Sabtu, 03 November 2012

URGENSI SOP DI SEKOLAH


SOP atau prosedur operasi standar merupakan hal biasa, selalu ada dan berlaku pada setiap tugas atau pekerjaan tertentu. SOP adalah panduan yang berisi norma-norma, kriteria-kriteria dan langkah-langkah baku yang diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan dengan kualitas minimal yang diperlukan oleh suatu jenis pekerjaan atau organisasi.
Sebagai organisasi dan tugas profesi, sekolah memiliki tujuan dan berbagai jenis pekerjaan yang perlu dikelola sedemikian rupa, sehingga pengelolaan sekolah, pembelajaran dan berbagai kegiatannya berjalan dengan baik dan mencapai hasil sesuai harapan. SOP memungkinkan sekolah memberikan jaminan mutu pendidikan dan pelayanan berkualitas pada masyarakat.

PENYEBAB SOP TIDAK BERJALAN DI SEKOLAH


SOP bukan hal asing dalam pengelolaan sekolah. Saat ini hampir setiap sekolah memiliki SOP sekalipun belum benar-benar dijadikan acuan dan dilaksanakan secara konsekwen. Bahkan banyak SOP yang baru berfungsi sebatas kelengkapan formal saja. Ini terjadi karena:
1.   Visi Pendidikan Rendah
SOP tidak berjalan di kalangan guru dan pengelola sekolah yang visi pendidikannya rendah. SOP bahkan tak jarang dipandang sebagai aturan aneh, karena pemahaman mereka terhadap pendidikan hanya didasarkan pada pengalaman mereka sendiri saat masih sekolah atau berdasarkan yang mereka ketahui di sekolah sekitarnya.

Kamis, 25 Oktober 2012

5 PANDANGAN KELIRU TENTANG PACARAN

Sejak memasuki masa puber, pacaran menjadi tema menarik bagi sebagian remaja. Banyak remaja yang secara diam-diam atau terang-terangan ingin mempunyai pacar. Kebanyakan orang mengira pacaran akan menjadi momen penuh kesenangan, momen mengenal pasangan lebih dalam, menjadi bekal pernikahan atau  menjadi motivasi untuk lebih sukses dalam studi atau karier.
Faktanya, pacaran tidak selalu demikian, bahkan lebih sering sebaliknya, sebab menjalin hubungan dengan seseorang merupakan sesuatu yang unik dan cenderung rumit. Berikut ini adalah beberapa pandangan keliru tentang pacaran yang terlanjur diyakini banyak orang. 
1.   Penuh Kesenangan
Suasana hati berbunga-bunga saat masa pendekatan hingga jadian mungkin memang memberi sensasi tersendiri, tapi masa itu sebenarnya tidak berlangsung selamanya. Setelah masa-masa "bulan madu" itu berlalu berbagai persoalan bermunculan satu persatu, mulai dari beda pendapat, cemburu, putus cinta dan berbagai persoalan lain yang menyita energi pikiran dan perasaan.
2.   Mengenal Lebih Dalam
Pandangan kebanyakan orang bahwa pacaran membuat pasangan mengenal lebih dalam dan lebih siap menghadapi pernikahan tidak sepenuhnya benar, bahkan boleh dibilang keliru. Pernikahan dan pacaran adalah dua hal yang berbeda. Pacaran lebih sering hanya menyoal ikatan perasaan, sementara pernikahan berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan, mulai dari cinta kasih, seks, mengurus anak, mencari nafkah dan sebagainya.
Saat pacaran orang cenderung menunjukkan yang baik-baik saja di hadapan pasangannya. Rasa suka menjadikan seseorang kurang mampu menilai pasangan secara obyektif dan rasional. Itu sebabnya pernikahan yang dimulai dari pacaran tidak menjamin pernikahan berlangsung mulus, dan justeru lebih banyak pernikahan tanpa proses pacaran yang berlangsung baik-baik saja.  
3.   Menjadi Motivasi untuk Maju
Menjalin hubungan dengan seseorang sebenarnya bukan mengatasi masalah tanpa masalah, bahkan dapat diartikan dengan mendatangkan masalah baru dan beban tambahan bagi energi mental kita. Rasa keterikatan, ketergantungan, berbagai keharusan, cemburu, kerinduan, kemarahan, hingga putus cinta menjadi masalah baru yang harus dihadapi saat mempunyai pacar.
Itu sebabnya keliru bila kita percaya bahwa pacaran dapat memotivasi diri untuk maju. Bahkan orang yang terlalu terbuai oleh urusan pacar biasanya justeru membelokkan seseorang dari tujuan studi. Tidak sedikit orang yang memutuskan berhenti studi gara-gara terlena oleh urusan cinta. Selain bagi kalangan artis, mungkin pacaran lebih tepat dilakukan oleh cewek yang tidak mementingkan karier dan pengembangan diri.
4.   Teman Sharing
Buat mereka yang dapat menempatkan pacar atau kekasih sebagai teman sharing, mungkin pacaran dapat menjadi pilihan positif. Masalahnya, bagi kebanyakan orang, khususnya laki-laki, pacaran lebih sering didorong oleh motivasi kesenangan dibanding motivasi untuk berkembang. Apalagi kalau pacar kamu mempunyai bidang yang berbeda, pasti sharing hanya berarti curhat yang tidak bermakna apa-apa bagi pengembangan diri.
5.   Pernikahan Lebih Siap dan Bahagia
Ini merupakan anggapan paling keliru tentang pacaran. Seperti disinggung di bagian awal, pacaran bukan jaminan pernikahan langgeng dan tanpa masalah, sebab pacaran dan pernikahan adalah dua dunia yang berbeda. Bahkan faktanya, banyak pernikahan bermasalah meski diawali dengan pacaran bertahun-tahun. Banyak pula pasangan yang baru bertemu di biro jodoh beberapa hari dapat membangun pernikahan bahagia.

Rabu, 24 Oktober 2012

8 MANFAAT MENJAGA KEPERAWANAN SAMPAI MENIKAH

Banyak yang bilang  keperawanan sebagai hal tidak penting lagi untuk dipertahankan. Mereka bilang, pernikahan adalah masalah kecocokan hati, bukan soal perawan atau tidak. Mungkin itu sebabnya seks pranikah menjadi hal yang mulai biasa dilakukan oleh pasangan belum menikah.
Banyak juga cewek Indonesia yang masih meyakini bahwa keperawanan perlu dipertahankan hingga saat menikah. Sebagian beralasan karena norma keyakinan, sebagian lagi berfikir hanya akan mempersembahkan kehormatan atau kesuciannya untuk suami tercinta.
Keperawanan memang bukan satu-satunya hal yang bisa menjamin kebahagiaan pernikahan. Mereka yang sudah mengalami pernikahan bahkan jarang ada yang bertanya pada pasangannya, apakah masih perawan atau tidak. 
Bahkan cowok sebenarnya sulit membedakan cewek yang masih perawan atau tidak, kecuali sang cewek mengakuinya di hadapan pasangan. Pendarahan dan kesakitan karena pecahnya selaput dara hanyalah mitos masa lalu, sebab saat berhubungan pertama kali sekalipun jarang terjadi pendarahan bila cewek sudah memang siap (terangsang).Cewek yang sudah sering berhubungan seks sekalipun juga akan kesakitan dan mungkin keluar darah bila behubungan kelamin saat sedang tidak terangsang. 
Meski demikian, para ahli masalah keluarga dan hubungan berpendapat bahwa menjaga keperawanan sampai menikah memberikan banyak manfaat.
1.  Lebih Sehat.
Tanpa seks pranikah, cewek terhindari dari penyakit-penyakit kelamin. Kesehatan kandungan juga lebih baik, karena terhindar dari penggunaan kontrasepsi, aborsi atau usaha-usaha lain untuk menghindari kehamilan.
2.  Bebas dari Depresi.
Seks pranikah sering kali membuat cewek dibayangi kekhawatiran akan ditinggal oleh sang cowok yang telah merenggut keperawanannya. Kekhawatiran itu akan bertahan hingga sang cowok tersebut benar-benar menikahinya. Depresi biasanya mencapai puncaknya saat hubungan dengan cowok tersebut mengalami kegagalan. Beban mental akan kembali mengganngu saat menemukan cowok baru yang bermaksud menjalin hubungan serius, menjadi suami.
3.  Lebih Mudah Ketemu Jodoh.
Sekalipun banyak yang menganggap keperawanan tidak penting, faktanya lelaki lebih mudah menerima cewek yang masih perawan dibanding tidak. Tetap perawan setidaknya membuka peluang mendapatkan jodoh lebih mudah dibanding sudah tidak perawan.
4.  Kenangan Indah.
Tanpa seks pranikah, pengalaman seks pertama dengan suami akan menjadi kenangan manis bagi pasangan. Bahkan sekalipun seks pertama tidak selalu mulus, har-hari pertama pernikahan akan selalu menjadi pengalaman indah dan mungkin lucu untuk dikenang dengan suami.
5.  Lebih memuaskan.
Hubungan seks dalam pernikahan akan lebih memuaskan karena dibangun bersama suami. Cewek tidak perlu membandingkan pengalamannya dengan orang lain yang sering kali mengganggu hubungannya dengan suami. Cewek juga terbebas dari trauma masa lalu yang dapat mempengaruhi kejiwaannya.
6.  Lebih Bahagia
Sekalipun jarang dinyatakan secara lisan, cewek yang masih perawan lebih dihargai oleh suami dibanding yang sudah tidak perawan. Keperawanan memberikan andil bagi terjalinnya ikatan batin yang lebih kuat dengan pasangan, sehingga rumah tangga lebih mudah mempertahankan.
7.  Lebih Percaya Diri
Meski suami tidak tahu, pengalaman seks pranikah selalu menyisakan beban batin bagi cewek, misalnya keraguan apakah akan menceritakan pada suami atau tidak, apakah sang mantan akan bercerita atau tidak. Wanita yang masih perawan dapat terlepas dari dilema beban batin tanpa harus menyembunyikan masa lalunya dari suami. 
8.  Lebih Sukses dalam Hidup
Orang jaman dulu mempercayai, seks di luar nikah dapat membunuh jalan rejeki. Rupanya itu bukan isapan jempol, sebab berdasarkan survey terbaru, orang yang menunda seks dan pernikahan lebih sukses dalam hidup dibanding yang tidak. Sebenarnya ini berkaitan dengan kematangan seseorang dalam pernikahan, yang mungkin tidak berlaku bagi pernikahan dini.  
Begitulah kira-kira. Soal apakah kamu memilih mempertahankan keperawanan atau tidak, resiko ditanggung pelaku.7

Senin, 23 Juli 2012

PENYEBAB SINDROM AKHIR MASA STUDI


Banyak mahasiswa yang di akhir masa studi di perguruan tinggi merasa tidak bisa apa-apa, tidak merasa ahli bidang keilmuan dan keahlian yang ditekuni sejak lulus SLTA. Padahal mereka dihadapkan pada keharusan untuk mandiri, bertanggung jawab pada dirinya sendiri dengan cara bekerja, tetapi merasa jauh dari professional untuk memasuki bidang pekerjaan yang seharusnya mereka tekuni sesuai dengan bidang keilmuan/keahlian yang dipelajari di jurusan atau program studinya.

Minggu, 22 Juli 2012

SINDROME AKHIR MASA STUDY DI PERGURUAN TINGGI

Kuliah di perguruan tinggi sering dipahami sebagai jenjang pendidikan penentu masa depan. Kuliah sering dipandang sebagai jalan terakhir yang menentukan masa depan seperti apa yang akan diraih dan dijalani oleh seorang pelajar. Semakin spesifiknya bidang ilmu dan keahlian yang diajarkan pada jenjang perguruan tinggi menempatkan seorang pelajar harus bersiap menjadi "sesuatu" sesuai dengan bidang keilmuan dan keahliah yang dipelajari.
Itu sebabnya banyak anak muda berebut kursi di berbagai perguruan tinggi ternama dengan berbagai cara, bahkan bila perlu dengan membayar biaya "joki" yang tidak kecil nominalnya. Jalan lapang menuju masa depan seolah terbuka lebar begitu seseorang diterima di perguruan tinggi pilihan. Besarnya biaya pendidikan ditambah biaya hidup yang tidak sedikit selama studi di perguruan tinggi menjadi pertaruhan masa depan.
Satu hal yang jarang dikemukakan, meski banyak dirasakan oleh para mahasiswa adalah munculnya beban mental yang mereka alami di penghujung masa studi. Beban tersebut biasa dialami oleh mahasiswa semester akhir, juga mereka yang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Beban itu adalah:
1.   Merasa Tidak Bisa Apa-apa
Setelah menjalani proses perkuliahan yang tidak mudah, dengan berbagai tugas matakuliah, praktikum, ujian, hingga penelitian ternyata banyak mahasiswa yang tidak dengan sendirinya merasa sudah ahli dalam bidang yang tengah digeluti. Bahkan mahasiswa yang meraih indeks prestasi terbaik banyak yang merasa tidak tahu apa-apa berkenaan dengan bidang keilmuan dan keahlian yang dipelajari di jurusan atau program studinya.
Mereka belum menjadi “sesuatu” sebagaimana idealnya seseorang yang menempuh jenjang pendidikan tinggi. Mereka merasa masih sama dari sebelumnya, kecuali dalam beberapa hal yang tidak substantif, tidak penting, misalnya dalam hal bersikap dan berpakaian.
2.   Merasa Terasing dari Bidangnya
Delapan semester menekuni bidang keilmuan atau keahlian tidak dengan sendirinya membuat seseorang menjadi semakin dekat dengan masa depannya sendiri. Kajian teori, praktik hingga pengalaman lapangan seakan tidak membekas apa-apa dalam diri mahasiswa. Pengalaman lapangan yang panjang dan berbelit tidak membuat mahasiswa merasa dekat dengan dunia nyata, di mana mereka harus menerapkan bidang ilmu dan keahlian yang dipelajarai di jurusan atau program studi tertentu.
Bahkan banyak mahasiswa yang tidak bisa menjawab ketika ditanya akan ke mana mereka setelah selesai studi. Jawaban paling umum hanyalah akan melamar pekerjaan sesuai dengan bidang ilmu dan keahlian yang secara formal dia miliki. 
3.   Tak Punya Rencana Masa Depan
Banyak sarjana yang tak memiliki rencana yang jelas perihal apa yang akan dilakukan setelah lulus dari perguruan tinggi. Banyak sarjana larut dalam kegembiraan saat wisuda, padahal justeru tantangan terbesar mereka justeru di hari-hari setelah mereka dinyatakan lulus kuliah. Predikat sarjana dengan sendirinya juga disertai predikat orang dewasa yang seharusnya siap mandiri, bahkan eksistensi diri dalam bentuk pekerjaan yang baik dan membanggakan.
Tanpa rencana membuat banyak sarjana hanya menunggu ke mana angin akan membawa mereka selanjutnya. Padahal itulah saat di mana mereka harus menentukan jalan hidupnya di dunia nyata.
4.   Bergantung pada Ijazah
Sering kali ijazah menjadi barang paling berharga setelah lulus kuliah. Ijazah tak jarang ditempatkan layaknya azimat yang akan membawa seseorang menuju kesuksesan. Padahal ijasah tak pernah lebih dari selembar kertas yang tak selalu berguna, kecuali selembar kenangan-kenangan dari kampus.
Bersama ribuan sarjana lain, mereka berebut nasib menjadi pegawai pemerintah. Padahal daya tampung pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah tak pernah lebih dari 20% dari seluruh peminatnya. Orang yang bernasib baik, dapat bekerja sesuai ijazahnyapun tak lebih dari 10 atau 20% saja.

Fenomena unik semacam ini umum dijumpai di kalangan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi dari berbagai jurusan atau program studi. Mereka seakan terjebak di sebuah lorong gelap dan tak tahu ke mana akan menuju. Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, baik dari diri mahasiswa sendiri, tradisi akademik yang berkembang di lingkungan perguruan tingginya maupun lingkungan kerja atau lingkungan sosial yang akan mewadahi lulusan perguruan tinggi. Menghindari sindrome ini perlu persiapan jauh hari sebelum mahasiswa benar-benar lulus dari bangku kuliah.

Selasa, 10 Juli 2012

TERDIDIK MENJADI PEMALAS

Di kampung sekitar SD Islam Darush Sholihin dapat dijumpai masyarakat yang praktis sepanjang hari hanya berkumpul sambil duduk-duduk dan ngobrol di emperan rumah. Di sekitar sekolah saja ada tidak kurang dari 20 tenaga kerja produktif yang tidak melakukan apa-apa sepanjang hari. Di antara mereka ada yang hanya istri atau suaminya yang menganggur, ada pula yang dua-duanya tidak bekerja. 

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...