Tampilkan postingan dengan label BIMBINGAN KARIER. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BIMBINGAN KARIER. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 April 2015

10 TANDA PELAJAR-MAHASISWA MEMILIKI MASA DEPAN CERAH

Masa depan merupakan misteri bagi setiap orang, apalagi bagi seseorang yang masih berstatus pelajar/mahasiswa. Segala kemungkinan dapat saja terjadi, tapi bukan berarti masa depan tidak dapat diperkirakan akan seperti apa.
Masa depan cerah secara umum ditandai dengan diraihnya suatu posisi atau kondisi sosial-ekonomi yang mapan dan memberi tambahan nilai diri seseorang, seperti kehormatan dan kemudahan. Beberapa kecenderungan sikap dan perilaku selama menjadi pelajar/mahasiswa dapat menjadi indikator apakah seorang pelajar/mahasiswa memiliki masa depan cerah atau tidak.
1.   Memiliki Tujuan dan Target
Seseorang yang memiliki tujuan berarti memiliki hidup yang terarah dengan jelas. Dimilikinya tujuan oleh seseorang juga menunjukkan adanya kekuatan mental yang nota bene merupakan modal utama menuju kesuksesan di masa depan. Tahap demi tahap mereka akan mengarahkan seluruh kekuatan hidupnya untuk meraih yang diinginkan.
Hal yang berbeda tentunya terjadi pada pelajar/mahasiswa yang tidak jelas tujuan dan target hidup yang jelas. Pelajar/mahasiswa yang tidak memiliki tujuan dan target hidup yang jelas biasanya mudah terombang-ambing oleh godaan di sekelilingnya, hingga masa depan mereka tidak dapat diperkirakan dengan jelas. 
2.   Fokus Pada Pengembangan Diri
Fokus pelajar dan mahasiswa secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu yang berorientasi pada pengembangan diri dan kesenangan. Pelajar dan mahasiswa yang memiliki masa depan cerah tidak akan mengorbankan hari-hari untuk hal-hal yang tidak menunjang kesuksesan di masa depan. Mereka menjadikan hal-hal yang mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai prioritas.
Lain halnya dengan pelajar atau mahasiswa lebay, di mana mereka umumnya mudah lemah pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangan, terutama masalah percintaan. Pelajar/mahasiswa lebay menempatkan urusan percintaan sebagai segalanya, dan menomorsekiankan pengembangan potensi dirinya di masa depan. 
3.   Ringan Tangan
Kegemaran membantu orang lain merupakan karakteristik orang sukses. Gemar membantu orang lain menunjukkan karakter baik yang diperlukan dalam dunia kerja, yang membuat seseorang disukai dan terkesan memiliki integritas positif. Sikap ringan tangan membantu orang lain bahkan sering kali menjadi investasi sosial yang sangat berharga yang akan dipetik buahnya di masa depan.
Kegemaran membantu orang lain terbentuk seiring proses perkembangan kepribadian seseorang, dan tidak dapat dibuat-buat. Seorang yang malas membantu orang lain sama halnya dengan membuat jarak dirinya dari bantuan orang lain saat dia memerlukan.
4.   Mudah Diterima dalam Pergaulan
Kesuksesan selalu berkaitan dengan keberhasilan membangun hubungan secara positif dengan orang lain, baik di masa kini maupun di masa depan. Kemampuan tersebut tidak dapat dipelajari secara instan, melainkan membutuhkan latihan sepanjang masa perkembangan mental dan kepribadian seseorang.
Status pelajar/mahasiswa belum bernilai apa-apa, sehingga tidak layak dijalani dengan keangkuhan. Bahkan fase ini merupakan masa-masa di mana mereka membangun pijakan penting menuju sukses di masa depan, yaitu dengan selalu berusaha agar diterima dan mampu menjalin relasi secara positif dengan komunitas di manapun mereka berada.
5.  Berwawasan dan Berkeahlian
Hal utama yang dipersiapkan oleh pelajar dan mahasiswa selama studi pada dasarnya adalah meningkatkan kemampuan, baik berupa wawasan pengetahuan maupun melatih keahlian tertentu. Pelajar dan mahasiswa yang sukses di masa depan pada umumnya tidak puas hanya sekedar lulus. Mereka berusaha melakukan yang terbaik di setiap tugas yang tengah dihadapi.
Kemampuan meningkatkan penguasaan setiap materi pelajaran, wawasan dan keahlian berarti membangun kemampuan pelajar untuk dihargai. Ini akan membantu pelajar/mahasiswa di masa depan untuk diterima di dunia kerja maupun mewujudkan impian mereka. Apalagi bilamana pengetahuan dan keahlian yang dimiliki dilengkapi dengan kemampuan menjelaskannya di depan orang lain, di mana kemampuan menjelaskan atau bahkan mengajarkan menunjukkan kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
6.  Penyayang Keluarga
Seseorang yang dekat dengan keluarga menandakan memiliki jiwa yang kontruktif. Hanya orang berjiwa konstruktif dan teratur sajalah yang berpeluang menjadi orang sukses. Orang yang hidupnya amburadul hampir tidak mempunya peluang sukses.
Kedekatan dengan keluarga juga menunjukkan kepribadian yang bertanggung jawab dan penuh motivasi. Kepribadian seperti inilah yang berpeluang meraih sukses, berupa kepercayaan dan kemudahan dalam hidup. 
7.   Realistis
Pelajar sukses biasanya merupakan orang yang memiliki impian yang tinggi, tetapi bukan sembarang impian. Impian yang mereka miliki merupakan impian yang nyata dan mudah diraih, bukan impian yang muluk-muluk. Impian dan terget yang realistis membuat seseorang lebih mudah mewujudkannya tahap demi tahap.
Cara berfikir realistis juga membuat seseorang tidak mudah putus asa menghadapi persaingan, sebab dia tahu batas kemampuannya, tahu apa saja yang mungkin untuk di raih, dan mampu melihat banyak peluang. Bila suatu terget tidak tercapai, orang realistis akan dengan mudah beralih pada target-target lain yang dipandang masih terbuka. 
8.   Lurus
Pelajar/mahasiswa sukses umumnya orang yang tidak neko-neko, tidak banyak tingkah. Pelajar dan mahasiswa yang suka berkonfrontasi, protes, demonstrasi atau aktivis pada umumnya tak terlalu sukses dalam hidupnya. Meski selama sekolah atau kuliah terlihat hebat di depan teman-temannya, kebanyakan di antara mereka justeru kurang diterima di dunia kerja. Kalaupun ada, biasanya tidak terlalu banyak. Sementara mereka yang selama studi kelihata tidak banyak tingkah justeru berhasil.
Fenomena dapat dipahami, sebab orang-orang yang dapat diterima dunia kerja biasanya adalah orang yang disukai, mudah menjalin kerja sama, dan tidak banyak protes. Keaktifan yang dibutuhkan pelajar/mahasiswa dan menjadi modal sukses adalah pengalaman berorganisasi yang konstruktif, seperti OSIS dan Pramuka yang mampu membuat seseorang belajar diterima dan dihargai, bukan belajar menentang, melawan atau membangun konfrontasi.
9.   Optimis
Optimisme adalah modal bertindak. Optimisme berarti keyakinan bahwa suatu usaha akan memberi hasil seperti harapan atau mendekati harapan. Optimisme berarti keyakinan akan hasil yang akan diraih sekalipun masih terasa samar.
Pelajar atau mahasiswa sukses adalah orang yang di dalam pikirannya terbersit keyakinan bahwa dia pasti akan menjadi sesuatu yang bernilai. Sangat boleh jadi mereka sebenarnya menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, semisal keterbatasan dukungan ekonomi orang tua, tetapi dia yakin memiliki sesuatu yang membuatnya berhasil.
10.  Positif
Sikap positif adalah modal bagi mereka yang lebih suka melihat kesempatan, kekuatan, peluang dan jalan keluar terbaik. Sikap positif merupakan kebalikan sikap negatif, di mana seseorang lebih suka melihat sisi lemah, kekurangan, hambatan dan batasan-batasan.
Pelajar atau mahasiswa sukses dicirikan dengan pola pikir positif, di mana mereka mampu melihat ada sisi-sisi baik dan menguntungkan yang membantunya meraih impian. Pelajar dan mahasiswa seperti ini tidak akan mudah menyerah pada keadaan maupun tantangan yang ada di hadapannya. Sikap positif membuatnya mampu untuk selalu menemukan kekuatan mental, melihat sisi-sisi baik dan menguntungkan yang dapat dimanfaatkan untuk meraih sukses. 

Senin, 20 Oktober 2014

SARJANA DI PERSIMPANGAN MISTERI

Wisuda sarjana selalu diliputi kegembiraan. Setelah wisuda usai, biasanya banyak sarjana yang dipenuhi segudang tanya, akan ke mana sesudah ini? Bagi mereka yang beruntung memiliki orang tua berada, yang hanya berharap anaknya kembali ke pangkuan ayah-bunda, dan melanjutkan usaha mereka, mungkin tak ada masalah. Hidup tinggal berlanjut dengan episode magang santai di keluarga sendiri.

Bagi yang tak seberuntung itu, wisuda sarjana hanyalah kegembiraan sesaat. Sesudahnya, mereka dihadapkan pada tantangan hidup yang benar-benar nyata, lebih pelik, lebih complicated dibanding tugas kuliah.

Menjadi sarjana tak ubahnya berada di persimpangan misteri. Menikah sering menjadi solusi aman bagi wanita, tetapi bagi mereka yang terbebani tanggung jawab untuk mandiri dan meraih eksistensi banyak pilihan pelik harus dilakukan. Melanjutkan studi tidak selalu menjadi keputusan mudah. Biaya, kemampuan, juga prospeknya bagaimana akan memunculkan banyak pertimbangan. Memilih langsung kerja juga di mana tempat kerja yang mampu segera memberi pencerahan kesejahteraan. Belum lagi ketatnya persaingan hidup dan berbagai hal tak terduga selalu membayangi setiap langkah.

Satu-satunya pilihan terbaik adalah terus melangkah dengan kesungguhan, menatap hidup sebagai kenyataan, dan masa lalu hanya sebutir sejarah untuk dikenang. Kemampuan akademik bukan lagi satu-satunya andalan, bahkan kekuatan mental jauh lebih dibutuhkan.  Setiap orang akan menemukan jalan terbaik untuk dirinya sendiri. Live will find the way.

Good luck, selamat berjuang, selamat menempuh hidup yang sesungguhnya!! 

Minggu, 20 Oktober 2013

6 PERTANDA ANDA SIAP MENGHADAPI PEKERJAAN

Apakah Anda siap menghadapi sebuah pekerjaan? Bila jawaban Anda iya, belum tentu Anda memang benar-benar siap menghadapi sebuah pekerjaan, sebab menjawab seperti itu merupakan kecenderungan umum setiap orang yang terlanjur menerima sebuah pekerjaan.
Siap tidaknya seseorang menghadapi pekerjaan ditentukan oleh sikap dia terhadap pekerjaan, bukan oleh kata-katanya. Bila Anda memang benar-benar siap menghadapi sebuah pekerjaan, sikap mental Anda tentu akan seperti beberapa sikap berikut.
1.  Keingintahuan
Mungkin Anda orang baru dalam suatu pekerjaan. Mungkin sebenarnya Anda merasa ada banyak hal yang belum Anda pahami dan belum Anda kuasai dari pekerjaan yang ada di hadapan Anda. Itu merupakan hal biasa bagi setiap orang, terutama saat awal-awal memasuki dunia kerja atau dihadapkan pada hal-hal baru yang sebagian jauh dari apa yang Anda bayangkan sebelumnya.
Kesipan Anda tidak ditentukan oleh bekal kemampuan yang Anda miliki, melainkan pada sikap mental Anda menyikapi hal-hal baru atau hal-hal yang belum Anda kuasai. Bila keterbatasan pengetahuan dan kemampuan tersebut membuat Anda tertantang untuk mempelajarinya, maka itu pertanda Anda siap menghadapi pekerjaan, sebab pada dasarnya tidak ada apapun yang tak mungkin dipelajari. Bila keawaman Anda mendorong Anda bertanya dan belajar, maka itu pertanda Anda siap mendalami, menguasai dan menerapkan hal-hal baru yang sangat boleh jadi akan mengubah masa depan Anda.
Sebaliknya bila Anda cenderung mengeluh, enggan bertanya dan mempelajari lebih dalam hal baru atau apa yang Anda belum kuasai, maka itu akan semakin menjauhkan diri Anda dari pekerjaan yang Anda hadapi. Keluh kesah dan keengganan tak akan mengubah Anda keluar dari keadaan.
2.  Kritik Mengubah Anda
Sebagai orang yang belum benar-benar menguasai pekerjaan, sangat mungkin membuat Anda mendapat arahan, bimbingan, kritik, bahkan cemoohan. Bila Anda memang seorang yang berkarakter sukses, ingin berkembang dan siap menghadapi pekerjaan, itu semua tak akan membuat Anda lemah, apalagi mundur. Orang sukses menyikapi saran, kritik, dan apapun sebagai masukan dengan sikap positif. seseorang yang berkarakter sukses selalu menjadikan kritik, saran dan cermohan sebagai vitamin" penambah vitalitas yang mampu membuat seseorang semakin kuat dan lebih baik.
Sebaliknya kritik, saran, apalagi cemoohan merupakan racun yang efektif untuk melemahkan, mematahkan dan membuat manusia bermental pecundang menyerah, atau berang. Mereka bukan manusia yang siap belajar untuk menghadapi tantangan pekerjaan. Padahal setiap pekerjaan memiliki masalah, hambatan dan tantangannya sendiri.
3.  Terus Belajar
Sukses dan gagal adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap gerak kehidupan. Mungkin suatu saat Anda belum berhasil mewujudkan sebuah harapan, atau bahkan gagal total. Tidak ada yang dapat disalahkan atas setiap kegagalan kecuali diri kita sendiri, sebab kegagalan berarti pertanda kita belum cukup belajar dan harus lebih banyak belajar.
Bila Anda memilih untuk terus belajar sampai menemukan cara terbaik mengatasi masalah pekerjaan yang Anda hadapi, maka itu pertanda Anda siap menghadapi pekerjaan Anda. Kemauan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi sebuah pekerjaan merupakan pilihan manusia berjiwa sukses dalam menyikapi pekerjaan yang dihadapinya. Sebaliknya, keengganan belajar dan melakukan perubahan pada diri sendiri merupakan "penyakit" krusial yang menghambat kesiapan dan kemampuan seseorang untuk menghadapi sebuah pekerjaan. 
4.  Menjelaskan Detail 
Level pertama yang menunjukkan bahwa Anda bukan saja siap menghadapi suatu pekerjaan, melainkan menguasai pekerjaan adalah kemampuan Anda memaparkan pekerjaan Anda. Ketika Anda mampu mempresentasikan secara meyakinkan terhadap pekerjaan yang Anda hadapi di hadapan atasan atau forum, itu merupakan pertanda awal bahwa Anda bukan hanya siap menghadapi pekerjaan Anda.
Level lebih tinggi lagi adalah apabila Anda mampu menjelaskan berbagai permasalahan pekerjaan yang Anda hadapi dan solusi cerdas yang Anda ambil. Mungkin hasil kerja Anda tidak seperti yang diminta atasan Anda, tetapi Anda punya beberapa alasan logis dan faktual yang dapat diterima atasan. 
5.  Menerapkan Keputusan
Banyak hasil rapat dan evaluasi yang menguap begitu saja setelah rapat usai. Tak semua orang mampu mewujudkan sebuah konsep dalam kenyataan, sekalipun dibahas sangat serius. Bila Anda termasuk mereka yang mampu menerapkan keputusan dan konsep-konsep yang dibahas dalam suatu rapat evaluasi dalam bentuk tindak lanjut yang nyata, maka itu pertanda Anda memang seorang profesional yang memang pantas utuk diberi kepercayaan mengemban suatu pekerjaan.
Sebaliknya, bila Anda tidak berbuat apa-apa setelah pengambilan keputusan dilakukan, itu pertanda Anda tak punya "chemistery" pada pekerjaan Anda. Kalaupun Anda tidak tahu harus berbuat apa, seharusnya ada menujukkan sikap ingin tahu dan mencari tahu, tetapi bila Anda membiarkan hasil evaluasi dan keputusan berlalu tanpa tindak lanjut yang jelas, maka itu pertanda Anda layak dipecat dari pekerjaan Anda. Dengan sikap seperti itu Anda bukan the right man in the right place.
6.  Membangun Visi
Kualitas lebih tinggi lagi dari kesiapan seseorang menghadapi pekerjaan adalah sejauh mana inspirasi seseorang berkembang terhadap pekerjaannya. Bila saat menghadapi pekerjaan ide seseorang berkembang hingga lahir ide-ide segar yang lebih baik untuk membuat pekerjaannya lebih efektif dan efisien, maka itu pertanda Anda memang the right man in the right place. Anda adalah orang yang tepat untuk pekerjaan Anda sekalipun mungkin tak selaras dengan kesarjanaan Anda.
Berkembangnya visi yang lebih maju merupakan pertanda bahwa pekerjaan itu membuat Anda merasa hidup. Anda bukan lagi instrumen atau alat yang dapat digantikan begitu saja dengan orang lain.

Rabu, 09 Oktober 2013

5 TANDA ANDA TAK SIAP MENGHADAPI PEKERJAAN

Setiap pekerjaan tidak hanya membutuhkan kemampuan, tetapi juga kemauan. Ada kalanya seseorang tidak memiliki kesiapan mental dan kemampuan saat terlanjur menerima sebuah pekerjaan. Akibatnya, pekerjaan bukan menjadi wahana yang mampu membuat anda merasa hidup, tetapi sebaliknya. Ketidaksiapan seseorang menghadapi pekerjaa sering kali mendatangkan stress dan diikuti beragam masalah.
Tak semua orang menyadari bahwa masalah mendasar yang dia alami dalam bekerja sebenarnya terletak pada ketidaksiapannya menghadapi pekerjaannya. Padahal hasil kerja Anda pasti mengecewakan bila Anda tidak menikmati pekerjaan Anda. Beberapa tanda berikut kiranya dapat menjadi bahan refleksi apakah Anda siap menghadapi sebuah pekerjaan.
1.  Mengeluh
Ketika memasuki dunia kerja Anda merasa pekerjaan Anda terlalu banyak, terlalu berat, sulit, atau terlalu banyak hal yang Anda tidak kuasai, maka itu pertanda awal Anda tidak siap dengan pekerjaan Anda. Anda belum cukup kemampuan dan kesiapan mental untuk menghadapinya. Itu sebabnya keluhan demi keluhan keluar dari mulut Anda.
2.  Enggan Menyentuh Pekerjaan
Ada kalanya berhari-hari, berminggu atau berbulan Anda tidak segera menyentuh pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan beberapa waktu. Dengan alasan sibuk, atau masih mengerjakan ini dan itu, atau baru menyelesaikannya pada batas akhir penyerahan,  dapat menjadi anda tidak nyaman dengan tugas Anda. Kesiapan bekerja berarti komitmen untuk memanfaatkan waktu, tenaga dan pikiran seoptimal mungkin. Semakin panjang waktu yang terbuang menjadi pertanda bahwa Anda hanya berusaha menyamankan diri dengan menghindari menyentuh pekerjaan hingga kadang sampai terlupakan. 
3.  Menyalahkan Pihak Lain
Tanggung jawab pekerjaan Anda ada pada diri Anda sendiri, baik yang menyangkut tugas teknis maupun tanggung jawab moralnya. Ketika pekerjaan Anda tidak selesai atau gagal, lalu anda sibuk mengumpulkan beribu alasan kegagalan, itu menjadi pertanda bahwa Anda tidak siap menghadapi pekerjaan Anda. Apalagi bila yang Anda kemukakan hanya alasan-alasan yang tidak profesional, maka itu pertanda Anda tak cukup punya tanggung jawab terhadap pekerjaan Anda.
4.  Merasa Selalu Disalahkan
Ada kalanya Anda harus bolak balik menghadap atasan karena hasil kerja Anda dianggap salah dan harus diperbaiki. Kadang pula Anda merasa dipersalahkan oleh situasi atau hasil kerja yang menjadi tanggung jawab Anda. Bila kenyataannya pekerjaan Anda memang salah atau tak memenuhi harapan, dan Anda merasa kecewa saat dipersalahkan, maka itu pertanda Anda tidak siap menghadapi pekerjaan Anda. Anda tidak dapat merespon kritik secara positif bila koreksi pihak lain Anda respon dengan ketersinggungan. Bila hasil kerja Anda memang ada yang benar-benar harus diperbaiki, dan Anda keberatan melakukannya maka itu menunjukkan bahwa kemampuan Anda masih kurang, dan harus belajar memahami dan melaksanakan tugas Anda dengan baik.
5.  Membangun Konflik
Ini adalah level terburuk yang menjadi petunjuk betapa Anda tak siap menghadapi pekerjaan. Ketika Anda merasa tidak terima saat dikritik, ditegur atau dipersalahkan oleh atasan, lalu tanpa sadar Anda mulai mencari-cari kesalahan pimpinan atau perusahaan, seperti gaji tak sepadan atau mempersoalkan berbagai kebijakan yang semula tidak Anda persoalkan, maka itu pertanda Anda benar-benar tak siap menghadapi pekerjaan. Mungkin terlalu banyak hal yang belum Anda bisa, sehingga untuk menutupinya Anda menyerang balik sebagai pembelaan diri (defense mechanisme) Anda.
Itu mencerminkan Anda tidak mampu bersikap profesional yang mampu melihat dan menyikapi masalah secara proporsional. Lebih parah lagi, sikap seperti itu menandakan bahwa Anda tak punya cukup integritas moral untuk bertanggung jawab terhadap sebuah pekerjaan. 

Jumat, 25 Februari 2011

SUKSES ITU JADI PEGAWAI?


Karena sedang merintis usaha, dua tahun lalu aku berkunjung ke sebuah peternakan sapi skala menengah di Malang dalam rangka studi banding. Aku tertarik dengan usaha yang lumayan besar itu, dengan total aset sekitar 2 M.
Pembicaraan menjadi gayeng, karena rupanya pak Didik, pemilik dan pengelola peternakan itu orang Madiun seperti aku. Di antara ceritanya soal usaha penggemukan sapi potong, pak Didik sempat bercerita tentang bagaimana dia sampai di daerah itu.
Sejak lulus kuliah tahun 1984, dia merasa tidak nyaman di rumah. Dia enggan pulang ke kampung halamannya di Madiun, sebab di daerah itu ada anggapan bahwa anak muda, terutama sarjana dianggap belum sukses kalau belum jadi pegawai.
Aku merasa geli mendengarnya, sebab itu pula yang aku alami saat menjelang selesai kuliah dulu. Alasan itu pula yang membuat aku enggan dan tak nyaman untuk pulang. Keluarga, orang tua, tetangga dan masyarakat memandang aneh ketika aku bilang tak ingin menjadi pegawai negeri. Semua mencemooh ketika aku bilang ingin berwirausaha. Mereka seolah sepakat bahwa, "sukses itu berarti menjadi pegawai"
Rupanya anggapan serupa juga berlaku di daerah lain. Di berbagai daerah juga banyak orang berbondong-bondong ingin menjadi pegawai. Mereka melakukan segala cara agar dapat segera diangkat menjadi pegawai negeri, mulai dari demonstrasi di jalanan sampai suap menyuap.
Seiring jalannya waktu, rupanya anggapan itu belum juga sirna dari alam pikiran orang Madiun. Kemarin aku sempat bertemu seorang ibu, istri tentara. Dia begitu prihatin pada anak-anaknya yang sarjana bekerja di PT INKA dan satunya buka toko. Dia merasa belum tenang kalau mereka belum menjadi pegawai pemerintah seperti ayahnya.
Padahal di sela ceritanya dia selalu mengeluh betapa selama ini kehidupannya sebagai istri TNI terasa pas-pasan. Dia baru merasakan punya rumah sendiri hingga 2 tahun menjelang pensiun. Dia bahkan belum pernah sekalipun menikmati rasanya memiliki mobil bekas, kecuali milik puteranya yang membuka usaha toko kelontong.
Dia tak akan bosan mencari jalan agar anaknya bisa menjadi pegawai. Dia bilang belum merasa tenang bilamana anak-anaknya masih berstatus orang swasta. Dia seakan lupa bahwa kehidupan putera-puterinya sudah jauh lebih baik dibanding saat dia dan suaminya baru mulai berumah tangga dengan status tentara.
Sungguh mengherankan, di tengah dinamika perekonomian nasional dan dunia saat ini ternyata masih terlalu banyak masyarakat berpikiran picik. Pemikiran era kolonial yang menganut negara pegawai (beemtenstaat) yang mendewa-dewakan status pegawai pemerintah masih begitu mendominasi alam pikiran para orang tua.
Mereka memandang status swasta (swa hasta) yang berarti kemandirian sebagai ironi hidup, bukan kemuliaan yang penuh harapan. Padahal ukuran kemajuan perekonomian diukur dari seberapa kuat kaum wirausahawan berkembang, bukan berapa banyak pegawai. Wirausaha adalah sisi dunia yang penuh harapan dan lebih menjanjikan kemajuan dibanding pegawai yang hanya bersifat instrumental.
Seharusnya anggapan semacam itu sudah usang dan selayaknya ditinggalkan. Sayangnya, aku sendiri belum mampu melepaskan diri dari pola pikir naif itu. Meski secara finansial bukan penopang utama ekonomi keluargaku, tapi aku masih dengan suka cita menjalani statusku sebagai pegawai negeri.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...