Rabu, 30 November 2011

PROBLEM SDM SEKOLAH SWASTA DI PEDESAAN

Mengelola sekolah swasta saat ini bukan hal mudah, apalagi bila letak sekolah berada di pedesaan. Berdasarkan pengalaman kami, banyak masalah yang harus dihadapi dalam mengelola sekolah swasta. Dibutuhkan kekuatan mental dan kemauan untuk terus mengasah pengetahuan dan ketrampilan agar sekolah swasta dapat terus eksis, terlebih lagi bila berharap mampu bersaing dengan sekolah lain.
Problem-problem umum yang selama ini mengemuka dalam mengelola sekolah swasta di pedesaan mestinya ditelusuri dari 10 unit analisis yang biasa digunakan dalam pengembangan sekolah. Kali ini masalah tersebut hanya ditelusuri secara sederhana dari aspek-aspek yang selama ini kami pandang sebagai aspek menonjol.

Minggu, 27 November 2011

PERINGATAN PERTAMA

Selama lima belas tahun menjadi dosen, belum pernah sekalipun aku memperingatkan mahasiswa baik soal disiplin kehadiran, berpakaian ataupun ketertiban dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Setiap kali ada mahasiswa terlambat hadir di kelas, kuliah hanya mengenakan kaos atau sandal jepit, aku tidak pernah menganggapnya sebagai peristiwa yang istimewa. Aku selalu mengaca pada diriku sendiri saat jadi mahasiswa dulu, yang kurang lebih sama dengan mereka.
Hari ini, Senin 22 Maret 2010, adalah hari pertamaku masuk kelas Pembelajaran Bahasa Inggris. Ini pertama kalinya aku memegang matakuliah ini. Sejak pertama kali menjadi dosen, aku selalu menghidar untuk mengajarkan matakuliah bahasa asing. Tentu saja bukan karena aku tidak menguasainya, melainkan karena sedikit ego akademik.Orang-orang seperti aku biasanya merasa kurang respek, kurang bergengsilah bila mengajarkan mata kuliah bahasa. Kesannya kurang tertantang, seperti jadi guru sekolah/madrasah saja, bukan dosen.
Sejak perubahan formasi dosen, di mana aku ditempatkan di program sudi PGMI, aku tidak dapat menghindar lagi dari keharusan mengajarkan materi-materi kuliah semacam mata kuliah bahasa asing. Aku bahkan menyadari harus menyesuaikan diri dengan suasana akademik bagi para calon guru sekolah dasar atau Madrasah ibtida’iyah tersebut. Kesan angker dan intelek harus kusisihkan jauh-jauh dari suasana perkuliahan, dengan harapan mahasiswaku kelak juga akan terbiasa membangun suasana rileks dalam mengelola pembelajaran.
Setelah beberapa kesan santai kumulai, ada satu mahasiswa, sebut saja Fulan, yang kelihatan sama sekali tidak respek dengan kegiatan yang aku bangun. Bahkan saat yel kelas berulangkali dikumandangkan, dia sama sekali tidak merespon. Dia terus berbicara, bercanda dan mengganggu mahasiswa lain, tanpa mempedulikan apapun yang aku sampaikan.
Meski ini perkuliahan pembuka yang hanya menyampaikan hal-hal umum dan contoh-contoh kasus, aku mencoba membawa mahasiswa pada analisis sederhana mengenai beberapa model pembelajaran bahasa asing. Di antara yang aku kemukakan adalah contoh pembelajaran bahasa asing melalui lagu.
Ketika aku memberikan contoh lagu dan maknanya bagi pembelajaran bahasa Inggris di MI, aku bertanya pada mahasiswa mengenai nilai edukatif minimal dalam pembelajaran lagu. Mengingat saat bertanya si Fulan bercanda sangat keras, pertanyaan langsung kutujukan kepadanya. “Apa yang didapat siswa, mas?”
Kontan dia tergagap dan menjawab sekenanya, “A, pak” Sebuah jawaban ngawur dan melecehkan. Mungkin maunya membuat lelucon, tetapi dengan cara melecehkanku. Langsung saja aku katakan padanya, “Anda boleh keluar dari kelas saya kalau anda mau.... silakan..., bla… bla… bla…”
Aku tak peduli apapun alasannya, yang jelas hanya sekenanya dan mengada-ada. Akhirnya sekalian aku tegaskan, bahwa siapapun boleh tidak ikut di kelasku, bila tidak merasanya nyaman dengan perkuliahanku. Dia bisa mengambil kuliah pada dosen lain atau minta nilai C saja tanpa perlu kuliah.
Sejak pertama kali jadi dosen, ini pertama kalinya aku memperingatkan mahasiswa dengan nada sedikit tegas. Ini juga pertama kalinya ada mahasiswa yang meremehkan kelasku. Aku tak tahu apa yang mereka pikirkan dengan tindakanku. Aku sendiri tak nyaman harus melakukannya, karena pernah berfikir akan mengingatkan mahasiswa dengan cara ini.
Aku sama sekali tidak membencinya, meski terasa berbeda karena ini pertama kalinya aku memberi peringatan. Lagi pula sebenarnya sudah kwajibanku sebagai pengajar untuk mengingatkan mereka. Out of all, aku berharap dapat membangun suasana perkuliahan yang sedikit berbeda, rileks seperti mengajar sekolah dasar, agar kelak mereka juga dapat melakukan hal yang sama dan lebih efektif saat jadi guru sesungguhnya.

Sabtu, 26 November 2011

KARAKTERISTIK KEPALA SEKOLAH ENTERPRENEUR

Kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur ditandai dengan beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut kurang lebih sama dengan karakteristik yang umumnya dimiliki para enterpreneur. Bedanya, mereka mencurahkan perhatiannya pada persoalan pendidikan, sementara para enterpreneur lebih fokus pada pengembangan ekonomi. Kemampuan enterpreneurship kepala sekolah bukan mustahil menghasilkan keuntungan yang bernilai ekonomi, meski tidak sebesar hasil kerja para enterpreneur di bidang ekonomi.
Di antara karakteristik kepala sekolah yang berjiwa enterpreneur adalah: (1) Percaya diri, (2)  Kreatif, (3) Berorientasi pada hasil dan kepuasan kerja, (4)  Berani mengambil resiko, (5) Mampu memimpin secara efektif, (6)  Orisinil, dan (7)  Berorientasi masa depan.

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH: ENTERPRENEURSHIP

Enterpreneurship merupakan salah satu kompetensi yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah. Dengan kompetensi tersebut kepala sekolah tidak hanya dituntut berjiwa pendidik, melainkan juga memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu daya kreatif dalam membaca dan memanfaatkan peluang sehingga mampu mengambil keuntungan. 
Istilah enterpreneurship memiliki konotasi berbeda bagi kebanyakan orang. Di antara pengertian dari istilah yang berasal dari bahasa Perancil tersebut adalah daya kreatif untuk mengembangkan visi, ide dan solusi, serta keberanian mengambil resiko demi memanfaatkan peluang, memperoleh keuntungan dan kepuasan.
Seorang enterpreneur merupakan pribadi yang kreatif dan dinamis. Mereka memiliki visi yang kuat, mampu merespon perubahan dengan kreasi-kreasi positif, unik dan menguntungkan. Mereka mampu merealisasikan ide kreatif ke dalam realitas.

Jumat, 25 November 2011

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.

Senin, 21 November 2011

KEBERHASILAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran di sekolah merupakan usaha mengantarkan siswa pada tujuan atau mencapai hasil tertentu. Tujuan atau hasil yang diharapkan dalam pembelajaran dijabarkan dalam tujuan pembelajaran atau indikator keberhasilan sebagaimana ditetapkan dalam silabus yang pelaksanaannya dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dengan demikian, pada hakekatnya pembelajaran di sekolah merupakan sebuah proses atau kegiatan yang memiliki tujuan atau target. Ada kalanya kegiatan pembelajaran berhasil, tetapi tidak jarang mengalami kegagalan dalam mengatarkan siswa mencapai tujuan atau target yang ditetapkan.

Minggu, 20 November 2011

UNTUNG RUGI YAYASAN "STEMPEL"

Sekolah atau madrasah yang penyelenggaraannya berada di bawah naungan yayasan "stempel" memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
KEUNTUNGAN
Keuntungan pengelolaan sekolah atau madrasah demikian dirasakan oleh kepala dan guru sekolah setempat. 
"Kebebasan" Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki kebebasan penuh dalam mengelola sekolah. Memimpin sekolah di bawah yayasan "stempel" lebih ringan, tanpa beban bagi kepala sekolah, sebab paling tidak tekanan struktural, dari atasan, tidak dihadapi oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dapat memimpin tanpa dituntut pertanggungjawaban.
Tidak jarang sekolah atau madrasah demikian dapat maju dengan pesat, bilamana kebetulan berada di tangan kepala sekolah yang visioner. Kepala sekolah dapat menjalankan kebijakan terbaiknya tanpa banyak pihak yang mungkin mempersoalkannya. Masalahnya, banyak sekolah yang stagnan, alias tidak berkembang karena kepala sekolah swasta yang demikian tidak begitu banyak jumlahnya.  

YAYASAN "STEMPEL"

Secara normatif, setiap sekolah atau madrasah swasta harus diselenggarakan oleh sebuah organisasi atau perorangan yang berkedudukan sebagai penyelenggara yang berbadan hukum. Badan hukum yang menaungi penyelenggaraan sekolah atau madrasah dapat berupa yayasan, organisasi kemasyarakatan (ormas), atau lembaga pendidikan sosial dan pendidikan.
Faktanya, banyak sekolah dan madrasah yang penyelenggaraan maupun pengelolaannya tidak melibatkan lembaga-lembaga berbadan hukum semacam itu. Pengelolaan sekolah atau madrasah biasanya ada di tangan kepala sekolah dan guru sepenuhnya. Merekalah yang bekerja mulai dari merekrut siswa, menentukan program kerja, anggaran, kurikulum pendidikan, merekrut tenaga guru dan pegawai, hingga menggalang dana bagi pembiayaan sekolah.  

Rabu, 09 November 2011

PETA KONSEP DAN PEMBELAJARAN EFEKTIF

HAKEKAT PEMBELAJARAN
Pada hakekatnya pembelajaran mengajarkan 3 (tiga) hal, yaitu fakta, konsep dan generalisasi.
1.  Fakta adalah pengetahuan yang disampaikan apa adanya, misalnya nama-nama benda, daerah, atau peristiwa yang dipelajari dengan cara dihafalkan.
2.   Konsep adalah pengetahuan tentang keterkaitan berbagai fakta hingga membentuk istilah atau cara kerja tertentu. Konsep dapat berupa definisi, cara kerja, atau cara menyelesaikan soal.
Pembelajaran konsep mengajarkan ketrampilan untuk mendefinisikan, membuat contoh, menjelaskan, dan cara menyelesaikan soal sesuai konsep tertentu.
3.  Generalisasi adalah pengetahuan mengenai teori yang sudah jadi dan dijadikan acuan dalam memahami permasalahan tertentu atau berperilaku sesuai hukum atau teori tertentu.
Misalnya, “kalau rajin pasti pandai” merupakan sebuah generalisasi dari sistem perilaku. Siswa harus rajin agar menjadi pandai. 

TANTANGAN SEKOLAH SWASTA DI PEDESAAN

Menyelenggarakan sekolah swasta di pedesaan bukan hal mudah saat ini. Pola pikir dan kebutuhan masyarakat desa terhadap pendidikan berbeda dari perkotaan. 
Tingkat sosial ekonomi masyarakat desa pada umumnya tidak lebih tinggi dibanding masyarakat kota, sekalipun banyak juga masyarakat miskin tinggal di kota. Bedanya, tingkat kepadatan penduduk kota menjadikan jumlah keluarga mampu di kota lebih banyak dibanding desa. 

GURU PENGGANTI DI SEKOLAH SWASTA

Dilema umum yang dialami sekolah swasta adalah pergantian guru yang terjadi hampir setiap tahun. Masalah ini biasanya dapat diatasi dengan rekrutmen guru dengan sistem kontrak setiap tahun yang disertai dengan pelatihan demi pelatihan. Dengan begitu, sekolah dapat mempertahankan kualitas pendidikan dan pelayanan sebagaimana standar yang ditetapkan.
Masalahnya, di pertengahan tahun pelajaran, kadang sekolah terpaksa harus merekrut guru pengganti. Biasanya ini terjadi karena guru reguler tidak dapat melaksanakan tugas lagi karena alasan yang sulit dihindari, seperti ikut suami, sakit keras, meninggal dunia dan sebagainya.
Kehadiran guru pengganti pada pertengahan tahun di satu sisi menjadi solusi yang harus dilakukan, tetapi di sisi lain selalu menyisakan beberapa persoalan. Berdasarkan pengalaman kami, di antara persoalan yang timbul akibat guru pengganti adalah:
KEPRIBADIAN & KOMPETENSI DASAR TIDAK TERUJI
Setiap sekolah (berbasis mutu) pasti memiliki standar kepribadian dan kompetensi guru. Guru yang direkrut dalam situasi mendadak biasanya mengabaikan standar tersebut. Akibatnya, sering kali sekolah mendapatkan guru yang mentalitas, kepribadian dan kemampuan dasarnya jauh di bawah standar.
KATRO' ATAU TIDAK PAHAM KONSEP KERJA
Setiap sekolah (berbasis mutu) pasti memiliki kekhasan kebijakan yang menjadikan pola pengelolaan pendidikannya berbeda dari sekolah lain. Guru yang tidak direkrut melalui pelatihan memadai potensial menimbulkan disparitas (kesenjangan) pemahaman. 
Guru pengganti yang direkrut dari mereka yang minim pengalaman, biasanya kurang dinamis. Mereka harus bekerja tanpa konsep, dan hanya mengikuti arus. Bagi mereka yang berkepribadian terbuka tentu mudah beradaptasi, tapi bagi mereka yang sulit untuk beradaptasi akan cenderung menimbulkan hambatan.
Guru pengganti yang direkrut dari mereka yang pernah mengajar di lembaga lain, seringkali menjadikan pola pikir dan cara kerja di lembaga pendidikan sebelumnya sebagai acuan. Padahal lain sekolah tentu lain pola pikir dan pola kerja yang diterapkan. Bahkan tidak jarang pengalaman di sekolah non-formal kadang masih dibawa ketika masuk sekolah formal.
KEMAMPUAN KERJA RATA-RATA RENDAH
Ini merupakan dampak paling krusial digunakannya guru pengganti. Mereka rata-rata tidak paham tugas dan fungsi guru, sehingga banyak tugas yang tidak terlaksana. Mereka hanya berangkat dan pulang tanpa banyak hal yang dilakukan. Bahkan kapan memberi PR, kapan ujian, kapan merekap nilai saja tidak tahu.
SOLUSI
Untuk mengatasi problematika guru pengganti di tengah tahun, sekolah swasta perlu mempertimbangkan dan melakukan beberapa hal.
Rekrutmen Tetap Melalui Proses Seleksi
Rekrutmen guru harus melalui proses seleksi, baik mental, kepribadian maupun kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru setempat. Rekrutmen guru tanpa seleksi sangat boleh jadi hanya mendatangkan "penyakit" bagi sekolah. 
Kedepankan Supervisi
Guru yang masuk di tengah tahun perlu diberi pengawasan ekstra, karena mereka belum paham visi, misi dan konsep kerja yang berlaku di sekolah. Kalau perlu, kepala sekolah memberikan bimbingan langsung dalam setiap proses pembelajaran hingga paling tidak 2 bulan.
Meski demikian, supervisi ekstra belum tentu menjadi solusi. Supervisi ekstra perlu kehati-hatian ekstra pula, sebab berdasarkan pengalaman, guru yang disupervisi ekstra kadang justeru tertekan. Mereka terkejut oleh pola kerja yang berlaku, Bisa-bisa guru pengganti kabur beberapa hari kemudian.     
Matrikulasi Melalui Dinamika Tim
Bila ada guru pengganti, sebaiknya sekolah mengadakan sesi pelatihan tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu guru pengganti  menyesuaikan diri dengan guru-guru yang lain. 
Guru Cadangan
Alternatif paling aman yang perlu dilakukan adalah menyediakan guru cadangan. Resikonya memang sekolah perlu mengalokasikan anggaran tambahan, tetapi dapat menyelamatkan proses pembelajaran bilamana suatu saat ada guru yang harus digantikan.
Guru cadangan dapat diambil dari staf tata usaha atau pegawai sekolah yang lain, yang diberikan keahlian tambahan berupa pengelolaan kelas. Bahkan mungkin di setiap sekolah swasta, setiap pegawai perlu dilatih untuk sekaligus menjadi guru, setidaknya pada saat-saat diperlukan.


Semoga Bermanfaat.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...