Bila mendidik dapat diibaratkan dengan memberikan makanan pada mereka, maka untuk membuat perut anak terisi makanan, ada banyak cara yang biasa dilakukan, misalnya:
1. Mengikat tubuh anak dan menjejalkan makanan pada mulutnya,
2. Merengkuh tubuhnya dan menyuapinya,
3. Mengikuti anak ke manapun dia berjalan dan menyuapinya sedikit demi sedikit, dan
4. Mengemas makanan agar menarik, sehingga anak tertarik untuk makan. Cara manakah yang paling baik dan mudah?
Setiap cara tersebut bertujuan sama, tetapi dampaknya berbeda. Anak memang dapat makan dengan cara dipaksa, tetapi pemaksaan dapat mengakibatkan trauma, bahkan enggan untuk makan. Menyuapi anak tidak membuatnya mandiri, dan pasti merepotkan.
Menggoda selera anak dengan mengemas makanan semanarik mungkin bukan hal yang mudah. Bahkan setelah berusaha dengan susah payah, sering kali tetap saja tidak menarik selera anak. Bermain-main dan makan jajanan berbahaya bahkan sering kali lebih menarik selera mereka.
Bagaimana sebaiknya?
Pada tahap-tahap awal, memberi makan anak dengan cara menyuapi memang diperlukan. Beberapa jam setelah menetas, anak ayam bisa mematuk makanannya sendiri, tetapi tidak demikian dengan anak manusia. Anak manusia masih perlu belajar (diajari) tentang bagaimana cara makan dan apa yang seharusnya mereka makan.
Inilah sebenarnya tugas utama orang tua. Menyuapi anak diperlukan pada saat mereka masih terlalu lemah untuk makan sendiri dan belum tahu yang harus dimakan.
Jadi, Yang seharusnya dilakukan adalah melatih dan membiasa-kan anak untuk makan sendiri. Kemandirian anak tentu meri-ngankan beban orang tua. Pasti lebih positif bila anak mampu dan terbiasa makan secara mandiri sejak dini, karena akan membuat anak makan sesuai kebutuhan dan seleranya.
Anak juga akan terbiasa mengeksplorasi berbagai jenis makanan, sehingga mengenal berbagai jenis makanan, bahkan membangun obsesi untuk mencoba makanan-makanan lain yang lebih variatif.
Refleksi untuk Pendidikan
Seharusnya, orientasi utama pendidikan bukan dalam rangka memberikan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan melatih kemandirian untuk melaksanakan tugas-tugas perkembang-annya, termasuk belajar. Tugas guru bukan semata mengajarkan tentang apa yang harus dipelajari anak (what to know), melainkan mengajarakan pada anak bagaimana cara belajar sesuatu (how to know).
Dengan demikian, hal pertama yang harus dilakukan adalah membentuk mental dan kepribadian anak menjadi manusia yang siap dan merasa butuh belajar.
Sebelum berhasil membuat mental anak mandiri dan siap belajar, maka pembelajaran tidak akan optimal, dan kegiatan pembela-jaran akan menjadi beban bagi anak dan pekerjaan yang sangat membebani guru.
Orientasi pendidikan kita yang pertama-tama adalah memba-ngun kemandirian anak. Anak mandiri adalah anak yang sadar dan bertanggung jawab terhadap tugas dan kwajibannya sendiri, serta terbiasa menjalankan tugas dan kwajibannya sendiri tanpa diperintah oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar