Kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur ditandai dengan beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut kurang lebih sama dengan karakteristik yang umumnya dimiliki para enterpreneur. Bedanya, mereka mencurahkan perhatiannya pada persoalan pendidikan, sementara para enterpreneur lebih fokus pada pengembangan ekonomi. Kemampuan enterpreneurship kepala sekolah bukan mustahil menghasilkan keuntungan yang bernilai ekonomi, meski tidak sebesar hasil kerja para enterpreneur di bidang ekonomi.
Di antara karakteristik kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur adalah: (1) Percaya diri, (2) Kreatif, (3) Berorientasi pada hasil dan kepuasan kerja, (4) Berani mengambil resiko, (5) Mampu memimpin secara efektif, (6) Orisinil, dan (7) Berorientasi masa depan.
Di antara karakteristik kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur adalah: (1) Percaya diri, (2) Kreatif, (3) Berorientasi pada hasil dan kepuasan kerja, (4) Berani mengambil resiko, (5) Mampu memimpin secara efektif, (6) Orisinil, dan (7) Berorientasi masa depan.
1. Percaya Diri
Kepala sekolah enterpreneur tampak sebagai seorang yang percaya diri, bahkan di sebagian sekolah "tradisional" kadang dianggap arogan. Kepercayaan diri kepala sekolah mengemuka dikarenakan mereka yakin pada apa yang dikerjakan.
Hal ini dikarenakan kepala sekolah enterpreneur adalah seorang yang memiliki visi kuat hingga mencapai satu derajat keyakinan tersendiri. Keyakinan tersebut bukan keyakinan buta, melainkan ditunjang oleh serangkaian konsep yang matang dan didukung beragam pertimbangan yang logis dan faktual. Mereka akan membela apa yang diyakini dengan beragam argumen. Mereka akan berupaya keras agar apa yang dipikirkan dapat diwujudkan.
2. Berorientasi tugas dan hasil
Kepala sekolah enterpreneur bukan bekerja layaknya seorang pegawai. Dia bekerja dengan penuh tanggung jawab layaknya "pemilik" sekolah, yang menempatkan lembaga pendidikan yang dikelola sebagai segalanya. Kepala sekolah berjiwa enterpreneur bahkan tidak jarang melampaui ide dan ambisi atasannya, hingga tak jarang melakukan tindakan yang melampaui wewenangnya.
Secara umum memang terdapat perbedaan antara mereka yang berjiwa pegawai an sich, dan berjiwa pemimpin atau pemilik (owner). Pada umumnya pegawai cenderung mencari kemudahan pekerjaan, mencari enaknya, bekerja seringan dan sesantai mungkin, tetapi berharap dibayar sebesar mungkin.
Sikap berbeda ditunjukkan oleh mereka yang berjiwa enterpreneur. Pemimpin berjiwa enterpreneur dan owner cenderung mencari yang terbaik. Mereka memandang berbagai kesulitan dan beban kerja yang berat sebagai konsekwensi atas harapan akan hasil kerja terbaik.
Mereka bahkan tidak memikirkan pertimbangan untung rugi dalam jangka pendek. terwujudnya gagasan ke dalam kenyataan memiliki nilai yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan sekedar upah. Kepuasan kerja berupa rasa puas telah mampu mewujudkan ide menjadi orientasi pertama di atas yang lain. Mereka percaya, usaha yang mereka lakukan akan terbayar sepadan dengan berbagai kesulitan mereka lakukan.
3. Pengambil resiko
Kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur bekerja penuh keyakinan dan perhitungan. Mereka berambisi kuat melakukan perubahan. Karenanya, mereka tak segan melakukan berbagai terobosan yang tidak lazim dilakukan orang kebanyakan.
Kepala sekolah demikian sekaligus merupakan seorang pelopor, pioneer. Mereka selalu menempatkan diri sebagai orang pertama yang mewujudkan suatu ide atau konsep berbeda dalam arti belum pernah dilakukan oleh orang lain.
Mereka tahu setiap eksperimen selalu mengambil resiko, tetapi mereka tidak mau kehilangan momentum untuk melakukan perubahan. Para pelopor sekolah swasta plus, fullday, sekolah alam dan sekolah sejenis yang berbiaya tinggi merupakan sedikit di antara para pengambil resiko di tengah banyaknya sekolah konvensional yang semakin murah bahkan gratis.
4. Pemimpin Efektif
Pemimpin adalah seorang yang diikuti oleh orang lain. Seseorang dapat menjadi pemimpin bilamana orang lain memandangnya layak dipercaya dan diikuti, baik karena kelebihan dalam hal pengetahuan, gagasan, kecerdasan, maupun kewibawaannya. Singkatnya pemimpin adalah seseorang yang berkonsep tertentu.
Kepala sekolah berjiwa enterpreneur sudah barang tentu merupakan seorang pemimpin, seseorang yang mampu meraih kepercayaan orang lain. Orang lain percaya pada ide-ide, konsep kerja dan arahannya akan mengatarkan pada keadaan yang lebih baik.
Selain mampu menebarkan ide dan mempengaruhi bawahan, kepala sekolah demikian mampu membangun relasi yang baik dengan mereka yang akan bekerja bersamanya. Ketrampilan memimpin dalam bentuk kemampuan menebar ide, harapan dan semangat dan kemampuan mendelegasikan tugas dilengkapi pula dengan kemampuan menjalin relasi yang sinergis dengan semua pihak.
5. Sosok Uni dan Orisinil
Berbeda dari kebanyakan orang, seorang kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur berbeda dari kepala sekolah kebanyakan baik dalam hal sikap, pola pikir, cara kerja maupun ide-idenya. Seorang enterpreneur biasanya merupakan sosok yang unik, yang berbeda dari orang kebanyakan.
Mereka patuh pada standar prosedur dan mekanisme kerja yang harus dilakukan secara kedinasan, tetapi sangat boleh jadi berbeda dalam menyikapinya. Kebanyakan kepala sekolah disibukkan oleh tugas-tugas kedinasan yang menyita waktu, sedangkan sang enterpreneur lebih fokus pada bagaimana mewujudkan ide-idenya dalam kenyataan. Tugas-tugas kedinasan hanya akan ditempatkan sebagai tugas teknis yang terlalu mudah dan tidak dibiarkan menyita banyak waktu.
Ide kepala sekolah berjiwa enterpreneur mungkin hasil meniru orang atau sekolah lain, tetapi dia tidak meniru begitu saja. Mereka mampu mengembangkan kreasinya sendiri, sehingga hasil kerjanya tetap berbeda dari sekolah lain.
6. Sosok kreatif
Kepala sekolah berjiwa enterpreneur peka situasi dan perubahan di sekitarnya. Mereka tidak terikat oleh keadaan yang melingkupinya. Keterbatasan gedung, guru maupun dana tidak menjadi fokus mereka, sebab mereka dapat mengkreasi modalitas apapun yang dimiliki sekolah menjadi sesuatu yang bernilai tambah.
Sebagai misal, suatu ketika sekolah-sekolah di suatu kecamatan diminta menampilkan kontingen parade untuk kegiatan peringatan 17 Agustus. Sekolah-sekolah lain yang memiliki dana besar rata-rata menampilkan grup drum band dan mobil hias yang sudah tentu membutuhkan dana besar. Sekolah yang "miskin" dana banyak yang memilih tidak tampil dari pada malu di hadapan sekolah lain, tetapi ada satu sekolah yang bermodal kaleng dan botol bekas mampu menampilkan atraksi yang memukau masyarakat, hingga membuat sekolah itu cukup dikenal dan beberapa waktu kemudian begitu diminati masyarakat.
7. Berorientasi masa depan
Kepala sekolah berjiwa enterpreneur tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan jangka pendek. Mereka melakukan suatu kebijakan karena mempertimbangkan masa depan, sekalipun kadang merugikan dalam jangka pendek. Mereka berorientasi pada daya tahan (sustainability) dan kemapanan sekolah yang dipimpin di masa depan.
Contoh sederhana dari karakter semacam ini terlihat dalam kasus kecurangan UN atau UASBN. Kepala sekolah yang berorientasi jangka pendek akan memilih mengajari siswa-siswinya mengerjakan soal UN atau UASBN, meski harus membeli lembar jawaban jutaan rupiah. Mereka tidak peduli pada akibat "kejahatan" yang mereka lakukan akan memperburuk citra sekolah, karena cepat atau lembat pasti diketahui masyarakat, di samping menodai mental anak didiknya.
Sikap tersebut berbeda dari sebagian kecil kepala sekolah yang bervisi ke depan. Kepala sekolah berjiwa enterpreneur lebih memilih membiarkan siswa-siswinya mengerjakan soal UN atau UASBN secara mandiri. Apapun hasil UN atau UASBN siswanya akan mereka jadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sekolah di masa depan. Sekalipun beresiko nilai siswa-siswinya jatuh, mereka yakin suatu saat akan memperbaiki citra sekolah, sebab cepat atau lambat masyarakat akan menilai positif pada sekolahnya. Hanya sayangnya, jumlah kepala sekolah demikian tidak terlalu banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar