Senin, 19 Desember 2011

RAMBU-RAMBU PENERAPAN PAKEM


Secara umum, terdapat rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam penerapan PAKEM. Rambu-rambu tersebut dapat dipilahkan ke dalam 2 (dua) konteks, yaitu konteks pembelajaran dan konteks penunjang pembelajaran. Rambu dalam konteks pembelajaran adalah hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Konteks penunjang adalah hal-hal pendukung yang perlu dilakukan oleh guru guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Aspek ini perlu dipersiapkan dan dilakukan guru di luar proses pembelajaran.

Minggu, 18 Desember 2011

PRASYARAT PENERAPAN PAKEM


Penerapan PAKEM membutuhkan beberapa prasyarat. Prasyarat utama pakem terletak pada guru. Selain guru, PAKEM membutuhkan dukungan managemen sekolah, kesiapan kurikulum serta sarana dan prasarana, sebab berbagai kelengkapan dan usaha menciptakan suasana belajar yang aktif, efektif dan menyenangkan terletak pada guru. Di antara prasyarat yang melekat pada guru adalah:
1.      Guru berkepribadian menarik dan berwibawa.
Penerapan PAKEM tidak efektif bilamana guru bukan pribadi yang menarik, yaitu seseorang yang mampu menempatkan diri sebagai sosok yang disukai, bahkan dikagumi oleh siswa. Pada tingkat lebih tinggi, guru yang menarik adalah guru yang mampu menjadikan dirinya sebagai idola siswa. Guru yang berkepribadian menarik kadang bahkan jauh lebih dipercaya oleh siswa dibanding orang tuanya sendiri. Di antara cirri guru tipe ini adalah:

PAKEM (PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN MENYENANGKAN)


Pembelajaran PAKEM sudah banyak diulas oleh banyak pihak dengan beragam persepsi dan konotasi. Sebagian menjabarkannya secara konseptual, sebagian lain lebih menekankan sisi teknis, dan tidak jarang pula yang menekankan sisi yuridis. Paparan kali ini sangat boleh jadi hanya akan memperkaya khazanah tersebut, sekalipun sangat boleh jadi berbeda sama sekali.
DARI PENGAJARAN KE PEMBELAJARAN
Istilah “pembelajaran” merupakan salah satu unsur penyusun akronim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Di lingkungan pendidikan di Indonesia, penggunaan istilah “pembelajaran” sedemikian popular, menggeser istilah pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang biasa digunakan sebelumnya, yaitu pengajaran (instructional).

Jumat, 16 Desember 2011

MENGELOLA LIBURAN SEKOLAH YANG BERMAKNA


Liburan sekolah di Indonesia akhir-akhir ini mendapat alokasi waktu yang cukup panjang dibanding masa-masa sebelumnya. Libur semester 1 atau semester gasal berlangsung 2 minggu dari sebelumnya yang hanya 1 minggu. Libur semester 2 atau semester genap berlangsung 3 minggu dari sebelumnya yang hanya 2 minggu.
Panjangnya masa liburan menjadi masalah tersendiri, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah dan bagi keluarga yang tidak mengagendakan liburan sekolah sebagai momen istimewa. Apalagi liburan sekolah tidak selalu bersamaan dengan liburan hari kerja di perusahaan dan instansi pemerintah, sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengisi liburan bersama keluarga.
Sebagian sekolah lebih suka membiarkan liburan berlangsung begitu saja, tanpa agenda yang dipandu melalui sekolah. Siswa dapat memilih kegiatan liburan sesuai dengan kondisi masing-masing. Akibatnya, liburan tidak jarang menjadi momen yang menjemukan bagi sebagian siswa dan bagi siswa yang lain bahkan mengarahkan mereka pada hal-hal yang tidak konstruktif.

PERLUNYA MENGELOLA LIBURAN SEKOLAH

Liburan biasanya menjadi saat-saat yang paling ditunggu oleh siswa maupun guru. Mereka biasanya menyambut hari libur engan suka cita, sebab liburan berarti kebebasan dari berbagai beban dan tanggung jawab di sekolah. Kecenderungannya, guru maupun siswa bahkan selalu merasa berat ketika hari libur sekolah berakhir.
Liburan sendiri merupakan ritual umum di setiap instansi pemerintah maupun swasta, dan tidak terkecuali sekolah. Tradisi liburan sudah ada dalam kehidupan masyarakat tradisional, sebagai tuntutan-tuntutan tradisi ataupun akibat faktor alam.

Senin, 12 Desember 2011

KUNCI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN: PENGUASAAN MATERI

Di antara 3 faktor pembelajaraan (raw input, instrumen dan lingkungan), guru merupakan instrumen paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru memang hanya salah satu instrumen pembelajaran, tetapi faktor guru jauh lebih menentukan dibanding faktor dan instrumen yang lain. 
Ibarat memasak, kualitas masakan sering ditentukan oleh juru masaknya, dibanding bahan dan alat memasaknya. Kepiawaian guru memungkinkan kualitas bahan dan sarana pembelajaran disiasati sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembelajaran berlangsung efektif.

Kamis, 08 Desember 2011

TIPE-TIPE ENTERPRENEURSHIP KEPALA SEKOLAH

Kemampuan dan pola enterpreneurship kepala sekolah dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Kategori tersebut sangat boleh jadi menunjukkan tingkatan, tetapi tidak selalu demikian. Kategori enterpreneurship sebagai tingkatan berarti kemampuan kewirausahaan kepala sekolah masih dalam proses,  yang dimulai dengan cara meniru hingga kemudian mencapai tahap enterpreneurship dengan inovasi-inovasi yang mandiri.
Kategorisasi enterpreneurship kepala sekolah kurang lebih sama dengan enterpreneurship yang berkembang di dunia usaha. Dengan meminjam konsep enterpreneurship Winardi yang dimuat dalam Digilib Petra Christian University, tipe-tipe enterpreneurship kepala sekolah kurang lebih dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori. Kelimanya adalah enterpreneurship imitatif, inovatif, fabian, drone enterpreneurship dan paratistik.

Enterpreneurship Imitatif
Kemampuan kewirausahaan kepala sekolah kadang ditunjukkan dengan cara meniru (imitasi) hasil inovasi orang lain. Pola enterpreneurship ini merupakan yang paling umum terjadi, terutama pada fase-fase awal dimulainya inovasi-inivasi dalam pengelolaan sekolah.
Ketika pemimpin sekolah, baik kepala sekolah, pengurus yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan berniat mengembangkan sekolahnya, mereka umumnya belajar dari sekolah lain. Usaha pertama yang biasanya dilakukan adalah dengan cara studi banding ke sekolah-sekolah yang dijadikan model ideal. Selanjutnya mereka berusaha meniru aspek-aspek tertentu dalam rangka mengembangkan aspek-aspek pengelolaan di sekolahnya.
Sekalipun bersifat peniruan, tetapi tidak semua kepala sekolah mampu melakukannya. Kemampuan meniru sekolah lain tidak selalu mudah dilakukan. Peniruan sesederhana apapun ditentukan oleh kemauan dan cara pandang kepala sekolah dan guru-guru untuk berubah dan mengembangkan diri sesuai sekolah yang ditiru.
Faktanya, banyak kepala sekolah dan guru yang pulang dengan tangan hampa setelah studi banding ke sekolah lain. Studi banding seringkali hanya bermakna sebagai rekreasi semata. Mereka tidak tergerak untuk mengubah atau mengembangkan pola pengelolaan sekolah dan pembelajaran meski melihat sekolah lain lebih baik dan layak dicontoh.
Ketidakmampuan meniru bahkan seringkali mewarnai kegiatan studi banding. Di antaranya adalah munculnya ungkapan-ungkapan minor seperti "Ah..., itu kan sekolah di kota. sekolah kita kan di desa?" atau "Alah..., model itu diterapkan di sekolah itu karena mereka punya banyak dana", dan ungkapan-ungkapan sejenis. Ungkapan tersebut memperlihatkan ketidakberdayaan atau keenggana untuk berubah.  
Singkatnya, meniru sekolah lain tidak selalu mudah dilakukan, karena perbedaan kondisi di setiap sekolah selalu membutuhkan inovasi dan penyesuaian-penyesuaian. Mereka yang tidak siap akan cenderung tidak mampu mengadaptasikan kebijakan sekolah lain di sekolahnya sendiri.
Enterpreneurship Inovatif
Ini merupakan tipe enterpreneurship paling baik, di mana dengan melihat potensi sekolah, kepala sekolah mampu mengembangkan ide dan kreasi secara mandiri. Enterpreneurshi semacam ini biasa dilakukan oleh para kepala sekolah yang kaya ide dan informasi. Mereka rajin bereksperimen dan menawarkan perubahan-perubahan secara atraktif, di luar yang dilakukan oleh kepala sekolah pada umumnya.
Kepala sekolah tipe ini umumnya berbeda dari kepala sekolah kebanyakan. Ide-ide mereka tidak selalu dipahami dan diterima oleh kebanyakan orang, tetapi kekuatan visi dan keyakinannya terhadap ide-ide brilian menjadikan mereka terpercaya dan mampu mengembangkan berbagai inovasi demi kemajuan sekolah.
Enterpreneurship Fabian
Enterpreneurship ini dicirikan dengan kecenderungan melakukan berbagai kreasi dan inovasi,  tetapi masih diliputi dengan ketidakmantapan dalam melangkah. Berbagai kreasi dan inovasi dilakukan dengan kurang terhayati. Hal ini terutama terjadi bilamana kreasi dan inovasi kepala sekolah merupakan jenis peniruan (imitasi) yang kurang ditunjang kematangan konsep.
Drone Enterpreneurship
Ini merupakan tipe enterpreneurship yang dipenuhi keraguan yang lebih besar hingga meningkat pada penolakan. Kreasi dan inovasi batal dilakukan karena pemimpin sekolah lebih memilik sikap dan pola pikir yang terlalu skeptis terhadap ide-ide kreatif dan inovatif.
Kepala sekolah lebih memilih bertahan dengan konsep dan pola kerja lama karena tidak melihat perubahan akan segera memberikan hasil signifikan. Mereka bertahan dengan pola kerja lama sekalipun pada akhirnya kalah bersaing dari sekolah lain. Di antara contohnya, kepala sekolah enggan menerapkan metode atau media terbaru karena tidak yakin hasilnya akan lebih baik. Biasanya muncul ungkapan-ungkapan skeptis seperti, "Alah... metode apapun sama saja, tidak akan ada perubahan berarti" atau "Kita tidak usah ikut-ikutan sekolah lain, karena perubahan seperti itu tidak mungkin  menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Enterpreneurship Paratistik
Ini merupakan tipe enterpreneurship tambahan. Tipe ini dicirikan dengan kecenderungan negatif dalam melakukan kreasi dan inovasi. Tipe ini kadang juga muncul di sebagian kepala sekolah yang lebih berorientasi pada keuntungan jangka pendek bagi sekolah ataupun pribadi tanpa memperhitungkan halal-haram.
Di antara contoh enterpreneurship tipe ini adalah usaha kepala sekolah menyiasati UN atau UNAS dengan beragam cara, seperti membeli bocoran soal, menyuap pengawas, atau modus-modus lainnya. Mereka lebih memilih jalan pintas untuk mengatasi keadaan sulit, sekalipun melanggar hukum dan nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi dalam pendidikan. 

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...