TRANSLATE

Selasa, 24 Maret 2020

MENDAMPINGI ANAK DI TENGAH DISTANSI SOSIAL

Mungkin sedikit terlambat menulis artikel ini, sebab gerakan Distansi Sosial sudah berjalan lebih dari seminggu, tapi tidak ada salahnya tips ini dibagikan, apalagi kapan tuntasnya penanganan wabah kali ini  masih sulit diprediksi. Sangat boleh jadi masyarakat masih harus bertahan di tengah situasi ini seminggu ke depan dan tidak menutup kemungkinan lebih panjang.
Yang pasti menjaga dan membantu anak belajar dan menghabiskan waktu di rumah bukanlah hal mudah. Lebih-lebih Distansi Sosial berbeda sama sekali dari hari libur. Distansi Sosial mengharuskan setiap orang dalam keluarga menghabiskan banyak waktu di rumah. Anggota keluarga, siapapun, termasuk ayah dan ibu, dihimbau untuk tidak keluar rumah dan berinteraksi dengan banyak orang demi tidak terpapar ataupun menularkan virus pada orang lain.
Ya, Distansi Sosial tidak ubahnya membuat setiap orang menjadi semacam "tahanan rumah". Masyarakat hanya perlu merelakan sebagian kebebasannya dan tentu saja menderita pelambatan ekonomi demi tidak membuat pandemi ini semakin parah. 
Tidak hanya itu, masyarakat juga harus menanggung beban mengasuh dan mendidik sendiri anak-anaknya, tugas yang sebelumnya menjadi tugas sekolah atau lembaga-lembaga kursus. Hal ini tentu bukan hal mudah, mengingat mengajar anak-anak sendiri sering kali jauh lebih sulit dibanding anak orang lain.
Agar pandemi ini tidak semakin meluas, kita aman dari paparannya dan anak-anak dapat belajar dengan baik, berikut ini ada beberapa tips yang perlu dicoba.
1.  Tetap Tenang dan Menenangkan
Tetaplah tenang dan jangan panik, sebab kepanikan hanya akan memperburuk keadaan. Bosan, kesulitan ekonomi, bahkan untuk memenuhi kebutuhan belanja sehari-hari sudah pasti kita alami,. Meski demikian, kondisi ini jauh lebih baik dibanding mereka yang tertimpa musibah bencana alam atau keadaan rusuh akibat perang yang penuh ketidakpastian.
Anak-anak juga pasti tidak nyaman dengan situasi ini dan orang tuanyalah yang seharusnya mampu memberi ketenangan pada mereka. Tidak perlu menambah beban anak-anak kita dengan kepanikan orang tuanya. Jangan membuat anak-anak trauma dengan peristiwa ini.
2.  Hanya Dengarkan Pemerintah
Wabah ini bukan hanya terjadi di negeri kita, tapi sudah mendunia. Banyak negara mengalaminya dan semua bisa dijelaskan secara sainstifik, ilmiah. Ini bukan kutukan atau azab Tuhan, tapi peristiwa biasa dalam sejarah manusia. Kita bersyukur karena penjelasan sains bisa membuat wabah ini diantisipasi secara cepat oleh dunia medis.
Karena itu, dengarkan dan ikuti pernyataan dan keputusan pemerintah saja dan hanya pemerintah, bukan yang lain. Merekalah satu-satunya pihak yang berkompeten dan layak dipercaya. Buang jauh-jauh berita, informasi, penjelasan ataupun broadcast  orang dan media sosial yang tidak jelas sumbernya dan dinyatakan oleh mereka yang tidak jelas kompetensinya. 
Bimbinglah anak-anak untuk selalu update dan peka terhadap informasi resmi dan terhindar dari informasi-informasi tidak jelas dan menyesatkan. Waspdalah, sebab di situasi seperti ini selalu saja ada orang-orang jahat yang berusaha memanfaatkan keadaan.
3.  Hindari Marah pada Anak
Mendampingi anak, apalagi ditambah harus membantu belajar di rumah membuat kita sering dihadapkan pada sikap dan perilaku anak yang tidak sesuai keinginan orang tua. Banyak hal yang bisa memancing kita untuk marah atau bersikap keras pada anak.
Dalam situasi semacam ini, sedapat mungkin orang tua tidak marah pada anak, sebab tidak memberikan keuntungan apapun bagi anak maupun orang tua sendiri. Marah pada anak pada dasarnya hanya memuaskan emosi orang tua dan sama sekali tidak membuat anak lebih baik. Kalaupun anak mengikuti kehendak orang tua, itu terjadi hanya karena rasa takut bukan karena kesadarannya. Kita harus marah dan marah lagi untuk memaksa anak, padahal itu sangat tidak nyaman buat orang tua maupun anak, bahkan semakin memperburuk suasana.
4.  Mengubah Cara Berkomunikasi
Di antara sisi positif dari peristiwa ini adalah, keluarga mempunyai momen untuk menjalin kedekatan seoptimal mungkin. Anak-anak umumnya lebih mudah dikendalikan dan terhindar dari pergaulan yang jauh dari harapan.
Orang tua perlu belajar berkomunikasi dengan anak, bukan semata-mata antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi sebagai tim dan partner yang solid dalam beraktivitas bersama. Inilah momentum yang tepat memulai relasi yang baru dalam keluarga, yang mungkin tidak akan terjadi tanpa adanya musibah ini.
Ini adalah saat-saat yang tepat untuk mengajarkan life skill dan tanggung jawab mereka pada keluarga. Berbagai life skill seperti mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah adalah kecakapan penting yang sering terlewatkan untuk diajarkan pada anak-anak jaman ini.
5.  Belajar Online
Mengajarkan materi pelajaran saat ini bukanlah hal mudah bagi orang tua, sebab cakupan dan kerumitannya berbeda dari pelajaran jaman dulu. Selain itu, perjalanan waktu membuat banyak materi pelajaran yang orang tua sudah tidak mengingatnya lagi.
Meski demikian tidak perlu khawatir, karena belajar di era digital jauh lebih mudah dibanding era manual. Semua materi pelajaran ada di internet berikut penjelasannya. Orang tua bersama anak tinggal googling dan browsing untuk dipelajari bersama-sama. Inilah saatnya merasakan manfaat gadget bukan hanya untuk bermain medsos dan game, tapi untuk belajar.
Sudah pasti orang tua harus mengubah kebiasaan, dari yang selama ini pasrah pada guru sekolah atau guru les menjadi harus terlibat sendiri. Menjadi guru dadakan tentu sedikit tidak nyaman, tetapi akan terasa asyik bila kita berusaha menikmatinya.
Semoga bermanfaat.




Tidak ada komentar: