Sebagai konsumen wali murid merupakan bagian paling unik dalam pengelolaan sekolah, apalagi sekolah swasta berbayat, tidak gratis. Kita masih bisa pilih-pilih guru, pegawai dan murid dengan cara seleksi, tetapi tidak demikian halnya dengan wali murid.
Kita hanya dapat menerima mereka apa adanya, tanpa banyak kesempatan untuk mengubahnya. Yang dapat dilakukan hanya memahami mereka dan menyikapi sesuai karakteristik masing-masing.
Sebenarnya sikap, pola pikir, dan pola perilaku mereka masih mungkin diubah sedikit demi sedikit, melalui parenting. Hanya saja, kegiatan parenting biasanya membutuhkan kondisi dan kesiapan managemen sekolah yang memadai.
Sebagaimana halnya murid-murid kita, wali murid juga beragam. Secara sederhana, tipologi wali murid dapat dipetakan berdasarkan rasionalitas dan kearifannya. Yang dimaksudkan dengan rasionalitas di sini adalah pemahaman mereka terhadap prosedur-mekanisme, konsep pendidikan, dan pola pengelolaan sekolah. Sedangkan kearifan adalah sikap mental mereka seperti empati dan kepedulian terhadap beban sekolah, tanggung jawab, dalam menyikapi setiap permasalahan.
Dari segi rasionalitasnya, mereka dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni wali murid yang rasional (paham permasalahan) dan yang irasional (tidak paham permasalahan). Sedangkan dari segi kearifan, mereka dibedakan ke dalam kategori bijaksana dan emosional.
Sebagaimana halnya murid-murid kita, wali murid juga beragam. Secara sederhana, tipologi wali murid dapat dipetakan berdasarkan rasionalitas dan kearifannya. Yang dimaksudkan dengan rasionalitas di sini adalah pemahaman mereka terhadap prosedur-mekanisme, konsep pendidikan, dan pola pengelolaan sekolah. Sedangkan kearifan adalah sikap mental mereka seperti empati dan kepedulian terhadap beban sekolah, tanggung jawab, dalam menyikapi setiap permasalahan.
Dari segi rasionalitasnya, mereka dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni wali murid yang rasional (paham permasalahan) dan yang irasional (tidak paham permasalahan). Sedangkan dari segi kearifan, mereka dibedakan ke dalam kategori bijaksana dan emosional.
Dari dua parameter ini mereka dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) kategori wali murid, yaitu orang proaktif, orang motivatif dan pemrotes dan rese/rewel.
Wali Murid PROAKTIF
Wali murid proaktif memiliki pemahaman yang baik (tinggi) terhadap prosedur, mekanisme, tata kelola, dan konsep pembelajaran. Mereka menyekolahkan putera-puterinya dengan pertimbangan rasional, dan dapat membedakan kualitas pendidikan antar sekolah.
Wali murid proaktif biasanya bijaksana dalam bersikap. Mereka menyampaikan ide dan keluhan secara jelas dan santun. Mereka tidak suka mengumbar emosi, atau kata-kata kasar dan kotor.
Sekolah sangat beruntung bila semakin banyak memiliki wali semacam ini. Ide-ide positif yang mendorong kemajuan akan terus mengalir serta dapat direspon oleh guru dan pengelola dengan baik. Di antara ciri khas wali murid tipe ini adalah:
- Paham benar kondisi anaknya.
- Membangun hubungan baik dengan segenap guru dan pengelola sekolah.
- Nada bicaranya datar, positif, tidak terkesan protes, dan suka berbagi wawasan.
- Bertanya dan memberikan alternatif berdasarkan referensi terpercaya.
- Mereka memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang dia harapkan dapat diterapkan di sekolah.
- Mereka peduli pada kondisi sekolah, dan berusaha membantu sekolah baik secara moril maupun materiil.
Berjumpa wali murid proaktif merupakan kesempatan terbaik bagi guru/pengelola sekolah untuk menggali masukan-masukan positif. Bila berjumpa dengan mereka, sebaiknya:
- Sikapi secara empatik.
- Manfaatkan sebagai kesempatan untuk menggali ide-ide segar bagi kemajuan sekolah.
Wali Murid MOTIVATIF
Tipe ini pada umumnya paling banyak dijumpai di sekolah plus. Wali murid tipe ini tidak terlalu memahami masalah pendidikan dan sistem pengelolaan sekolah. Kalaupun paham, mereka hanya tahu hal-hal yang bersifat umum, dan tidak pernah sampai pada detailnya.
Meski pemahamannya tidak begitu detail, tetapi mereka memiliki kepercayaan pada sekolah. Mereka lebih mengedepankan husnudzon (positive thingking) pada guru dan pengelola sekolah dan tidak mudah terprovokasi oleh isu dan pembicaraan-pembicaraan di luar sekolah.
Di antara ciri khas tipe ini adalah:
- Tipe ini umumnya terdiri dari pekerja, pegawai atau pengusaha yang tertib.
- Nada bicaranya datar, positif, tidak pernah terkesan protes, dan lebih suka menjadi pendengar.
- Mereka cukup sibuk untuk terlibat pada urusan yang tidak perlu, dan tidak banyak waktu luang (nganggur) untuk “ngrumpi” atau acara dukung-mendukung.
- Mereka tidak banyak punya waktu untuk terlibat langsung dalam kegiatan sekolah.
- Mereka enggan membahas sesuatu di luar tugas-tugasnya sendiri.
- Mereka lebih suka mencari tahu perihal kemampuan anaknya, system pendidikan dan pengelolaan sekolah pada guru dan pengelola sekolah,
- Mereka tidak banyak menuntut, bahkan cenderung ringan tangan membantu sekolah terutama dalam hal materi.
Berjumpa dengan wali murid tipe ini cukup mengenakkan, meski tidak terlalu banyak ide baru didapatkan. Bila bertemu dengan mereka, sebaiknya:
- Sikapi secara empatik.
- Manfaatkan sebagai kesempatan berbagai mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan putera-puterinya.
Wali Murid PEMROTES
Tipe ini memiliki pemahaman masalah pendidikan dan sistem pengelolaan sekolah, meski tidak jarang hanya pintar berbicara saja. Hanya saja, mereka tidak ditunjang dengan sikap mental dan etika moral yang mengenakkan.
Singkatnya, mereka orang yang tahu soal pendidikan, sekolah, dan memiliki harapan tinggi pada sekolah, tetapi bukan pribadi simpatik. Sering kali mereka suka mengedepankan emosi dalam menyikapi suatu permasalahan.
Di antara ciri khas wali murid tipe pemrotes adalah:
- Pintar berargumen.
- Suka protes, dan memberi kritik dan masukan dengan nada bicara tinggi, menggunakan ungkapan-ungkapan negative thinking, emosional dan marah-marah.
- Tidak mentolerir kekeliruan, meski kadang hanya kesalahpahaman.
- Sangat sensitif dan perhitungan dalam hal keuangan. Mereka tak segan menuntut fasilitas keringanan atau bahkan pembebasan biaya pendidikan, dan sangat sensitif bila ada penarikan dana.
Bertemu dengan wali murid tipe ini seringkali menyulitkan guru/pengelola sekolah. Kecenderungan mendahulukan amarah di atas masalah menjadi-kan guru sering tidak tahu bahwa dia sebenarnya bermaksud baik.
Tidak jarang pula mereka menyampaikan hal yang benar atau kesalahpahaman. Misalnya, ada wali murid marah-marah karena kesalahan pembayaran. Ada pula wali murid yang marah-marah karena informasi soal jam pulang sekolah tidak tersampaikan sebagaimana mestinya.
Bilamana bertemu dengan wali murid tipe ini sebaiknya:
- Sikapi secara empatik.
- Dengarkan pembicaraannya hingga dia selesai berbicara.
- Jangan menyela pembicaraan atau menjawab langsung.
- Pahami dan simpulkan poin yang dia bicarakan.
- Bila mempunyai jawaban yang jelas dan tegas, maka berikan jawaban berdasarkan fakta dan aturan-aturan yang berlaku.
- Bila perlu tegaskan dulu yang dia maksudkan, “Apakah maksud ibu/ bapak tadi begini?”
- Bila tidak mampu menjawab dengan pasti, jawab saja diplomatis, “Maaf, bisa ditunggu sebentar supaa saya tanyakan pada kepala sekolah”
- Tidak perlu membela diri. Bilang saja, “Terima kasih atas masukannya”, atau “Maaf atas kekeliruan ini”
- Hal-hal yang bernada negatif, seperti umpatan dan caci-maki tidak perlu ditanggapi. Sekali anda menanggapi, maka tidak aka nada bedanya antara anda dengan mereka ini.
- Dalam keadan tertentu, mereka tak perlu ditanggapi, sebab tidak jarang mereka hanya ingin marah, dan orang marah tak perlu penjelasan.
Wali Murid REWEL/PENGACAU
Bertemu dengan wali murid tipe ini sering jadi pengalaman paling sulit. Mereka suka komplain, memprotes dan menuntut dengan sikap emosional, tetapi tidak memiliki pemahaman memadai mengenai masalah pendidikan dan sistem pengelolaan sekolah. Mereka penuntut yang suka berkomentar seenaknya, dan mengkritik tanpa solusi.
Jauh lebih sulit lagi bila mereka termasuk pribadi super egois, yang tidak mau tahu kondisi dan aturan sekolah. Mereka memiliki tingkat kepribadian yang rendah, dan lebih suka menyelesaikan masalah dengan mengedepankan emosi. Mereka berkecenderungan mencari pembenar untuk dirinya sendiri, dan tidak memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian pada kelangsungan sekolah.
Di antara ciri khas wali murid tipe ini adalah:
- Nada bicaranya emosional, negatif, suka protes, suka komentar, bahkan untuk urusan yang tidak perlu.
- Membangun jarak, kecurigaan, bahkan permusuhan terhadap guru dan pengelola sekolah.
- Mendahulukan protes atau marah-marah dibanding memperjelas masalah.
- Tawar-menawar untuk urusan yang sudah jelas dan sepele.
- Sangat sensitif dan perhitungan dalam hal keuangan. Mereka tak segan menuntut fasilitas keringanan atau bahkan pembebasan biaya pendidikan, dan sangat sensitif bila ada penarikan dana.
Di antara contoh kasus wali murid tipe ini:
- Ada wali murid yang belum bayar biaya pendidikan. Saat diberikan pemberitahuan, mereka bukan minta maaf atau meminta tenggang waktu, tetapi malah marah-marah.
- Ada wali murid yang tidak tahu duduk permasalahan, tetapi dengan mudah berkomentar yang macam-macam.
- Ada wali murid yang dengan mudah berkomentar negatif terhadap suatu kegiatan yang dia tidak tahu maksud, tujuan dan relevansinya dengan kegiatan pembelajaran.
- Ada wali murid yang secara emosional memaksa mengambil tabungan di tengah waktu berjalan tanpa mau dikenakan penalti, meski sudah tahu aturannya.
- Ada wali murid yang mampu secara ekonomi, tetapi dengan emosional memaksa minta keringanan biaya pendidikan dengan berbagai alasan.
- Ada wali murid yang bertahun-tahun tidak membayar biaya pendidikan termasuk seragam dan buku-buku, tetapi saat ditagih pembayaran malah berteriak-teriak menuntut sekolah gratis.
Bila berjumpa dengan wali murid yang kehilangan hati nurani semacam ini, sebaiknya:
- Tetap tenang, dan berusahalah selalu tersenyum.
- Sikapi secara empatik.
- Sadari, bahwa Anda sedang berhadapan dengan orang yang pada dasarnya bermasalah dengan dirinya sendiri. Mereka hanya memerlukan orang lain untuk dijadikan tempat melampiaskan beban masalahnya sendiri.
- Tidak perlu menjawab atau menanggapi protes, ucapannya yang pedas, apalagi kemarahannya, sebab mereka pada dasarnya tidak butuh tanggapan.
- Bila memerlukan jawaban dan penjelasan, sikapi wali murid tipe ini sebagaimana cara menyikapi wali murid tipe pemrotes.
PENUTUP
Menjadi guru atau pengelola sekolah berarti siap “ngemong” bukan saja anak didik, tetapi juga wali muridnya. Melalui lembar ini, semoga kita semakin bijak menyikapi mereka.
4 komentar:
Artikel'a bagus, sangan membantu..:)
bleh di copy y gan..:D
Silakan. Mudah2an berguna untuk pembekalan guru.
Tulisannya sangat membantu saya dalam menghadapi wali murid yang beragam tipenya, sebelumnya saya belum tahu bagaimana cara menghadapi tipe ketiga dan keempat. Mohon izin mengcopy Pak, terima kasih.
Ya informasi ini sangat bermanfaat untuk saya...yg sdg menghadapi problematika dalam menghadapi wali murid....
Posting Komentar