Sekalipun penguasaan kelas merupakan modal terpenting guru, tetapi ketrampilan ini jarang dipelajari secara khusus oleh para calon guru. Di perguruan tinggi keterampilan ini juga tidak mendapat perhatian khusus.
Ketrampilan ini biasanya hanya dilatihkan secara implisit dan sambil lalu melalui praktik peer teaching, micro teaching, atau real teaching. Itulah sebabnya, nyaris tidak ada lulusan perguruan tinggi, bahkan dengan IPK tertingi sekalipun, yang serta-merta mampu mengajar dengan baik.
Secara umum, keterampilan mengelola kelas dapat diasah melalui dua cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui belajar.
1. Melalui pengalaman
Ini merupakan cara paling umum bagi guru dalam mengem-bangkan kemampuan penguasaan kelas. Keterampilan ini umumnya berkembang seiring pengalaman mengajar guru. Berdasarkan pengalaman mengajar dari waktu ke waktu, guru belajar mengenali karakteristik anak didik dan melaku-kan cara-cara jitu untuk menyikapinya.
Problem umum penguasaan kelas biasa dialami oleh guru-guru junior, guru baru, yang berpengalaman mengajar kurang dari 1 semester. Banyak di antara mereka masih gagap dan tidak tahu bagaimana menyikapi anak didik, apalagi bila anak-anak yang dihadapi jauh di luar yang dia bayangkan sebelumnya. Karena itu, dapat dipahami bila tingkat keberhasilan mengajar guru baru pada umumnya tidak terlalu tinggi.
Lain halnya dengan guru yang sudah matang pengalaman. Mereka biasanya sudah menemukan kiat-kiat khusus dalam menguasai atau mengelola kelas. Dia sudah memiliki kebiasaan untuk bersikap, member instruksi atau tindakan-tindakan tertentu untuk membuat siswa tenang, memperhatikan dan mengikuti bimbingannya.
Meski demikian, banyak juga guru-guru yang tetap belum menemukan kiat-kiat efektif dalam mengendalikan kelas, meski memiliki pengalaman mengajar cukup lama, bahkan bertahun-tahun. Mereka tetap tidak dapat menarik perhatian siswa, tetap tidak dapat membuat siswa fokus pada pembelajaran yang dia berikan, dan tidak berhasil membuat siswa mentaati tugas dan bimbingan yang dia berikan.
Guru semacam ini dapat dipastikan tidak berkelayakan mengajar, karena kemampuan mengembangkan kompetensinya rendah. Bisa jadi itu disebabkan tingkat kecerdasan guru tersebut rendah (dhedhel) atau karena malas belajar (pasif). Dia tidak dapat memanfaatkan waktu dan pengalamannya untuk memperbaiki kemampuannya. Padahal seharusnya dia mampu belajar mengenai karakteristik anak didik dan menemukan kiat-kiat jitu untuk menguasai kelas.
2. Melalui Belajar
Sebagai sebuah ketrampilan, tentu saja penguasaan kelas dapat dipelajari. Syarat pertama yang diperlukan adalah kesadaran guru itu sendiri. Mengingat tidak ada referensi baku mengenai ketrampilan ini, maka belajar penguasaan kelas membutuhkan beberapa prasyarat, yaitu:
a. Guru menyadari kekurangannya dalam penguasaan kelas
Faktanya, tidak semua guru menyadari ketidakmampuannya, kekurangannya. Itulah sebabnya sering muncul ungkapan-ungkapan yang berkonotasi menyalahkan siswa seperti, “Kalau diajar, dia selalu ramai”.
Guru yang masih menyatakan ungkapan-ungkapan seperti itu, seharusnya menyadari bahwa dia belum memiliki ketrampilan menguasai kelas secara memadai. Masalahnya, mengakui kekurangan sering kali tidak mudah.
Hanya guru yang jujur dan rendah hati yang bersedia mengakui kekurangan dan terus belajar memperbaiki diri. Guru yang tinggi hati, biasanya justeru tersinggung bila mengetahui kekurangannya, apalagi bila ditunjukkan oleh orang lain.
b. Guru merasa membutuhkan untuk belajar
Guru yang menyadari kekurangannya dalam hal penguasaan kelas pasti merasa perlu belajar. Selain belajar dari pengalaman, ketrampilan mengelola kelas dapat dipelajari melalui berbagai cara.
1) Belajar dari guru yang lain
Ini adalah pilihan paling praktis. Bila mengalami kesulitan dalam mengelola kelas guru yang sadar akan kekurangannya dapat berbagi pengalaman dengan guru lain perihal kiat-kiat mengendalikan kelas.
Dia dapat belajar pada guru yang paling tinggi keberhasilan pembelajarannya. Guru yang keberhasilan pembelajarannya tinggi, dapat dipastikan penguasaan kelasnya juga baik.
2) Membaca referensi mengenai kiat-kiat mengajar
Ini merupakan cara paling dianjurkan bagi setiap guru. Guru perlu terus belajar memperkaya ide dan pengetahuan dari beragam referensi. Ironisnya, justeru cara ini justeru paling jarang dilakukan, sebab kebanyakan guru justeru orang yang enggan membaca di luar materi pelajaran yang diajarkan.
Padahal, saat ini sudah tersedia banyak buku dan artikel yang menyajikan tips-tips mengajar efektif (teaching tips) seperti 101 kiat mengajar karya Mel Silberman. Dari sana guru dapat mencoba tips-tips tersebut dan mencari kiat mana yang paling tepat untuk dia gunakan sebagai jurus andalan.
3) Mengikuti pelatihan
Pengalaman kuliah pada umumnya belum memadai sebagai wahana latihan ketrampilan penguasaan kelas. Guru yang berminat belajar harus menyambut baik bila ada pelatihan tentang kiat-kiat (strategi) mengajar. Akan lebih baik lagi apabila pelatihan itu dilakukan secara berkala, baik yang dikelola oleh sekolah dan kelompok guru.
4) Mengembangkan ketrampilan komunikasi
Kunci utama penguasaan kelas sebenarnya terletak pada ketrampilan komunikasi. Ketrampilan komunikasi sebenarnya bukan semata kemampuan berbicara, tetapi berkaitan dengan kepribadian dan kecerdasan. Bobot kecerdasan seseorang selalu tampak dalam bahasanya.
Guru berkepribadian pendiam sekalipun akan mudah berkomunikasi dengan baik bila kecerdasannya baik. Sebaliknya guru berkepribadian cerewet sekalipun akan terasa tanpa bobot dan mengalami hambatan penguasaan kelas bila tidak mampu mengembangkan kecerdasannya sendiri.
Ini biasa terjadi karena mereka memakai kebiasaannya dalam berkomunikasi sehari-hari untuk mengajar. Padahal bahasa pengajar dalam beberapa hal berbeda dari bahasa pergaulan sehari-hari. Guru perlu belajar menggunakan bahasa guru, dan bukan bahasa yang biasa dia pakai dalam pergaulan sehari-hari.
1 komentar:
Tulisan-tulisan Bapak tentang Pendidikan sangat menarik. Sederhana dan realistis.
Posting Komentar