Saat anak-anak masih kecil, sebagian orang tua suka mengeluh soal anak-anaknya. Mereka merasa terganggu kesibukannya karena anak-anak belum mandiri, belum mau makan, tidur atau mandi sendiri. Tidak jarang mereka protes ketika sekolah mengadakan kegiatan yang mengharuskan orang tua mengantar-jemput, atau bahkan menemani di sekolah.
Sebagian orang tua merasa enggan ketika harus mengantar-jemput anak ke sekolah, kursus, atau les. Banyak orang tua merasa terlalu sibuk untuk menemani anak belajar dan memilih mengudang guru les privat ke rumah. Sebagian lagi memilih membiarkan anak-anaknya memilih kegiatannya sendiri, bermain apa saja, sesukanya, asal pulang ke rumah saat malam tiba.
Ada pula sebagian orang tua yang seakan merasa sudah cukup berperan sebagai orang tua hanya dengan memenuhi kebutuhan materi bagi anak-anaknya. Mereka seakan sudah berhak marah atau menghukum anak-anaknya bila suatu saat melakukan kesalahan.
Sikap dan pola pikir demikian perlu disayangkan, setidaknya karena 4 alasan berikut.
1. Masa anak-anak tidak lama
Masa-masa paling dekat antara orang tua dan anak biasanya hanya sekitar 5-6 tahun sejak anak lahir. Setelah masuk sekolah dasar, biasanya mulai muncul jarak antara orang tua dengan anak. Paling tidak, orang tua tidak lagi nyaman memeluk, mencium, membelai, memanjakan, bahkan menjadi idola dan tokoh yang paling ditunggu oleh anak-anaknya seperti sebelumnya.
Masa-masa indah itu berlalu begitu cepat dan akan terasa semakin cepat saat anak memasuki usia SMP, apalagi SMA. Mereka sudah mempunyai dunianya sendiri yang sebagian sudah berada di luar Mengabaikan masa-masa paling dengan anak-anak akan memperlebar jarak batin antara orang dengan anaknya di masa sesudahnya.
2. Masa emas menjalin cinta kasih dan kedekatan
Menjalin kedekatan dengan anak sejak usia dini memungkinkan anak dan orang tua memiliki suara hati yang kurang lebih sama. Jalinan cinta kasih dan kedekatan batin antara orang tua dan anak memungkinkan terjalinnya sikap saling memahami. Mempertahankan kedekatan dengan anak sejak dini memungkinkan orang tua tetap menjadi orang yang paling didengar oleh anak-anaknya. Tentu saja, kedekatan tersebut perlu disertai dengan kemampuan menjalin komunikasi yang konstruktif.
3. Anak-anak menyukai perhatian orang tuanya
Dekat dengan orang tua adalah hal terindah bagi anak. Orang tua adalah audience pertama seorang anak, di mana mereka ingin mencurahkan cerita, keinginan dan harapannya. Bantuan dan pujian terindah seorang anak adalah dari orang tuanya.
4. Masa emas pembentukan karakter
Cara belajar pertama anak manusia adalah melalui imitasi, atau peniruan. Karakter dasar, cara berfikir, cara berbicara dan bersikap anak biasanya dekat dengan karakter orang terdekatnya. Inilah alasan terpenting perlunya menjalin kedekatan dengan anak sejak dini. Hal ini dikarenakan masa tersebut merupakan masa-masa pembentukan karakter dasar anak, sebagaimana agama yang mengajarkan bahwa orang tua adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Lingkungan sekolah dan pergaulan di masa selanjutnya hanya memperkaya atau sekedar memberi warna bagi kepribadian anak, tetapi basis kepribadian seseorang biasanya relatif tetap. Nah, haruskah orang lain yang memberi pondasi kepribadian pada anak-anak kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar