Setiap sekolah memiliki beragam wali murid dengan berbagai karakteristik masing-masing. Tingkat kesejahteraan ekonomi tidak selalu menjadi ukuran kesediaan wali murid untuk memberikan dukungan terhadap sekolah. Ada yang secara ekonomi berkecukupan dan ada pula yang pas-pasan. Wali murid yang secara ekonomi berkecukupan ada yang mendukung pengelolaan sekolah, tetapi ada pula yang penuh perhitungan. Wali murid yang secara ekonomi termasuk pas-pasan ada yang mendukung pengelolaan sekolah, tetapi ada pula yang sebaliknya.
Pada prinsipnya melayani wali murid perlu menekankan sikap lembut dan tegas sekaligus, yang dalam praktiknya perlu menekankan sikap:
1. BERFIKIR DAN BERSIKAP POSITIF
Apapun yang dihadapi oleh guru dan pengelola sekolah, mereka harus tetap mengedepankan berfikir positif dan bersikap positif pada wali muridnya. Berfikir positif berarti melihat persoalan dari sudut pandang positif. Misalnya, wali murid komplain mengenai masalah apapun berarti mereka perhatian. Mereka peduli dan turut memikirkan kemajuan sekolah meski dengan cara yang kurang positif.
Bersikap positif berarti mengedepankan sikap baik apapun yang tengah dihadapi. Kadang guru dan pengelola sekolah harus menghadapi sikap dan perilaku tidak mengenakkan dari wali murid. Guru dan pengelola sekolah harus tetap menunjukkan sikap baik dan menghindari konflik yang hanya akan memperburuk keadaan. Guru dan pengelola sekolah tak ubahnya dengan dokter dan perawat di rumah sakit. Mereka harus tetap bersikap baik bilamana pasien berteriak-teriak karena sakitnya.
2. MENDENGARKAN DENGAN BAIK
Guru dan sekolah belum tentu dapat langsung memberikan solusi bagi setiap masalah yang dikeluhkan oleh wali murid. Mendengar adalah cara terbaik untuk memahami masalah dan mencari penyelesaian. Mendengar setidaknya dapat menjadi wahana untuk menenangkan orang lain.
Hindari perdebatan, karena hanya akan memperumit keadaan. Sebaliknya, berikan kesempatan pada wali murid yang komplain dengan cara mendengarkan dengan seksama. Bila perlu, guru dan pengelola sekolah mencatat satu demi satu yang dikeluhkan oleh wali murid, dan membacakannya kembali agar persoalan menjadi lebih jelas.
Hal ini dikarenakan masalah sering kali muncul karena kondisi emosional sesaat saja. Masalah yang jelas cenderung mudah diselesaikan tanpa menimbulkan amarah. Memperjelas masalah dengan cara mendengar akan memungkinkan masalah menjadi jelas dan mudah.
3. MEMBERIKAN PENJELASAN LOGIS DAN NORMATIF
Bila ada wali murid yang memerlukan penjelasan, guru atau pengelola sekolah sebaiknya memberikan secukupnya saja. Hindari penjelasan panjang lebar sebab sering kali justeru memancing perdebatan. Penjelasan seyogyanya didasarkan atas ketentuan, tanpa menambah atau mengurangi.
Kalaupun perlu penjelasan logis, logika tersebut berkaitan dengan alasan atau pertimbangan yang mendasari ditetapkannya suatu aturan. Bila masih ada wali murid yang mempertanyakan aturan dengan berbagai argumen, maka sebaiknya tidak perlu ditanggapi, sebab melayani wali murid dilakukan bukan dalam rangka menyusun aturan, tetapi menerapkannya.
4. MEMINTA MAAF DENGAN TULUS
Ada kalanya sekolah tidak mampu memenuhi harapan wali muridnya, baik dalam hal substantif seperti hasil belajar, maupun masalah komplementer, seperti penyediaan buku dan seragam tidak tepat waktu atau ada barang-barang siswa yang ketinggalan. Tak jarang hal-hal sederhana membuat wali murid marah pada pihak sekolah, yang harus ditanggapi dengan baik.
Bila permasalahan memang ada pada pihak sekolah, atau sekolah belum mampu memberikan pertanggung jawaban yang logis, ada baiknya sekolah meminta maaf. Bahkan sekalipun pihak sekolah tidak merasa bersalah dan harus bertanggung jawab terhadap suatu masalah, meminta maaf yang tulus akan meredakan ketegangan, sehingga masalah dapat diselesaikan dengan pikiran jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar