Belajar adalah kebutuhan penting, tetapi faktanya tidak semua anak manusia merasa membutuhkannya. Mengapa demikian?
POTENSI BELAJAR
Kesadaran seseorang untuk belajar seringkali bukan ditentukan oleh pengetahuan, sebab tidak semua anak manusia menyadari yang dia butuhkan, apalagi anak-anak. Kebutuhan biasanya muncul ketika seseorang merasa terdesak oleh suatu keadaan atau menghadapi situasi di luar kebiasaan.
Manusia mempunya dua belahan otak, otak kanan dan otak kiri. Otak kanan membuat manusia mampu berfikir dan berkreasi. Otak kiri membuat manusia memiliki insting dan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, pola hidup manusia lebih banyak dikendalikan insting dan kebiasaannya dibandingkan kemampuan berfikir dan kreatifitasnya.
Kemampuan berfikir dan berkreasi memang dibutuhkan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Kemampuan ini perlu dilatih melalui pendidikan agar mereka memiliki berbagai kecakapan untuk hidup. Meski demikian, melatih kemampuan berfikir dan berkreasi tersebut tidak mudah bilamana manusia tidak memiliki kebiasaan baik dan teratur.
Kemampuan belajar anak lebih ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki.
Anak yang memiliki kebiasaan-kebiasaan baik disebut anak cerdas emosi (EQ tinggi). Mereka memiliki pola hidup teratur, santun dan toleran. Meski berkecerdasan kognisi (IQ) normal, mereka lebih berhasil dalam belajar dibanding ber-IQ tinggi tetapi ber-EQ rendah.
YANG HARUS KITA LAKUKAN
Melihat kenyataan tersebut, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membina kecerdasan emosi. Anak cerdas emosi memudahkan proses pembelajaran dan pengembangan potensi intelektual dan vokasional.
Di antara langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang berbudaya teratur, tertib, disiplin, dan bersih.
a. Keteraturan membuat manusia lebih bahagia.
b. Kondisi mental orang yang hidup teratur lebih stabil dan tidak mudah terpancing emosi dibanding yang sebaliknya.
c. Keteraturan membuat setiap tugas dapat diselesaikan sesuai rencana.
d. Keteraturan membuat kehidupan dan proses belajar lebih mudah dijalani.
2. Membangun kebiasaan-kebiasaan baik: budaya santun, rendah hati, dan saling menghargai.
a. Pintu pembuka belajar adalah rasa berharga dan kesediaan untuk rendah hati menghargai orang lain.
b. Seseorang tidak dapat belajar bila tidak punya rasa hormat pada siapa yang mengajar.
c. Anak enggan belajar bila merasa tidak dihargai.
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang penuh keramahan
a. Sikap ramah membuat diri sendiri merasa lebih bahagia.
b. Suasana ramah membuat lebih banyak orang merasa nyaman bersama kita.
c. Suasana ramah setiap masalah dapat disikapi dan diselesaikan lebih mudah.
d. Sikap ramah membuat relasi lebih luas.
4. Menciptakan lingkungan sekolah penuh motivasi berprestasi.
a. Guru aktif, siswa aktif
b. Guru semangat, siswa giat
c. Semangat berprestasi (achevement motive)
d. Kaya informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar