Minggu, 05 April 2015

10 TANDA PELAJAR-MAHASISWA MEMILIKI MASA DEPAN CERAH

Masa depan merupakan misteri bagi setiap orang, apalagi bagi seseorang yang masih berstatus pelajar/mahasiswa. Segala kemungkinan dapat saja terjadi, tapi bukan berarti masa depan tidak dapat diperkirakan akan seperti apa.
Masa depan cerah secara umum ditandai dengan diraihnya suatu posisi atau kondisi sosial-ekonomi yang mapan dan memberi tambahan nilai diri seseorang, seperti kehormatan dan kemudahan. Beberapa kecenderungan sikap dan perilaku selama menjadi pelajar/mahasiswa dapat menjadi indikator apakah seorang pelajar/mahasiswa memiliki masa depan cerah atau tidak.
1.   Memiliki Tujuan dan Target
Seseorang yang memiliki tujuan berarti memiliki hidup yang terarah dengan jelas. Dimilikinya tujuan oleh seseorang juga menunjukkan adanya kekuatan mental yang nota bene merupakan modal utama menuju kesuksesan di masa depan. Tahap demi tahap mereka akan mengarahkan seluruh kekuatan hidupnya untuk meraih yang diinginkan.
Hal yang berbeda tentunya terjadi pada pelajar/mahasiswa yang tidak jelas tujuan dan target hidup yang jelas. Pelajar/mahasiswa yang tidak memiliki tujuan dan target hidup yang jelas biasanya mudah terombang-ambing oleh godaan di sekelilingnya, hingga masa depan mereka tidak dapat diperkirakan dengan jelas. 
2.   Fokus Pada Pengembangan Diri
Fokus pelajar dan mahasiswa secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu yang berorientasi pada pengembangan diri dan kesenangan. Pelajar dan mahasiswa yang memiliki masa depan cerah tidak akan mengorbankan hari-hari untuk hal-hal yang tidak menunjang kesuksesan di masa depan. Mereka menjadikan hal-hal yang mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai prioritas.
Lain halnya dengan pelajar atau mahasiswa lebay, di mana mereka umumnya mudah lemah pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangan, terutama masalah percintaan. Pelajar/mahasiswa lebay menempatkan urusan percintaan sebagai segalanya, dan menomorsekiankan pengembangan potensi dirinya di masa depan. 
3.   Ringan Tangan
Kegemaran membantu orang lain merupakan karakteristik orang sukses. Gemar membantu orang lain menunjukkan karakter baik yang diperlukan dalam dunia kerja, yang membuat seseorang disukai dan terkesan memiliki integritas positif. Sikap ringan tangan membantu orang lain bahkan sering kali menjadi investasi sosial yang sangat berharga yang akan dipetik buahnya di masa depan.
Kegemaran membantu orang lain terbentuk seiring proses perkembangan kepribadian seseorang, dan tidak dapat dibuat-buat. Seorang yang malas membantu orang lain sama halnya dengan membuat jarak dirinya dari bantuan orang lain saat dia memerlukan.
4.   Mudah Diterima dalam Pergaulan
Kesuksesan selalu berkaitan dengan keberhasilan membangun hubungan secara positif dengan orang lain, baik di masa kini maupun di masa depan. Kemampuan tersebut tidak dapat dipelajari secara instan, melainkan membutuhkan latihan sepanjang masa perkembangan mental dan kepribadian seseorang.
Status pelajar/mahasiswa belum bernilai apa-apa, sehingga tidak layak dijalani dengan keangkuhan. Bahkan fase ini merupakan masa-masa di mana mereka membangun pijakan penting menuju sukses di masa depan, yaitu dengan selalu berusaha agar diterima dan mampu menjalin relasi secara positif dengan komunitas di manapun mereka berada.
5.  Berwawasan dan Berkeahlian
Hal utama yang dipersiapkan oleh pelajar dan mahasiswa selama studi pada dasarnya adalah meningkatkan kemampuan, baik berupa wawasan pengetahuan maupun melatih keahlian tertentu. Pelajar dan mahasiswa yang sukses di masa depan pada umumnya tidak puas hanya sekedar lulus. Mereka berusaha melakukan yang terbaik di setiap tugas yang tengah dihadapi.
Kemampuan meningkatkan penguasaan setiap materi pelajaran, wawasan dan keahlian berarti membangun kemampuan pelajar untuk dihargai. Ini akan membantu pelajar/mahasiswa di masa depan untuk diterima di dunia kerja maupun mewujudkan impian mereka. Apalagi bilamana pengetahuan dan keahlian yang dimiliki dilengkapi dengan kemampuan menjelaskannya di depan orang lain, di mana kemampuan menjelaskan atau bahkan mengajarkan menunjukkan kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
6.  Penyayang Keluarga
Seseorang yang dekat dengan keluarga menandakan memiliki jiwa yang kontruktif. Hanya orang berjiwa konstruktif dan teratur sajalah yang berpeluang menjadi orang sukses. Orang yang hidupnya amburadul hampir tidak mempunya peluang sukses.
Kedekatan dengan keluarga juga menunjukkan kepribadian yang bertanggung jawab dan penuh motivasi. Kepribadian seperti inilah yang berpeluang meraih sukses, berupa kepercayaan dan kemudahan dalam hidup. 
7.   Realistis
Pelajar sukses biasanya merupakan orang yang memiliki impian yang tinggi, tetapi bukan sembarang impian. Impian yang mereka miliki merupakan impian yang nyata dan mudah diraih, bukan impian yang muluk-muluk. Impian dan terget yang realistis membuat seseorang lebih mudah mewujudkannya tahap demi tahap.
Cara berfikir realistis juga membuat seseorang tidak mudah putus asa menghadapi persaingan, sebab dia tahu batas kemampuannya, tahu apa saja yang mungkin untuk di raih, dan mampu melihat banyak peluang. Bila suatu terget tidak tercapai, orang realistis akan dengan mudah beralih pada target-target lain yang dipandang masih terbuka. 
8.   Lurus
Pelajar/mahasiswa sukses umumnya orang yang tidak neko-neko, tidak banyak tingkah. Pelajar dan mahasiswa yang suka berkonfrontasi, protes, demonstrasi atau aktivis pada umumnya tak terlalu sukses dalam hidupnya. Meski selama sekolah atau kuliah terlihat hebat di depan teman-temannya, kebanyakan di antara mereka justeru kurang diterima di dunia kerja. Kalaupun ada, biasanya tidak terlalu banyak. Sementara mereka yang selama studi kelihata tidak banyak tingkah justeru berhasil.
Fenomena dapat dipahami, sebab orang-orang yang dapat diterima dunia kerja biasanya adalah orang yang disukai, mudah menjalin kerja sama, dan tidak banyak protes. Keaktifan yang dibutuhkan pelajar/mahasiswa dan menjadi modal sukses adalah pengalaman berorganisasi yang konstruktif, seperti OSIS dan Pramuka yang mampu membuat seseorang belajar diterima dan dihargai, bukan belajar menentang, melawan atau membangun konfrontasi.
9.   Optimis
Optimisme adalah modal bertindak. Optimisme berarti keyakinan bahwa suatu usaha akan memberi hasil seperti harapan atau mendekati harapan. Optimisme berarti keyakinan akan hasil yang akan diraih sekalipun masih terasa samar.
Pelajar atau mahasiswa sukses adalah orang yang di dalam pikirannya terbersit keyakinan bahwa dia pasti akan menjadi sesuatu yang bernilai. Sangat boleh jadi mereka sebenarnya menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, semisal keterbatasan dukungan ekonomi orang tua, tetapi dia yakin memiliki sesuatu yang membuatnya berhasil.
10.  Positif
Sikap positif adalah modal bagi mereka yang lebih suka melihat kesempatan, kekuatan, peluang dan jalan keluar terbaik. Sikap positif merupakan kebalikan sikap negatif, di mana seseorang lebih suka melihat sisi lemah, kekurangan, hambatan dan batasan-batasan.
Pelajar atau mahasiswa sukses dicirikan dengan pola pikir positif, di mana mereka mampu melihat ada sisi-sisi baik dan menguntungkan yang membantunya meraih impian. Pelajar dan mahasiswa seperti ini tidak akan mudah menyerah pada keadaan maupun tantangan yang ada di hadapannya. Sikap positif membuatnya mampu untuk selalu menemukan kekuatan mental, melihat sisi-sisi baik dan menguntungkan yang dapat dimanfaatkan untuk meraih sukses. 

Sabtu, 04 April 2015

BUDAYA BELAJAR; MAHASISWA DAN WACANA SOSIAL

Di era 80 dan 90-an, dengan mudah dijumpai kelompok-kelompok mahasiswa yang duduk melingkar di rerumputan dan di berbagai sudut kampus. Mereka berkelompok atas dasar beragam visi, orientasi, bahkan aliran pemikiran yang rajin mendiskusikan berbagai topik. 
Fenomena yang sama akhir-akhir ini semakin jarang dijumpai di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Jumlah kelompok diskusi mahasiswa semakin kecil. Sepertinya semakin sedikit mahasiswa yang tertarik untuk mengasah daya intelektualitas mereka dengan berbagai isu sosial, politik, keagamaan, apalagi mendalami berbagai wacana pemikiran yang rumit. Pengembangan wawasan keilmuan kurang ditempatkan sebagai bagian dari kebutuhan pengembangan diri.
Mahasiswa semakin jauh dari wacana pemikiran, bahkan dengan bidang keilmuan sesuaI jurusan yang tengah mereka tempuh. Mereka lebih tertarik pada gebyar dunia yang pragmatisnya, bahkan cenderung konsumtif. Kafe-kafe di sekitar kampus yang kian ramai sepertinya lebih dibutuhkan dibanding kelompok diskusi dan pengembangan daya intelektual lainnya. Mengasah intelektualitas menjadi kegiatan yang kurang menarik minat mahasiswa. 
Mahasiswa semakin pragmatis dalam menyikapi persoalan akademik. Pola belajar mahasiswa tidak ubahnya pola belajar anak sekolah yang hanya terfokus pada usaha menyelesaikan matakuliah demi mata kuliah yang berorientasi pada pencapaian indeks prestasi akademik.
Sungguh menyesakkan dada saat bertanya perihal isu-isu pendidikan tak satupun mahasiswa yang merespon, bahkan pernah mendengarnya.    

Senin, 20 Oktober 2014

SARJANA DI PERSIMPANGAN MISTERI

Wisuda sarjana selalu diliputi kegembiraan. Setelah wisuda usai, biasanya banyak sarjana yang dipenuhi segudang tanya, akan ke mana sesudah ini? Bagi mereka yang beruntung memiliki orang tua berada, yang hanya berharap anaknya kembali ke pangkuan ayah-bunda, dan melanjutkan usaha mereka, mungkin tak ada masalah. Hidup tinggal berlanjut dengan episode magang santai di keluarga sendiri.

Bagi yang tak seberuntung itu, wisuda sarjana hanyalah kegembiraan sesaat. Sesudahnya, mereka dihadapkan pada tantangan hidup yang benar-benar nyata, lebih pelik, lebih complicated dibanding tugas kuliah.

Menjadi sarjana tak ubahnya berada di persimpangan misteri. Menikah sering menjadi solusi aman bagi wanita, tetapi bagi mereka yang terbebani tanggung jawab untuk mandiri dan meraih eksistensi banyak pilihan pelik harus dilakukan. Melanjutkan studi tidak selalu menjadi keputusan mudah. Biaya, kemampuan, juga prospeknya bagaimana akan memunculkan banyak pertimbangan. Memilih langsung kerja juga di mana tempat kerja yang mampu segera memberi pencerahan kesejahteraan. Belum lagi ketatnya persaingan hidup dan berbagai hal tak terduga selalu membayangi setiap langkah.

Satu-satunya pilihan terbaik adalah terus melangkah dengan kesungguhan, menatap hidup sebagai kenyataan, dan masa lalu hanya sebutir sejarah untuk dikenang. Kemampuan akademik bukan lagi satu-satunya andalan, bahkan kekuatan mental jauh lebih dibutuhkan.  Setiap orang akan menemukan jalan terbaik untuk dirinya sendiri. Live will find the way.

Good luck, selamat berjuang, selamat menempuh hidup yang sesungguhnya!! 

Sabtu, 18 Oktober 2014

MEMAHAMI PERASAAN

Selain panca indera, manusia dibekali dua instrumen penting sebagai software, yaitu pikiran dan perasaan. Keduanya bekerja saling terhubung merespon signal-signal yang ditangkap melalui sensor panca indera.

Sebagaimana pikiran, perasaan bahkan tak jarang memiliki ketajaman analisa melampaui kemampuan pikiran. Melalui perasaan, seseorang dapat mengetahui sesuatu tanpa perlu diberi tahu. Perasaan dapat mengerti tanpa perlu penjelasan, tanpa banyak kata-kata. Itu sebabnya, sebagian mutashowwifin lebih mengandalkan kekuatan intusi ('irfany), dan mengagungkan ilmu hudhuri.

Kepekaan perasaan dapat membuat seseorang menemukan teman, atau bahkan kekasih yang cocok dengannya. Perasaan seperti itu biasa disebut chemistery, yaitu kesesuaian signal batiniah yang memungkinkan seseorang merasa tertarik, nyaman berkomunikasi, berbagi, bekerja sama atau bahkan menjadi pasangan hidup.

Signal seperti itu sering kali tak dapat dijelaskan, dan hanya dapat dirasakan. Itu sebabnya, Mario Teguh bilang, “Bila Anda tak bisa menjelaskan mengapa Anda tertarik, merasa nyaman atau jatuh cinta pada seseorang, maka syukurilah, sebab itulah yang disebut cinta”

Kepekaan perasaan juga dapat membuat seseorang tahu apa yang dirasakan, bahkan dilakukan oleh orang lain, tanpa harus melihat langsung ataupun diberitahu, sebagai mana pepatah siirotul mar’i tumbi’u ‘an sarirotihi. Air muka, gerak-gerik atau bahasa tubuh sudah cukup untuk mengetahui suasana, isi hati bahkan yang dilakukan seseorang di belakang kita.

Cukup dari dari bahasa tubuh, kita dapat mengetahui “ada sesuatu” pada seseorang di sekitar kita, baik teman, kekasih, apalagi suami atau istri. Gambaran tersebut terlihat jelas bagi orang yang memiliki kepekaan perasaan tinggi, atau intuisi yang tajam.

Bagi kebanyakan orang, signal tersebut biasanya masih berupa gambaran yang kabur, meski signal yang ditangkap sebenarnya cukup jelas. Signal tersebut baru dapat diperjelas melalui investigasi mendalam yang ditunjang dengan fakta-fakta konkrit.

Dengan bantuan teknologi, kita juga dapat mengetahui apa yang dirasakan, dipikirkan, bahkan dilakukan oleh seseorang. Kecanggihan teknologi sendiri selalu memiliki sisi rapuh untuk dibajak (hack) atau disusupi, sehingga kita tahu dengan siapa seseorang paling sering, paling nyaman, paling antusias, paling betah dan paling mêmêl berbicara, bahkan apa yang dibicarakan dari detik ke detiknya.

Perasaan juga menduduki posisi penting sebagai penentu keberhasilan hidup, bahkan melampaui kemampuan berfikir. Setiap jenis pekerjaan membutuhkan kesiapan emosional untuk menjalaninya, berupa perasaan nyaman, minat, dan kekuatan mental lainnya. Pernikahan yang langgeng dan bahagia mengharuskan adanya perasaan terikat, percaya dan berharga. Tanpa dukungan perasaan yang memadai, pekerjaan apapun tidak akan optimal. Ikatan pernikahan akan memudar, kehilangan arti dan sangat mungkin terbuka untuk diakhiri saat perasaan pasangan tak nyaman, berjarak atau bahkan berjalan sendiri-sendiri.

Meski demikian, perasaan kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Manusia perlu berbicara sebagai upaya klarifikasi perasaan, yaitu memperjelas duduk persoalan, mengambil sikap dan keputusan, serta yang tak kalah pentingnya, melepaskan beban. Itu dapat dicapai bila berbicara dilakukan dengan sikap terbuka dan penuh kejujuran.

Masalahnya, hal-hal yang berkaitan dengan perasaan selalu membuat seseorang sensitif bahkan meningkat egonya. Sensitifnya urusan perasaan membuat orang enggan berbicara apa adanya, dan memilih memanipulasi, memperhalus, atau malah menutup-nutupi gambaran perasaan yang sesungguhnya. Sensitifnya ego membuat seseorang engggan berbicara tentang sesuatu yang membuat dirinya berada pada posisi sebagai pihak yang dipersalahkan, dipermalukan atau jatuh harga dirinya.

Karena itu, berbicara sesuai gambaran perasaannya harus ditunjang dengan kerendahan hati, kesediaan untuk saling mendengarkan serta saling menghargai. Seburuk apapun, sebuah kenyataan yang diperoleh melalui keterbukaan jauh lebih baik dibanding ketertutupan.

MEMBICARAKAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DIRI SENDIRI

Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Hanya saja, kebanyakan orang lebih suka berbicara tentang kelebihan dirinya, tetapi hampir tidak ada yang suka membicarakan kekurangan dirinya. 

Bicara tentang kelebihan diri sendiri memang menyenangkan. Padahal seseorang yang hanya membuka dirinya untuk membicarakan kelebihannya saja hanya kian mengokohkan ego dengan membanggakan diri. Pada gilirannya sikap seperti akan menyulitkan seseorang untuk komunikasi dengan baik dan menyelesaikan masalah.

Membicarakan kelebihan diri sendiri dapat membuat seseorang ingin selalu dipandang sempurna, seakan bersih dari kekurangan. Orang seperti ini biasanya mudah tersinggung bila dikritik atau dibicarakan kekurangannya.

Kebanyakan orang tidak suka membicarakan kekurangan diri sendiri karena hal itu sering membuat seseorang merasa tersudut, tersinggung, merasa dipersalahkan ataupun dipermalukan. Padahal membicarakan kekurangan memungkinkan seseorang memperbaiki diri dan memiliki kelebihan.

Kekurangan pada diri seseorang sering kali menjadi sebab munculnya masalah. Memahami dan mengatasi kekurangan dengan sendirinya merupakan cara terbaik dalam menyelesaikan masalah.

Memperbaiki diri melalui koreksi diri ataupun menyelesaikan masalah dengan memahami kekurangan diri sendiri memerlukan kerendahan hati untuk bersedia memahami betapa diri kita bukan insan sempurna. 

Rabu, 15 Oktober 2014

MENANGISLAH BILA PERLU

Menangis sering dipandang sebagai ekspresi kelemahan, terutama bagi laki-laki, padahal menangis adalah keterampilan pertama sejak lahir. Menangis bahkan diciptakan karena bermanfaat bagi manusia.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis merupakan salah satu cara melepas emosi. Menangis menandakan seseorang memiliki perasaan, dapat merasakan senang, sedih, bahagia dan berduka. Menangis adalah mekanisme kejiwaan yang membantu manusia meredakan beban perasaan, mulai dari rasa bahagia, amarah, sedih, kecewa, hingga penyesalan. Menangis membantu manusia bertahan di bawah tekanan dan deraan rasa frustasi.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis merupakan mekanisme kejiwaan yang mampu meredakan perasaan tertekan. Menangis membantu mengurangi deraan stress agar tidak semakin berlebihan, dan kembali menemukan perasaan nyaman. Menangis merupakan pengganti kata-kata, pengungkapan beban pikiran dan perasaan yang tak paling berat untuk dikatakan. Menangis dapat memberikan perasaan lega, dan membuat seseorang lebih siap untuk kembali berkarya dan menghadapi dunia.

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis dapat mensublimasikan perasaan, sikap dan perilaku yang tidak perlu. Menangis dapat mengalihkan amarah dengan air mata, hingga tak perlu berkata, bersikap dan bertindak yang menyakiti orang lain. Menangis adalah tanda kejujuran jiwa, yang dapat membuka kebuntuan batin dan mengantarkan pada ketenangan jiwa.    

Menangislah bila perlu...
Sebab menangis dapat membuat fisik lebih sehat. Menangis merupakan cara alami membersihkan mata, menurunkan kadar "mangan" yang konon bertanggung jawab dalam merusak suasana hati (mood), bahkan menurunkan tekanan darah (hipertensi). (merdeka.com)

Sesekali menangislah agar dirimu lebih berdaya...

DIAM ATAU BICARA

Keduanya hanya pilihan, dengan masing2 resikonya. Diam tak selalu berarti emas, dan bicara tak selalu berarti masalah.

Bahkan diam juga bukan pilihan mudah. Mulut mungkin terkatup, tapi tidak demkian dengan air muka sebab tidak mudah hidup dengan berpura-pura. Tak mudah hidup dengan memendam rahasia, menutupi sesuatu dengan menghindari bicara, apalagi bila harus berdusta. Memilih diam untuk sesuatu yang ingin kau katakan adalah penyiksaan terhadap dirimu sendiri.

Memilih diam berarti harus siap menjalani tekanan batin, penyakit paling mematikan no 2 setelah jantung koroner. Diam adalah solusi aman tapi tidak nyaman. Bahkan diam kadang sama artinya dengan menanam bom waktu yang akan meledak pada waktunya dengan resiko yang tak terduga.

Bicara juga tak selalu berarti solusi. Kadang bicara justeru menjadi bencana, sebab tak semua orang bisa menyelesaikan masalah dengan kata2. Apalagi kebanyakan orang lebih suka bicara dengan egonya, bukan dengan fakta, hati dan pikirannya.

Bicara hanya akan memberi solusi bila didasari kejujuran dan ketulusan. Sayangnya, kedua hal ini semakin mahal dan langka

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...