pertarungan tentang siapa sesungguhnya yang lebih kuat dan harus dijadikan panutan. Serangan terhadap Jokowi merupakan ajang pembuktian apakah Jokowi tidak ada apa-apanya tanpa partai, atau partai yang tidak ada apa-apanya tanpa Jokowi.

Gelaran Pilpres dan Pilkada 2024 sudah membuktikan bahwa yang kedualah yang terjadi, tetapi justeru hal itulah yang memicu serangan lebih keras lagi. Partai yang dulu membesarkan Jokowi kini sangat bernafsu menenggelamkannya dengan semua cara yang mereka bisa.

Setelah tanpa partai, ormas atau komunitas pendukung yang melindungi, posisi politik Jokowi saat ini benar-benar lemah dan rentan diserang dari berbagai sisi. Selama didukung partai saja Jokowi diserang habis-habisan, apalagi tanpa backing politik apapun. Kalaupun ada satu atau dua masyarakat yang membelanya, dipastikan suaranya tidak begitu bergema.

Penutup

Selain dalam rangka menghukum Jokowi, serangan politik yang begitu keras terhadap Jokowi akhir-akhir ini dilakukan banyak pihak dalam rangka “proyek besar” menghapus pengaruh Jokowi di arena politik nasional dan masyarakat luas. Sasaran utama “proyek besar” tersebut sebenarnya tertuju pada upaya mengakhiri karier politik Gibran dan seluruh keluarga Jokowi agar tidak menjadi ancaman di masa depan.

Seperti pengalaman yang sudah lalu, semua framing dan narasi yang ditujukan untuk menjatuhkan marwah Jokowi runtuh di tengah jalan dan mempermalukan tokoh-tokoh dan influencer yang getol menarasikannya. Meski demikian, tampaknya drama masih belum akan berakhir, karena kisah Jokowi dan para penyerangnya tak ubahnya cerita Batman dan Joker, tokoh baik melawan tokoh jahat yang mana Joker tak pernah jera membuat gara-gara meski kalah dan dipermalukan berkali-kali.

 

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...