SOP
bukan hal asing dalam pengelolaan sekolah. Saat ini hampir setiap sekolah
memiliki SOP sekalipun belum benar-benar dijadikan acuan dan dilaksanakan
secara konsekwen. Bahkan banyak SOP yang baru berfungsi sebatas kelengkapan
formal saja. Ini terjadi karena:
1. Visi Pendidikan Rendah
SOP
tidak berjalan di kalangan guru dan pengelola sekolah yang visi pendidikannya
rendah. SOP bahkan tak jarang dipandang sebagai aturan aneh, karena pemahaman mereka
terhadap pendidikan hanya didasarkan pada pengalaman mereka sendiri saat masih sekolah
atau berdasarkan yang mereka ketahui di sekolah sekitarnya.
Kebanyakan
guru dan pengelola sekolah masih berpola pikir tradisional yang terbiasa bekerja
tanpa program dan perencanaan. Pengelolaan sekolah dan pembelajaran dilakukan sebagai
rutinitas tak bertujuan.
Mereka
terjebak pada kebiasaan lama, di mana segala sesuatu dilakukan tanpa rencana
tertulis, melakukan pekerjaan sebagai rutinitas, dan tanpa evaluasi terhadap
hasil kerja.
Ibarat
orang berangkat tahlilan, pola pikir dan
pola kerja kebanyakan guru dan pengelola sekolah sekedar berangkat dan pulang
membawa berkat.
3. Belum Berorientasi Hasil
SOP
tidak akan berjalan di tengah sekolah yang guru dan pengelola sekolahnya lemah
tanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang dalam bekerja tidak berorientasi
pada hasil kerja tertentu.
Mereka
tidak merasa memerlukan SOP, karena tidak merasa perlu mencapai target
tertentu. SOP bahkan cenderung dianggap sebagai beban tambahan yang dirasa membelenggu.
Adanya SOP sering kali membuat guru dan pengelola sekolah merasa kehilangan “kebebasannya”
untuk berkerja dengan bersantai-santai.
4. Belum Peka Terhadap Proses
Orientasi
yang rendah pada hasil kerja menjadikan guru dan pengelola sekolah merasa
nyaman bekerja tanpa panduan standar kerja, Mereka belum menyadari bahwa untuk
mencapai hasil tertentu dibutuhkan proses tertentu. Padahal bagaimana proses dilaksanakan
diatur dalam SOP sekolah.
5. Rendahnya Pemahaman Managemen
Mutu
SOP baru berjalan pada sekolah yang berorientasi
mutu. Sekolah yang menganut managemen mutu adalah sekolah yang dikelola dengan menawarkan
pelayanan dan kualitas tertentu bagi siswa-siswinya.
Masalahnya,
program, perencanaan dan panduan kerja bahkan tidak jarang dipandang sebagai
beban tambahan. Padahal kedudukan program, SOP atau panduan kerja merupakan instrument
yang diperlukan untuk memudahkan proses kerja dan pencapaian hasil yang
ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar