Rabu, 16 Februari 2011

KOMPETENSI GURU: PEDAGOGIK

Kompetensi pedagogik adalah kompetensi dasar yang melekat pada diri seorang guru. Kompetensi ini diperoleh sebagai hasil pendidikan keguruan mereka di perguruan tinggi. Kompetensi ini merupakan citra diri yang mendasar pada guru sebagai bagian dari komunitas ilmiah.
Profesi guru merupakan profesi ilmiah. Guru merupakan komunitas akademisi, ilmuwan atau ilmiawan sebagaimana pula dosen. Guru bekerja atas dasar teori-teori dan temuan-temuan ilmiah yang diperoleh melalui penelitian.
Secara akademik, profesionalitas guru setara dengan dokter ataupun insinyur. Mereka bekerja berdasarkan pengetahuan, teori dan konsep-konsep yang diperoleh melalui penelitian ilmiah. Pekerjaan dan kinerja mereka dapat diukur dan diteliti dengan parameter-parameter keilmuan pendidikan. 
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sikap dan tindakan guru seharusnya didasarkan atas teori-teori dan hasil-hasil penelitian pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.  Sebagai profesional, guru harus memiliki kemampuan keilmuan dan vokasional di bidang pendidikan dan mampu mengembangkannya melalui penelitian ilmiah. 
Bentuk penguasaan teori tersebut tampak pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, yang meliputi:
1.   Menguasai karakteristik peserta didik, baik dari segi fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
a.   Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, moral, spiritual, emosional, intelektual, dan latar belakang social budaya.  
b.   Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk 5 (lima) mata pelajaran nasional.  
c.   Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik untuk 5 (lima) mata pelajaran nasional.
d.   Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik untuk 5 (lima) mata pelajaran nasional
2.   Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
a.   Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik untuk 5 (lima) mata pelajaran (nasional).   
b.   Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif untuk 5 (lima) mata pelajaran (nasional).  
c.   Menerapkan pembelajaran tematik untuk kelas-kelas awal
3.   Pengembangan kurikulum sesuai dengan bidang pelajaran atau pengembangan yang diampu.
a.   Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.  
b.   Menentukan tujuan kelima mata pelajaran. 
c.   Menentukan pengalaman belajar (kegiatan pembelajaran) untuk mencapai tujuan kelima mata pelajaran.   
d.   Memilih materi pelajaran yang relevan dengan pengalaman belajar dan tujuan kelima mata pelajaran. 
e.   Menata materi pelajaran yang sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 
f.    Mengembangkan indicator dan instrument penilaian. 
4.   Praktik penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik.
a.   Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.  
b.   Mengembangkan komponen-komponen perancangan pembelajaran.
c.   Menyusun perancangan pembelajaran baik untuk kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium maupun lapangan.
d.   Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran untuk kelima mata pelajaran.
e.   Mengambil keputusan transaksional sesuai dengan situasi yang berkembang untuk kelima mata pelajaran.
5.   Pemanfaatan tekologi informasi dan komunikasi untuk menunjang proses pembelajaran.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.  
6.   Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.  
a.   Menyediakan berbagai media pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
b.   Menyediakan berbagai media pembelajaran untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dan kreatifitas peserta didik.
7.   Berkomunikasi dengan peserta didik secara efektif, empatik dan santun.
a.   Menguasai berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.
b.   Dalam pembelajaran, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas secara siklikal.
1)   Penyiapan kondisi psikis peserta didik.
2)   Memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon.
3)   Santun dan empatik menyikapi respon peserta didik.
4)   Reaksi guru terhadap respon peserta didik, dan seterusnya.
8.   Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
a.   Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai karakteristik lima mata pelajaran.
b.   Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan evaluasi sesuai dengan karakteristik lima matapelajaran.
c.   Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses hasil belajar.
d.   Mengadministrasikan proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
e.   Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
f.    Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9.   Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
a.   Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.
b.   Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
c.   Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
d.   Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
10.       Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
a.   Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
b.   Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran.
c.   Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran.
REFLEKSI
Faktanya, relatif jarang ada guru yang masih ingat teori-teori pendidikan yang pernah dipelajari selama di perguruan tinggi. Bahkan saat masih kuliahpun, banyak mahasiswa yang tidak benar-benar paham benar teori-teori tersebut.
Sekedar berkaca diri, cobalah mengukur kesiapan kompetensi pedagogik Anda dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1.   Apakah anda benar-benar sudah memahami kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru?
2.   Berapa persen (%) di antara jabaran kompetensi dan kompetensi dasar tersebut yang sudah anda miliki?
3.   Apa saja yang sudah, sedang dan akan anda lakukan untuk memenuhi kompetensi pedagogik?

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI GURU

Guru di lembaga pendidikan formal (Play Grup sampai dengan SLTA) dituntut memiliki kualifikasi akademik yang memadai:

1. Guru Play Group dan TK adalah Diploma IV (D-VI) atau Sarjana Strata satu (S-1) atau Psikologi terakreditasi.

2. Guru SD adalah Diploma IV (D-VI) atau Sarjana Strata satu (S-1) bidang Pendidikan Guru SD/MI atau Psikologi terakreditasi.

3. Guru SLTP/SLTA adalah Diploma IV (D-VI) atau Sarjana Strata satu (S-1) bidang studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Selain kualifikasi akademik, secara professional guru dituntut memiliki setidaknya 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.

Sebagai sekolah plus berbasis agama Islam, guru Darush Sholihin juga dituntut memiliki kompetensi guru sekolah Islam Plus. Kompetensi tersebut pada dasarnya menjadi bagian dari keempat ranah kompetensi tersebut.

Hanya saja, demi penekanan terhadap visi, misi dan alur kurikulum pendidikan sekolah ini, maka dibutuhkan serangkaian kompetensi khusus. Kompensi khusus tersebut merupakan pengembangan kompetensi professional.

Kompetensi tersebut ditekankan karena menentukan kekhasan dan implementasi program unggulan sekolah ini, yang meliputi:

1. Kompetensi keagamaan.

a. Ketaatan menjalankan ibadah.

b. Kompetensi dasar muslim:

1) Membaca-menulis huruf al-Qur’an secara fashih, tartil dan mampu membelajarkannya sesuai standar pembelajaran Darush Sholihin.

2) Melaksanakan ibadah fardlu dan sunnah secara baik dan benar, dan mampu membelajarkannya sesuai ketentuan lembaga.

3) Hafal seluruh surat dan bacaan-bacaan terpilih (maqari’ mukhtarah) yang harus dikuasai siswa, dan mampu membelajarkannya sesuai ketentuan lembaga.

4) Menguasai materi dirosah islamiyah yang harus dikuasai siswa, dan mampu membelajarkannya sesuai ketentuan lembaga.

2. Kompetensi bahasa asing.

a. Menguasai minimal 1 (satu) bahasa asing (Arab atau Inggris) dan mampu membelajarkannya kepada siswa.

b. Mampu belajar bahasa Asing minimal sesuai dengan kecepatan belajar siswa.

3. Kompatensi penunjang.

a. Mampu mengoperasikan computer, minimal MS Word dan Ms Exel.

b. Mampu mengoperasikan program intenet.

KEWIBAWAAN PEMIMPIN SEKOLAH

Setiap pemimpin dituntut memiliki kewibawaan (power influence approach) agar mampu menjalankan tugasnya secara efektif. Keberhasilan pemimpin ditentukan oleh kewibawaan yang dimiliki, dan bagaimana menggunakan kewibawaan tersebut untuk menggerakkan organisasi sekolah.
Kewibawaan adalah kekuatan pengaruh yang dimiliki seseorang sehingga mampu membuat orang lain percaya dan bekerja (bergerak) mengikuti kehendaknya. Kewibawaan kadang lahir karena factor pembawaan sejak lahir, keturunan, dan hasil belajar. Menurut French dan Raven, ada beberapa bentuk kewibawaan.
1. Legitimate power
Bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin berkuasa menyuruh dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya.
2. Coersive power
Bawahan mengerjakan sesuatu agar terhindar dari hukuman yang diberikan oleh pemimpin.
3. Reward power
Bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan atau imbalan dari pemimpin.
4. Referent power
Bawahan melakukan sesuatu karena kagum pada pemimpin, atau membutuhkan restu pemimpin, dan menjadikan pemimpin sebagai referensi dalam berperilaku.
5. Expert power
Bawahan mengerjakan sesuatu karena percaya bahwa pemimpin tahu yang terbaik, karena pengetahuan dan keahliannya memadai.
Secara umum kewibawaan terbangun oleh:
  1. Kepercayaan (amanah) yang diperoleh seseorang untuk memimpin, sehingga memiliki posisi atau kedudukan di atas orang lain.
  2. Keunggulan atau kelebihan yang dimiliki seseorang atas orang lain, baik dari segi kepribadian, keahlian maupun pengetahuan.
  3. Kejelasan ide yang dimiliki seseorang yang memungkinkan orang lain turut memahami dan menyetujuinya.
  4. Ketegasan sikap seorang pemimpin terhadap bawahan.
  5. Komitmen seseorang terhadap sebuah konsep yang diidealkan (idealisme) dibanding orang lain.

MEMIMPIN SEKOLAH SECARA EFEKTIF

Kata “kepala sekolah” tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat diartikan ketua atau pemimpin, dan “sekolah” yaitu sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah berarti seseorang yang berperan mengarahkan guru, siswa pada kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan.
Sekolah adalah lembaga yang kompleks dan unik.
1. Sekolah adalah organisasi Yang di dalamnya terdapat berbagai dimensi, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan.
2. Setiap Sekolah bersifat unik karena memiliki karakter dan kekhasannya sendiri.
3. Di setiap Sekolah terjadi proses belajar mengajar, pembudayaan guru dan anak.
Karena sifatnya yang kompleks dan unik, sekolah sebagai organisasi memerlukan kemampuan koordinasi yang tinggi. Kepala sekolah idealnya berasal dari tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah haruslah orang yang memiliki harapan tinggi pada guru, staf dan siswa. Dia adalah seseorang yang memahami tugas-tugas guru, staf dan siswa. Irama sekolah” dan kecepatan kemajuan sekolah sangat tergantung pada kepala sekolah.
Kunci keberhasilan sekolah terletak pada efisiensi dan efektivitas pemimpinnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memiliki kapasitas kepemimpinan efektif:
1. Kepala sekolah memiliki kualitas kepemimpinan yang kuat dan berkualitas.
2. Kepala sekolah yang kuat adalah yang secara efektif mampu menggerakkan guru dan siswa untuk bekerja sesuai standar yang ditetapkan.
3. Kepala sekolah yang berkualitas adalah yang memiliki kemampuan dasar, kualifikasi pribadi, serta pengetahuan dan keterampilan profesional.
Keahlian dasar yang perlu dimiliki kepala sekolah (menurut Tracey) meliputi keahlian konseptual (conceptual skills), keahlian teknis (technical skills), dan keahlian hubungan (kerjasama) antar manusia (human skill).
1. Conceptual skills
Conceptual skills pemahaman kepala sekolah mengenai apa, bagaimana, mengapa, untuk apa dan bagaimana seharusnya sekolah dikelola. Termasuk ke dalam Conceptual skills adalah keharusan kepala sekolah memiliki kejelasan visi dan misi mengenai seperti apa sekolah yang diidealkan, dan cara-cara yang bagaimana sekolah harus dikelola.
Sederhananya, seorang kepala sekolah harus benar-benar paham mengenai konsep pendidikan dan system pengelolaan sekolah yang dikehendaki oleh “pemilik” sekolah dan masyarakat. Keahlian ini menuntut kemampuan pemimpin sekolah melihat organisasi sekolah sebagai satu keseluruhan.
2. Technical skills
Technical skills adalah kecakapan spesifik berkenaan dengan proses, prosedur atau teknik-teknik, atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan, serta teknik pengetahuan yang spesifik.
Sebagai pemimpin pelaksana, di antara tugas kepala sekolah adalah mengawasi proses belajar-mengajar dan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Tugas tersebut tidak akan terlaksana bilamana kepala sekolah tidak menguasai hal-hal teknis dalam pengelolaan sekolah.
3. Human skills
Human skills adalah kecakapan untuk bekerja secara efektif dalam kelompok dan menciptakan kerjasama yang kondusif. Kecakapan ini diperlukan karena kepala sekolah mengelola manusia sebagai instrument kerja. Hubungan baik dengan guru, siswa dan wali murid mutlak diperlukan agar suasana sekolah berlangsung kondusif.

KEPALA SEKOLAH EFEKTIF

Untuk menjadi pemimpin sekolah yang efektif, diperlukan mentalitas pemimpin efektif. Seorang pemimpin sekolah yang efektif memiliki sikap-sikap mental sebagai berikut:
1. Visioner
Kepala sekolah visioner adalah pemimpin yang memiliki:
a. cita-cita, kemauan atau keinginan tertentu yang dia idealkan untuk diwujudkan.
b. standar kerja atau keadaan sekolah yang diidealkan. Dia sangat peka terhadap situasi atau keadaan yang tidak sesuai dengan yang dia idealkan dan segera mengubahnya.
2. Meyakini sekolah sebagai lahan belajar
Pola pikir kepala sekolah efektif menempatkan sekolah sebagai lahan belajar baik bagi dirinya, guru, pegawai dan terutama sekali bagi siswa-siswanya. Dengan pola pikir demikian, kepala sekolah akan berusaha mengkondisikan dan memanfaatkan berbagai aspek di sekolah sebagai wahana pembelajaran. Kepala sekolah yang efektif tidak hanya tefokus pada kegiatan pembelajaran di kelas, tetap juga mengelola:
a. Sikap dan perilaku guru dan pegawai agar dapat dijadikan teladan bagi siswa.
b. Lingkungan sekolah memiliki nilai edukatif dan menjadi sumber belajar.
3. Berorientasi pada kepuasan kerja
Kepala sekolah efektif tidak berfikir bekerja untuk upah (uang). Mentalitas kepala sekolah efektif biasanya mengedepankan kepuasan kerja di atas segalanya. Dia malu, tidak enak hati, penuh beban moral dan kuatir bilamana tidak berhasil melaksanakan tugas.
4. Menghargai SDM
Kepala sekolah efektif menghargai SDM. Dia percaya bahwa keberhasilan mengelola SDM merupakan kunci keberhasilan. Dia tidak akan membiarkan SDM berkembang statis, tetapi sebaliknya akan terus berusaha membangun dan meningkatkannya. Singkat kata, orang yang bekerja di bawah pimpinan yang efektif akan berkembang semakin pintar, semakin cerdas dan meningkat kapabilitasnya.
Sebagai seorang yang optimis, kepala sekolah efektif berkeyakinan bahwa SDM selalu dapat ditingkatkan betapapun keadaannya.
5. Pro-aktif
Kepala sekolah efektif pasti bukan pribadi yang apatis. Dia selalu responsif menyambut baik ide-ide positif dan maju. Dia tak segan bertanya dan mendalami hal-hal baru yang dia pandang dapat memajukan sekolah yang dia pimpin.
Dia adalah seorang yang haus akan ide-ide segar, dan keahlian baru. Dia akan selalu berusaha ambil bagian dalam setiap kebijakan yang memungkinkan kemajuan sekolah.
6. Berkomunikasi efektif
Kepala sekolah efektif mampu berkomunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah kemampuan menyampaikan ide dan informasi secara jelas dan mudah dipahami orang lain, hingga terhindar dari kesalahpahaman. Komunikasi efektif memungkinkan apa yang dimaksudkan oleh pembicara sama dengan yang dipahami oleh pendengarnya.
Komunikasi yang efektif ditentukan oleh:
a. Kejelasan ide atau informasi yang disampaikan.
b. Kemampuan menyampaikan informasi dengan bahasa dan gerak tubuh yang mudah dipahami.
Kemampuan berkomunikasi efektif ditandai dengan kecenderungan:
a. Tidak terlalu panjang lebar dalam berbicara.
b. Kalimat-kalimatnya fokus dan jelas.
c. Suka mendengar dengan seksama.
d. Cara-cara yang dilakukan kreatif, mudah dipahami dan diterima oleh orang lain.
7. Berani mengambil resiko
Pemimpin efektif adalah orang yang berani menerima tantangan. Dia tidak takut kritikan, cercaan, dan makian orang lain, bahkan secara positif merespon setiap masukan.
Dia percaya bahwa ide positif harus ditanamkan dan dibangun, tanpa kuatir dipandang minor oleh orang lain. Dia sadar betul bahwa kecenderungan umum di perusahaan dan lembaga pendidikan adalah bawahan umumnya suka mengkritik, mencerca atau minimal “ngarasi” pimpinan.
Pemimpin sekolah efektif bukan “pencari aman”, tetapi berkecenderungan:
c. Mendukung ide-ide positif.
d. Berani memerintah.
e. Berani mengingatkan bawahan.
f. Mengajak pada kemajuan.
Faktanya, sering kali ada kecenderungan pimpinan justeru segan pada bawahan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, agar kepemimpinan efektif, maka pemimpin perlu belajar untuk berperan sebagaimana mestinya.

KETRAMPILAN KEPALA SEKOLAH

Berdasarkan standar kompetensi kepala sekolah, beberapa ketrampilan perlu dimiliki oleh kepala sekolah. Agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, kepala sekolah perlu mengembangkan beberapa ketrampilan:
1. Ketrampilan komunikasi
Ini merupakan ketrampilan mutlak bagi kepala sekolah. Kepala sekolah pasti harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan sesama guru, pegawai, siswa dan masyarakat.
2. Ketrampilan motivasi
Sebagaimana diulas sebelumnya, tugas kepala sekolah adalah memberikan kekuatan mental bagi guru, pegawai dan siswa. Kekuatan mental tersebut memungkinkan minat dan semangat kerja, dan semangat belajar guru maupun siswa dapat ditingkatkan.
3. Membangun Tim
Kepala sekolah tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Bahkan kiat paling efektif yang perlu dikembangkan adalah ketrampilkan membagi tugas pada banyak orang secara efektif.
Segenap guru dan pegawai bekerja layaknya sebuah tim sepak bola. Selain ahli di bidang masing-masing, setiap individu dituntut mampu bekerjasama secara kompak untuk meraih kemenangan bersama.
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan tim, keberhasilan bersama, dan bukan keberhasilan kepala sekolah sendiri. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut mampu membangun tim kerja yang kompak dan saling mendukung.
4. Pendelegasian Tugas
Kepala sekolah tidak selalu ahli dalam segala hal. Kalaupun dia menguasai semua hal, dia tidak mungkin mengerjakan seluruh pekerjaan di sekolah sendirian.
Kepala sekolah dituntut mampu membagi dan mendelegasikan setiap jenis tugas secara efektif pada orang yang tepat. Untuk itu, kepala sekolah perlu memahami secara benar setiap detail pekerjaan yang diberikan pada orang lain, sehingga kalaupun pekerjaan dikerjakan oleh orang lain, hasinya sama dengan yang diharapkan oleh kepala sekolah.
5. Mengelola Staf
Mengelola guru dan pegawai sering kali tidak lebih mudah dibanding mengelola anak-anak dalam keluarga sendiri. Beragamnya mental, kepribadian dan keahlian setiap guru dan pegawai harus disikapi secara bijaksana.
Prioritas pertama yang perlu dikedepankan oleh kepala sekolah adalah hubungan baik dengan segenap guru dan pegawai. Meski demikian, kepala sekolah tidak boleh hanya menekankan hubungan baik dan mengabaikan kualitas kerja.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...