Jumat, 24 Desember 2010

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

Pemimpin adalah faktor paling menentukan kualitas pendidikan di sekolah. Ibarat anggota tubuh manusia, pemimpin adalah otaknya. Otak adalah bagian utama yang membuat seluruh organ berfungsi, melakukan berbagai jenis pekerjaan, menghasilkan dan mencapai tujuan sesuai ide sang otak.

Selagi otak berfungsi dengan baik, orang yang tidak memiliki tangan dan kaki masih dapat berkarya atau bepergian ke manapun yang dia mau. Bahkan, meski berada dalam dipenjara, seorang pemimpin tetap dapat menggerakkan orang lain di luar penjara.
Pimpinan sekolah terdiri dari dinas pendidikan/yayasan, kepala sekolah dan komite sekolah. Tugas pemimpin adalah membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan yang ditetapkan. Karena itu, pemimpin sekolah harus berani dan mampu menggerakkan bawahan, siswa dan seluruh stake holder agar kegiatan sekolah mencapai tujuan.
Dari sini, tipe kepemimpinan sekolah dapat dicermati berdasarkan dua hal. Sebagai pengarah kualitas pemimpin perlu dicermati dari pemahaman dan komitmennya untuk mencapai tujuan sekolah. Dengan sendirinya, pemimpin sebagai pengarah dituntut memiliki hubungan baik dengan bawahan dan seluruh stake holder sekolah, sehingga mampu menggerakkan mereka untuk mencapai tujuan sekolah.
Secara sederhana, tipe kepemimpinan tersebut dapat dipetakan sebagaimana bagan berikut.
1. Tipe Tim Leader
Tipe ini mirip pola kepemimpinan tim sepak bola. Setiap tim selalu memiliki pemimpin (kapten) yang bertugas mengatur formasi dan strategi serangan.
Sang kapten dengan sendirinya harus sekaligus merupakan permain terbaik di tim itu. Dengan begitu, Dia dapat memberi arahan sekaligus contoh terbaik bagi seluruh pemain. Dia juga memiliki hubungan baik dengan seluruh anggota tim, sehingga mampu membangun kerja sama tim secara kompak dan saling pengertian.
Ini adalah tipe paling ideal. Pemimpin adalah orang yang fokus pada tujuan, yang berarti paling paham tujuan, cara-cara, strategi dan langkah-langkah mencapai tujuan sekolah secara terprogram.
Dengan berpijak pada visi, misi dan program kerja sekolah, pemimpin mampu menjalin hubungan baik dan bekerja sama dengan seluruh stake holder untuk tujuan sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing. Kemampuannya menjalin hubungan baik dengan bawahan danstake holder memungkinkan terjalinnya kerjasama yang kompak dan penuh kesadaran.
Sebagai pemain terbaik, pemimpin mampu membimbing, mengontrol, mengarahkan, dan mengendalikan kerja tim. Sebagai penanggung jawab, pemimpin mengendalikan kerja tim melalui supervisi, evaluasi, dan mempertanggungjawabkannya dalam bentuk laporan kerja.
Karakteristik kepemimpinan team leader di sekolah di antaranya adalah sebagai berikut.
Team leader pasti guru terbaik di sekolah. Dia mampu memberi contoh terbaik bagaimana menyusun program, rencana pembelajaran, instrumen yang diperlukan, serta contoh dalam praktik pembelajaran.
· Kelebihan itu memungkinkannya mampu melakukan supervisi, evaluasi dan mengarahkan kerja bawahannya.
· Hubungan baik pemimpin dengan semua bawahan memungkinkan semua orang bekerja sama secara kompak.
· Tim leader memiliki kelebihan dalam hal managemen dan administrasi, sehingga mampu mengendalikan sekolah sesuai garis kebijakan dan tujuan yang ditetapkan.
Meski kedengarannya ideal, tapi faktanya jarang ada sekolah yang mampu menerapkan tipe ini. Hal ini dikarenakan tipe ini memerlukan prasyarat yang tidak selalu ada pada setiap sekolah, yaitu:
· Pemimpin adalah seorang yang paling kompeten di bidangnya, bukan sekedar orang paling berpengaruh, paling banyak teman atau paling pintar berbicara. Tanpa terpenuhinya prasyarat ini, sama artinya dengan tidak ada pemimpin.
· Seluruh guru, pegawai dan stake holder memiliki visi/pandangan, pemahaman, tanggung jawab dan tujuan yang sama. Kerja tim tidak akan berjalan bilamana anggota tim carut-marut, atau terdiri dari terlalu beragam orang dengan pola pikir dan kepentingan berbeda.
· Seluruh guru/pegawai memiliki kompetensi profesional yang memadai dan merata, hingga memungkinkan:
à Pemimpin tinggal berperan mengarahkan guru, pegawai dan stake holder sesuai garis program dan kebijakan sekolah.
à Arahan pemimpin mudah dipahami dan dilaksanakan oleh bawahan sesuai bidang tugasnya.
à Kerja tim akan pincang dan tidak lagi menjadi kerja tim bila kemampuan profesional guru, pegawai dan stake holder tidak memadai dan tidak merata.
2. Tipe Pemimpin Idealis
Ini adalah tipe paling umum dan merupakan hakekat mendasar kepemimpinan. Pemimpin idealis fokus pada tujuan, tetapi kurang ditunjang kemampuan menjalin hubungan baik dengan guru, pegawai dan stake holder sekolah.
Tipe ini mirip kepemimpinan militer atau perusahaan yang dihadapkan pada target kerja yang ketat. Setiap orang yang ada ke dalamnya harus menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan tuntutan kerja setempat.
Kepemimpinan idealis merupakan tipe paling umum yang digunakan sekolah pada fase pengembangan. Hal ini dikarenakan maju tidaknya sebuah sekolah umumnya dimulai dari ide brilian dan kemauan kuat dari satu atau segelintir orang, yang diwujudkan melalui langkah-langkah konkrit di sekolah itu.
Fokus utama pemimpin tipe ini adalah mencapai tujuan sekolah yang diidealkan. Ide, konsep dan kemauan kuat itulah yang membuat sang pemimpin mengatur dan mengendalikan sekolah.
Besarnya fokus perhatian pada tujuan yang diidealkan kadang mengakibatkan hubungan baik dengan bawahan dan stake holder sekolah lepas dari perhatian. Kadang kemampuan dan kepercayaan diri pemimpin idealis mengesampingkan hal itu. Di antara karakteristik kepemimpinan idealis adalah:
· Ide atau konsep pengelolaan sekolah merupakan hasil karya sang pemimpin sendiri atau konsep orang lain yang harus diwujudkan sang pemimpin secara konsekwen.
· Pemimpin sekaligus pemilik modal yang harus menanggung segala resiko, atau setidaknya orang yang sepenuhnya harus bertanggung jawab terhadap modal orang lain yang dipercayakan kepadanya.
· Guru, pegawai dan stake holder sekolah adalah pihak yang harus menyesuaikan dengan target kerja dan pola kerja pemimpin, bukan sebaliknya.
· Kontribusi guru, pegawai dan stake holder sekolah terlalu kecil dan dapat digantikan orang lain dengan mudah, sehingga nilai tawarnya terlalu kecil di hadapan sang pemimpin.
Tipe ini umumnya efektif dalam mencapai tujuan, karena seluruh guru, pegawai dan stake holder menyesuaikan visi, misi dan cara kerjanya. Meski begitu, tipe ini mengandung beberapa resiko.
· Pemimpin idealis tidak jarang dianggap otoriter karena berani mengambil keputusan tegas.
· Guru, pegawai dan stake holder yang tidak/belum mampu menyesuaikan visi dan pola pikirnya mudah kebingungan.
· Guru/pegawai yang tidak/belum memiliki kemampuan memadai merasa tidak nyaman, tertekan bahkan kadang frustasi karena dihadapkan pada target dan aturan kerja yang ketat.
· Ketika berhadapan dengan guru dan pegawai yang tidak siap menerima resiko pekerjaan, kadang keputusan pemimpin idealis dapat menciptakan kelompok sakit hati bahkan permusuhan.
Kepemimpinan idealis diperlukan sekolah-sekolah rintisan atau bermasalah. Pemimpin tegas dan mampu mengambil langkah cepat diperlukan dalam situasi kritis, misalnya ketika guru/pegawai tidak solid, program sekolah tidak efektif, kualitas pembelajaran menurun atau atau terancam menurun akreditasnya.
3. Tipe “Sosialis” alias Nyantai
Ini adalah tipe kepemimpinan yang buruk tapi paling umum terjadi pada kebanyakan sekolah. Pimpinan nyantai biasanya memiliki hubungan baik dengan bawahan, siswa dan wali murid tetapi bukan dalam konteks memuluskan tercapainya tujuan sekolah. Hubungan baik itu hanya pada konteks pertemanan, dan bukan relasi profesional.
Pimpinan seperti ini biasanya paling disukai bawahan. Ketidaktahuannya pada tujuan dan tugas-tugas teknis menjadikannya sangat toleran pada bawahan. Tentu saja bawahan merasa aman bersama mereka. Beban bawahan terasa sangat ringan, karena pimpinan tidak tahu yang haru disupervisi, dikritik dan dibetulkan pada bawahannya.
Menonjolnya kualitas pertemanan memungkinkan kelemahan sekolah tertutupi oleh hiruk-pikuk kegiatan sekolah dan hubungan baik. Meski dari segi program dan pembelajaran tidak efektif, tetapi suasana sekolah terasa hidup dan kompak. Ciri paling umum dari pola kepimpinan sekolah tipe ini adalah:
· Pimpinan biasanya orang yang berpengaruh di sekolah dan banyak teman, tapi bukan guru terbaik yang menguasai tugas-tugas keguruan.
· Kualitas leadership rendah. Relasi kepemimpinan bahkan sering diwarnai pola kepemim-pinan terbalik, di mana sang pimpinan segan dan tidak berani memberi instruksi bawahan. Padahal seharusnya bawahan yang segan dan taat kepadanya.
· Fokus kerjanya hanya menjaga hubungan baik, bukan mencapai hasil kerja yang baik. Akibatnya, suasana sekolah terkesan hidup, meski sebenarnya pembelajaran tidak efektif bahkan menurun kualitasnya. Hubungan baiknya dengan guru, siswa dan wali murid menjadikannya mampu menutupi berbagai kelemahan dan kinerjanya.
· Penguasaan konsep kerja rendah, dan kalaupun bisa hanya sepenggal-penggal. Meski begitu, dia mampu banyak berbicara seolah sangat menguasainya.
· Kompetensi managerial dan administrasi rendah, sehingga banyak program dan target kerja yang tidak tercapai.
· Keuangan sekolah tidak efisien, karena lebih suka mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang meski tidak relevan dengan tujuan sekolah.
· Kompetensi edukatif dan didaktik-metodiknya rendah, bahkan di bawah kebanyakan guru. Akibatnya, dia tak mampu melakukan, supervisi, evaluasi, apalagi membimbing guru dan pegawai.
Tentu saja kepemimpinan seperti ini tidak bermanfaat bagi sekolah. Meski demikian, tipe kepemimpinan ini bukan tidak ada gunanya.
Kepemimpinan seperti ini biasanya dibutuhkan oleh para politisi untuk kepentingan jangka pendek. Pemimpin tipe ini umumnya lihai memanipulasi emosi banyak orang dan memobilisasikannya.
Ini biasa dilakukan oleh para pegiat gerakan sosial/politik, misalnya untuk menggerakkan demonstrasi dukung-mendukung pejabat. Mereka mampu membuat orang yang berfikiran dangkal untuk bicara meski dengan modal pengetahuan minim. Mereka juga mampu menggerakkan orang hingga tanpa berfikir panjang mendukung atau menentang sesuatu.
Pastinya, ini bukan kepemimpinan yang dibutuhkan sekolah. Sekolah yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini sama halnya dengan memiliki kepala yang berotak, tapi tidak dapat digunakan untuk berfikir.
4. Tipe Gambar/Simbul
Ini adalah tipe kepemimpinan paling buruk, tetapi ada juga sekolah yang “apes” karena dipimpin oleh orang semacam ini. Keberadaan pemimpin seolah hanya sebagai kelengkapan sekolah saja, karena pemimpin hanya berperan sebagai simbul.
Kepemimpinan seperti ini dapat dijumpai pada pemimpin sekolah yang bersikap dan berperilaku:
· Jarang membicarakan urusan riil di sekolah, karena pemimpin tidak memiliki konsep pengelolaan sekolah (zero vision) dan fokus pemikirannya tidak ke sekolah.
· Yang mampu dikerjakan hanya tanda tangan, karena secara riil tidak menguasai tugasnya, baik tugas edukatif, managerial hingga administratif.
· Pemimpin lebih nyaman berada di luar sekolah, dan merasa kurang hidup ketika berada di sekolah.
· Cenderung pasrah dan biasa mewakilkan tugas sepenuhnya pada orang lain.
· Menghindari supervisi, evaluasi atau pelatihan, karena minat dan perhatiannya bukan mengembangkan diri.
· Kurang suka melakukan rapat dan evaluasi dengan guru, pegawai maupun stake holdersekolah, karena tidak tahu apa yang harus dibahas.
· Jarang berinteraksi dengan siswa secara langsung, karena visi edukatifnya lemah.
· Menunda-nunda pekerjaan, suka mencari-cara alasan, suka menyalahkan situasi, aturan atau orang lain sebab pada dasarnya dia tidak mampu melaksanakan tugas, juga tidak berani mengatasi keadaan.
Sudah pasti, ini bukan tipe pemimpin ideal, sebab pada dasarnya dia tidak siap memimpin. Secara mental, dia tidak memiliki kemampuan dan keberanian seorang pemimpin. Sekolah yang dipimpin oleh pemimpin semacam ini sama halnya dengan berkepala tetapi tidak ada otaknya.
Bila salah satu dari anda menjadi kepala sekolah, tipe manakah yang anda pilih?

Jumat, 27 Agustus 2010

TIPE-TIPE GURU

Guru adalah instrumen utama sekolah. Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.

Perlu disadari bahwa tidak semua guru memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:

1. Kompetensinya, yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

2. Orientasinya pada

kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa berhasil.

Secara sederhana, tipe guru dapat dipetakan ke dalam bagan berikut.

1. Tipe Profesional

Ini adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Guru tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab. Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:

a. Biasa mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta, karena menganggapnya sebagai kebutuhan.

b. Aktif mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.

c. Aktif mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.

d. Sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

e. Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.

f. Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.

g. Keberhasilan mengajar tinggi.

1) Dia malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.

2) Dia terus berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.

h. Lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:

1) Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.

2) Sering menjadi idola siswa.

2. Tipe Potensial/Pembelajar

Ini tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:

a. Menyadari fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun dan mengembangkannya.

b. Belum benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.

c. Tidak segan bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.

d. Banyak membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

e. Suka mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang lain.

f. Berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.

g. Keberhasilan mengajar tinggi.

1) Dia malu atau takut bila anak didiknya belum berhasil.

2) Dia terus berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.

Meski demikian, kadang dia masih gugup bila menghadapi komplain oleh wali murid.

h. Selama jam sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:

1) Mempunyai kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.

2) Potensial jadi idola siswa.

3. Tipe Sinis

Ini adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.

Meski begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru tipe ini:

a. Meski mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena menganggap itu sebagai beban.

b. Kompetensinya tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.

c. Enggan berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan perhitungan.

1) Biasa bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?

2) Menyikapi tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.

3) Suka beralasan repot bila imbalan tidak memadai.

4) Kaya alasan untuk membe-narkan diri sendiri.

d. Jarang membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.

1) Fokus perhatiannya bukan pada kualitas kerja.

2) Akrab dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan permusuhan.

e. Tidak peduli pada kinerja sendiri.

1) Malas bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.

2) Hanya aktif bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi.

f. Tidak peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.

g. Keberhasilan mengajar rendah.

1) Keberhasilan siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.

2) Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.

3) Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.

4) Tidak disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar.

h. Lebih suka berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga:

1) Kalau bukan guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.

2) Berusaha dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.

3) Karakter anak didik tidak konstruktif.

4) Biang gosip di sekolah.

4. Tipe Drop-Out

Ini adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai. Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.

Lebih tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang di antara ciri-cirinya:

a. Mengeluh bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak menyadari itu sebagai kebutuhan guru.

b. Kompetensi tidak berkembang:

1) Keahlian keguruan rendah.

2) Sulit memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru.

c. Tidak berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dia tidak menyadari kekurangan.

d. Jarang membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena:

1) Visi pendidikannya lemah.

2) Tidak berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.

3) Emosional dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.

4) Kadang mudah tersinggung.

e. Tidak peduli pada kinerja sendiri.

1) Kurang mampu mengajar.

2) Tidak disiplin.

3) Kadang perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain menghargai kebodohannya.

f. Tidak tahu sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.

g. Hasil pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena:

1) Keberhasilan siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.

2) Tidak malu dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.

3) Hanya bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.

h. Suka berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah.

1) Lebih mudah akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.

2) Mudah terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.

3) Perilaku anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.

Tipe manakah Anda???????

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...