Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Oktober 2014

MENANGISLAH BILA PERLU

Menangis sering dipandang sebagai ekspresi kelemahan, terutama bagi laki-laki, padahal menangis adalah keterampilan pertama sejak lahir. Menangis bahkan diciptakan karena bermanfaat bagi manusia.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis merupakan salah satu cara melepas emosi. Menangis menandakan seseorang memiliki perasaan, dapat merasakan senang, sedih, bahagia dan berduka. Menangis adalah mekanisme kejiwaan yang membantu manusia meredakan beban perasaan, mulai dari rasa bahagia, amarah, sedih, kecewa, hingga penyesalan. Menangis membantu manusia bertahan di bawah tekanan dan deraan rasa frustasi.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis merupakan mekanisme kejiwaan yang mampu meredakan perasaan tertekan. Menangis membantu mengurangi deraan stress agar tidak semakin berlebihan, dan kembali menemukan perasaan nyaman. Menangis merupakan pengganti kata-kata, pengungkapan beban pikiran dan perasaan yang tak paling berat untuk dikatakan. Menangis dapat memberikan perasaan lega, dan membuat seseorang lebih siap untuk kembali berkarya dan menghadapi dunia.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis dapat mensublimasikan perasaan, sikap dan perilaku yang tidak perlu. Menangis dapat mengalihkan amarah dengan air mata, hingga tak perlu berkata, bersikap dan bertindak yang menyakiti orang lain. Menangis adalah tanda kejujuran jiwa, yang dapat membuka kebuntuan batin dan mengantarkan pada ketenangan jiwa.    

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis dapat membuat fisik lebih sehat. Menangis merupakan cara alami membersihkan mata, menurunkan kadar "mangan" yang konon bertanggung jawab dalam merusak suasana hati (mood), bahkan menurunkan tekanan darah (hipertensi). (merdeka.com)

Sesekali menangislah agar dirimu lebih berdaya...

DIAM ATAU BICARA

Keduanya hanya pilihan, dengan masing2 resikonya. Diam tak selalu berarti emas, dan bicara tak selalu berarti masalah.

Bahkan diam juga bukan pilihan mudah. Mulut mungkin terkatup, tapi tidak demkian dengan air muka sebab tidak mudah hidup dengan berpura-pura. Tak mudah hidup dengan memendam rahasia, menutupi sesuatu dengan menghindari bicara, apalagi bila harus berdusta. Memilih diam untuk sesuatu yang ingin kau katakan adalah penyiksaan terhadap dirimu sendiri.

Memilih diam berarti harus siap menjalani tekanan batin, penyakit paling mematikan no 2 setelah jantung koroner. Diam adalah solusi aman tapi tidak nyaman. Bahkan diam kadang sama artinya dengan menanam bom waktu yang akan meledak pada waktunya dengan resiko yang tak terduga.

Bicara juga tak selalu berarti solusi. Kadang bicara justeru menjadi bencana, sebab tak semua orang bisa menyelesaikan masalah dengan kata2. Apalagi kebanyakan orang lebih suka bicara dengan egonya, bukan dengan fakta, hati dan pikirannya.

Bicara hanya akan memberi solusi bila didasari kejujuran dan ketulusan. Sayangnya, kedua hal ini semakin mahal dan langka

MEMAHAMI AMARAH

Sejak mendirikan lembaga pendidikan, saya sudah ratusan kali ketemu orang yang marah2 dg segala ekspresinya, dg segala sebab & alasannya. Ini adalah episode kemarahan terbanyak & paling sering yg pernah kutemui seumur hidup. Ada yang hanya kasak-kusuk, ada yg ngomel asal bicara, ada yang memaki, ada yang mengumpat2, ada yg mutung, ada yang mengancam, ada pula yg diam2 menjegal.
Hampir semua orang pernah marah padaku secara langsung ataupun tidak. Wali murid, guru, pegawai, tetangga, bahkan beberapa kali guru sekolah lain & aparat dinas yg tidak pernah kenalpun ada yang mengumbar amarahnya.
Semula amarah mereka terasa menggangu & mempengaruhiku, tapi lama2 menjadi hal biasa. Mungkin itu karena terlalu seringnya kena damprat orang. He, he, he...
Yang pasti kemarahan orang tak lagi membuat nyali menjadi ciut, bahkan membuat pribadi terasa kian dewasa & kuat. Aku jadi tahu, bahwa orang yg mudah memgumbar amarah pasti sedang brmasalah dg dirinya sendiri. Dia hanya butuh sesuatu untuk memicu amarahnya.
Orang yg sdang marah brarti sdg sakit jiwa, setidaknya kehilangan kendali atas emosinya. Mereka harus dikasihani & bila sempat perlu diantar ke psikiater atau rumah sakit jiwa. Mereka hanya butuh melampiaskan emosi dg cara menghukum orang lain, tak peduli apapun persoalannya. Singkat kata, pemarah hanya butuh orang orang lain sebagai  korban ketidakwarasannya. 
Filosof dan psikolog klasik memandang kemampuan seseorang menempatkan amarah sebagai petunjuk tinggi-rendahnya kualitas mental seseorang. Mudahnya seseorang mengumbar amarah menunjukkan akal sehatnya sedang error, alias tidak berfungsi dg baik. Dalam bahasa filsafat klasik, kemarahan menunjukkan nalar rasional (an-nafs an-nahoqah) dikalahkan oleh nalar emosional (an-nafs al-ghadlabiyah).  shg tak mampu lagi menyikapi & menyelesaikan masalah secara bijak.
Bila  bertemu orang yang sedang marah apapun bentuknya, maka pahamilah bahwa kita sebenarnya sedang apes saja, karena harus bertemu wong edan, minimal orang yang sedang kumat gendhenge. Karena itu, sing gendheng ben gendheng. Mereka hanya butuh melampiaskan emosi dg cara menghukum orang lain, tak peduli apapun sebabnya. tidak usah ikut2an gendheng. Petuah orang tua dulu, Sing waras ngalah. Inna annafsa la'ammaratun bis su'.
Semoga bermanfaat.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...