Istilah marketing sebenarnya tidak lazim digunakan dalam dunia pendidikan, tetapi lekat dengan dunia usaha, persoalan ekonomi. Meski demikian, sebenarnya dunia pendidikan juga membutuhkan pemasaran. Faktanya, ketatnya persaingan membuat banyak sekolah semakin kesulitan mencari siswa baru.
Banyak sekolah bahkan harus menempuh berbagai cara agar sekolah memperoleh siswa. Berbagai model pemasaran dilakukan oleh sekolah, mulai dari cara-cara promosi halus, persuasi, datang ke rumah-rumah hingga menawarkan berbagai fasilitas. Semua sekolah mulai membutuhkan pemasaran agar diminati oleh masyarakat. Banyak sekolah yang ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya ditutup atau dimerger karena tidak mampu "memasarkan" sekolahnya dengan baik.
Tidak semua sekolah yang ditinggalkan oleh masyarakat merupakan sekolah yang buruk. Sebagian dari sekolah tersebut merupakan sekolah yang kualitasnya standar, sama dengan sekolah yang lain. Hanya saja, kedekatan sekolah sekolah dengan masyarakat menjadikannya bernasib berbeda dibanding sekolah lain.
Marketing atau pemasaran pendidikan berarti usaha yang dilakukan oleh sekolah agar diminati oleh masyarakat. Paling tidak, dengan pemasaran tersebut sekolah memiliki sejumlah siswa yang memenuhi pagu minimal sehingga penyelenggaraan sekolah dapat terus dilangsungkan.
Pemasaran sekolah bukan sesuatu yang mutlak. Tidak semua sekolah membutuhkan promosi maupun usaha tertentu yang ditujukan untuk memasarkan sekolah. Pemasaran sekolah diperlukan sesuai kondisi sekolah dan masyarakat yang menjadi sasaran. Pemasaran sekolah dapat ditinjaun dua karakteristik sekolah, yaitu sekolah berbasis lingkungan atau masyarakat dan sekolah berbasis produk.
SEKOLAH BERBASIS LINGKUNGAN
Sekolah berbasis lingkungan adalah sekolah yang sasaran utamanya adalah masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Di antara jenis sekolah jenis ini adalah sekolah dasar negeri atau sekolah inpres. Sekolah-sekolah tersebut dibangun dan disediakan untuk memberikan pelayanan pendidikan pada masyarakat sekitar sekolah.
Ada pula sekolah atau madrasah di pedesaan tertentu yang karena pengaruh tokoh tertentu menjadikan semua masyarakat merasa berkwajiban menyekolahkan putera-puterinya di sekolah tersebut. Tanpa harus berpromosi, sekolah jenis ini biasanya memperoleh siswa sesuai dengan pertumbuhan penduduk di sekitar sekolah. Ketika tingkat pertumbuhan calon siswa usia sekolah besar, maka sekolah memperoleh siswa cukup banyak, demikian pula sebaliknya.
Ada pula sekolah atau madrasah di pedesaan tertentu yang karena pengaruh tokoh tertentu menjadikan semua masyarakat merasa berkwajiban menyekolahkan putera-puterinya di sekolah tersebut. Tanpa harus berpromosi, sekolah jenis ini biasanya memperoleh siswa sesuai dengan pertumbuhan penduduk di sekitar sekolah. Ketika tingkat pertumbuhan calon siswa usia sekolah besar, maka sekolah memperoleh siswa cukup banyak, demikian pula sebaliknya.
Bagi sekolah negeri, sekolah demikian nyaris bukan masalah berarti, sebab bilamana sekolah kekurangan murid, guru dan pengelola sekolah tidak kehilangan pekerjaan. Mereka akan dialihkan ke sekolah lain yang membutuhkan, atau paling buruk harus pensiun dini.
Lain halnya dengan sekolah swasta yang mungkin akan kolaps bilamana peminatnya menurun. Guru dan pengelola sekolah harus siap-siap mencari pekerjaan baru bilamana sekolah terpaksa harus ditutup.
Lain halnya dengan sekolah swasta yang mungkin akan kolaps bilamana peminatnya menurun. Guru dan pengelola sekolah harus siap-siap mencari pekerjaan baru bilamana sekolah terpaksa harus ditutup.
SEKOLAH BERBASIS PRODUK
Sekolah berbasis produk adalah sekolah yang hadir dengan menawarkan kualitas tertentu. Sekolah jenis ini tidak menggantungkan pada masyarakat sekitar sekolah untuk mendapatkan siswa. Sekolah jenis ini menawarkan jaminan mutu tertentu agar masyarakat berminat menyekolahkan putera-puterinya di sekolah tersebut. Masyarakat peminat sekolah tersebut sangat boleh jadi tinggal jauh dari lingkungan sekolah, bahkan kadang datang dari luar kota.
Jaminan mutu dan kredibilitas sekolah bahkan tidak jarang membuat masyarakat rela mengeluarkan biaya ekstra agar putera-puterinya dapat bersekolah di lembaga setempat. Jaminan kualitas yang mampu diberikan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tertentu membuatnya diminati oleh masyarakat luas, tanpa memandang jarak maupun biaya.
Pelajar yang datang ke sekolah berasal dari luar lingkungan sekolah karena pertimbangan mutu atau produk tertentu yang ditawarkan oleh sekolah tersebut. Mutu dimaksud tidak selalu keunggulan akademik, melainkan dalam arti seluas-luasnya sesuai dengan kekhasan sekolah. Di antara jenis sekolah semacam ini adalah sekolah-sekolah plus, sekolah internasional, dan pesantren. Oleh karena itu, sekolah jenis ini dapat disebut pula sebagai sekolah berbasis mutu.
Pelajar yang datang ke sekolah berasal dari luar lingkungan sekolah karena pertimbangan mutu atau produk tertentu yang ditawarkan oleh sekolah tersebut. Mutu dimaksud tidak selalu keunggulan akademik, melainkan dalam arti seluas-luasnya sesuai dengan kekhasan sekolah. Di antara jenis sekolah semacam ini adalah sekolah-sekolah plus, sekolah internasional, dan pesantren. Oleh karena itu, sekolah jenis ini dapat disebut pula sebagai sekolah berbasis mutu.
Sekolah tipe kedua inilah yang biasanya membutuhkan strategi dan media pemasaran tertentu. Mereka perlu memperkenalkan kualitas yang ditawarkannya kepada masyarakat melalui berbagai cara dan media. Mereka perlu mempengaruhi opini masyarakat mengenai pendidikan ideal yang memungkinkan masyarakat peminat memilih sekolah tersebut.
Meski demikian, tidak semua sekolah berbasis mutu perlu mempromosikan diri. Ada pula sekolah-sekolah yang karena menonjol kualitasnya menjadi sekolah pilihan pertama. Di antara sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah-sekolah negeri tertentu yang karena fasilitas pemerintah di masa lalu menjadi sekolah yang dinomor satukan dan akhirnya difavoritkan oleh masyarakat.
Keberadaan sekolah yang dinomorsatukan tersebut menjadikan sekolah tersebut menjadi pilihan pertama bagi calon-calon siswa, hingga memungkinkan sekolah melakukan rekrutmen calon siswa secara selektif. Kualitas raw input yang diperoleh secara selektif menjadikan kualitas pendidikannya dengan sendirinya lebih baik dari sekolah lain.
Sekolah tipe terakhir, tidak perlu promosi lagi karena sudah pasti menjadi pilihan pertama bagi mayoritas calon siswa. Sekolah demikian sudah mencapai satu jenis jaminan mutu (brand march) yang membuat sekolah dipercaya oleh masyarakat.
Meski demikian, tidak semua sekolah berbasis mutu perlu mempromosikan diri. Ada pula sekolah-sekolah yang karena menonjol kualitasnya menjadi sekolah pilihan pertama. Di antara sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah-sekolah negeri tertentu yang karena fasilitas pemerintah di masa lalu menjadi sekolah yang dinomor satukan dan akhirnya difavoritkan oleh masyarakat.
Keberadaan sekolah yang dinomorsatukan tersebut menjadikan sekolah tersebut menjadi pilihan pertama bagi calon-calon siswa, hingga memungkinkan sekolah melakukan rekrutmen calon siswa secara selektif. Kualitas raw input yang diperoleh secara selektif menjadikan kualitas pendidikannya dengan sendirinya lebih baik dari sekolah lain.
Sekolah tipe terakhir, tidak perlu promosi lagi karena sudah pasti menjadi pilihan pertama bagi mayoritas calon siswa. Sekolah demikian sudah mencapai satu jenis jaminan mutu (brand march) yang membuat sekolah dipercaya oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar