Sabtu, 28 Juni 2014

KEUNGGULAN SEKOLAH SWASTA BERBAYAR

Di tengah dorongan untuk penyelenggaraan pendidikan gratis, di tengah masyakat berkembang sekolah-sekolah swasta berbayar, yang sebagian bahkan bernilai fantastis bagi kebanyakan orang. Kehadiran sekolah gratis tidak dengan sendirinya menghapuskan keberadaan sekolah swasta. Bahkan sebagian sekolah swasta jauh lebih diminati dibanding sekolah gratis.
Fenomena ini sering kali sulit dipahami oleh masyarakat awam, terutama yang masih perhitungan dalam memilih pendidikan bermutu. Bagaimana bisa, sekolah yang berbayar bahkan sangat mahal lebih diminati dibanding yang gratis. 
Sekolah berbayar memang memiliki kelebihan yang hanya dipahami oleh masyarakat dengan tingkat berfikir dan tingkat sosial ekonomi tertentu. Mereka memiliki kebutuhan yang tidak dapat dipahami oleh masyarakat awam pada umumnya. Kebutuhan itulah yang diapresiasi oleh sekolah-sekolah swasta hingga memungkinkannya tetap memiliki "pasar" sendiri. Di antara kelebihan tersebut terletak pada beberapa aspek berikut. 
1.  Kualitas Layanan
Selain menekankan mutu pembelajaran, sekolah berbayar pada umumnya menekankan aspek service atau pelayanan. Pelayanan tersebut berkaitan dengan berbagai hal dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling prinsip, mulai dari keramahan, kelengkapan dan kenyamanan sarana-prasarana, hingga keamanan. Sekolah gratis pada umumnya kurang memperhatikan aspek ini. Berbagai fasilitas sarana dan prasarana mungkin saja selengkap atau bahkan lebih lengkap dibanding sekolah berbayar, hanya saja keberadaannya baru sebatas ada. 
2.  Kualitas Pendidikan
Pada dasarnya kualitas lulusan sekolah berbayar tidak selalu lebih baik dibanding sekolah gratis. Hal ini dikarenakan kualitas lulusan ditentukan oleh banyak faktor, termasuk faktor bawaan anak. Hanya saja, sekolah swasta pada umumnya mengupayakan untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang lebih optimal dibanding sekolah gratis. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan pendidikan yang semaksimal mungkin mampu mendorong anak mencapai kompetensi seoptimal yang mampu mereka raih. 
3.  Kualitas Lingkungan Sosial
Sekolah berbayar pada umumnya bukan hanya fokus pada kualitas pembelajaran. Hal-hal yang dinilai turut memberikan nilai tambah bagi perkembangan anak juga diberikan perhatian yang besar. Bila di sekolah gratis lingkungan sosial dibiarkan sebagaimana adanya, sekolah berbayar justeru berupaya mengelola lingkungan sosial agar lebih ramah dan manusiawi. 
4.  Etos Kerja
Sekolah berbayar mengemban tanggung jawab langsung dari masyarakat. Sekolah berbayar akan dengan serta merta dikomplain, bahkan kadang memunculkan pemberitaan bilamana teledor dalam memberikan layanan yang kurang memuaskan. Kondisi ini memaksa guru dan pengelola sekolah berbayar untuk bekerja lebih keras dibanding guru dan pengelola sekolah gratis.
5.  Variasi Kegiatan
Nuansa sekolah swasta berbayar pada umumnya berbeda dari sekolah gratis. Sekolah akan berupaya memberikan kegiatan yang lebih berwarna bagi anak, dalam rangka memberikan pengalaman belajar yang lebih berwarna. Oleh karenanya, kegiatan sekolah pada umumnya lebih bervariasi dibanding sekolah gratis, yang umumnya justeru berupaya meminimalkan kegiatan demi penghematan.
6.  Program Unggulan
Sekolah swasta berbayar selalu menonjolkan suatu kegiatan yang ditempatkan sebagai nilai tambah dibanding sekolah sejenis. Bila sekolah gratis cenderung mencari kesamaan dengan sekolah lain, sekolah berbayar justeru terdorong untuk berupaya menemukan perbedaan dan keunikah sekolah dibanding sekolah lain. Perbedaan itulah yang dapat memberikan nilai tambah bagi sekolah dan siswanya. Nilai tambah tersebut dengan jelas membedakan sekolah tersebut dibanding sekolah-sekolah lain hingga lebih mudah dikenali dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda. 

Sabtu, 14 Juni 2014

PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK BULLYING

Oleh: Irfan Tamwifi

Bullying memiliki konteks pengertian yang luas. Bullying bukan hanya berbentuk sikap dan perilaku kekerasan dan represi pada orang lain, melainkan lebih luas lagi. Pengertian bullying mencakup berbagai sikap dan perilaku yang mengarah pada pelecehan, penghinaan, penindasan, dan kekerasan oleh orang yang lebih dominan kepada orang lain yang lebih inferior.
Bentuk bullying sangat beragam, mulai dari sikap, perkataan hingga perbuatan atau tindakan yang mengarah pada usaha merendahkan, mengganggu, menekan, dan merugikan orang lain secara fisik maupun mental.
1. Sikap
Bullying dapat dilakukan dalam bentuk sikap baik berupa ekspresi wajah maupun bahasa tubuh yang ditujukan untuk menakut-nakuti, melecehkan, merendahkan, menghina, sikap yang memperlihatkan ketidaksukaan, jijik, atau membuat orang lain merasa tidak nyaman. Di antara bentuk bully dengan sikap adalah wajah sinis, acuh tak acuh, pandangan merendahkan dan sebagainya. Sebagai misal ada seorang teman yang berpakaian lusuh dan orang lain memandangnya dengan tatapan aneh.
2. Perkataan
Bullying paling sering dilakukan dalam bentuk kata-kata yang bernada ejekan, olok-olokan, sindiran, intimidasi, atau bahkan hardikan. Sebagai misal seseorang mengejek orang lain dengan predikat negatif, menyebut nama orang tua, etnis, agama atau stereo type lain yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman.
3. Perbuatan
Bullying paling berat biasanya yang dilakukan dengan disertai perilaku atau tindakan tertentu yang mengarah pada usaha merendahkan, meremehkan, "ngerjain" atau mempermainkan, hingga mengancam dan menyiksa orang lain. Di antara contoh yang lazim dilakukan adalah dengan pengucilan seseorang dari yang lain, sehingga korban bullying merasa tidak tidak nyaman, diremehkan atau diterima lingkungan pergaulannya.

BULLYING: DULU DAN SEKARANG

Bully atau bullying merupakan istilah baru dalam perbendaharaan bahasa di Indonesia sekarang. Bully atau bullying secara kebahasaan berarti tindakan mengganggu kenyamanan mental orang lain (noisily domineering) yang mengarah pada merendahkan, melecehkan, membuat kesal orang lain (tending to browbeat others).
Meski dari istilah baru dikenal, tetapi kebisaan bullying dari segi perilaku sudah dikenal sejak dahulu kala. Bedanya, pada jaman sekarang bullying dipandang sebagai perbuatan tercela bahkan dapat dipidanakan, sementara pada jaman dulu bullying dianggap sebagai hal biasa.
Di sekolah, di lingkungan rumah, kampung dan berbagai tempat sering dijumpai seorang atau beberapa orang anak dijadikan bahan ejekan, olok-olok, "permainan" serta bentuk-bentuk pelecehan lainnya. Di antara buktinya adalah pemberian nama panggilan yang melecehkan, misalnya anak berhidung panjang dipanggil petruk, anak gemuk atau memiliki perut gendut dipanggil bagong, si gendut atau si gembul, dan berbagai panggilan lain yang bernada mengejek.
Anak-anak yang menjadi korban bullying umumnya merasa terhina, direndahkan, dan tertekan. Tidak jarang bullying mengakibatkan pertengkaran dan permusuhan bagi anak yang berani melawan, dan tertekan bagi yang lemah. Meski demikian, ada juga anak yang hingga dewasa tetap nyaman dengan nama ejekan tersebut, sehingga di pedesaan Jawa masih ada beberapa orang yang dipanggil, Darto Bagong, Imron Kate, Sumadi Kambing dan sebagainya. 
Bullying pada masa lalu hanya dipandang sebagai perilaku biasa yang akan hilang atau tidak berarti lagi seiring perkembangan anak saat memasuki masa dewasa, atau setelah kegiatan berlalu. Itu sebabnya, metode bullying sendiri bahkan masih sering dipertahankan dalam berbagai kegiatan formal, sebagai misal, perpeloncoan dalam kegiatan kemahasiswaan, masa orientasi siswa dan sebagainya.
Hal ini berbeda dengan pandangan masyarakat mengenai bullying pada masa sekarang. Meningkatkan kebutuhan untuk menghargai privasi, martabat dan perkembangan mental menempatkan bullying sebagai sikap dan perilaku yang dinilai merugikan dan harus dihindari. Kesadaran atas kebutuhan penghargaan dan menjaga tumbuh kembang mental anak menjadikan bullying sulit diterima oleh anak manusia saat ini.
Itu sebabnya, bullying harus dihindari baik di lingkungan keluarga, sosial maupun sekolah. Apalagi bentuk-bentuk bullying tak jarang mengarah pada sikap dan tindakan yang mengarah kriminal, seperti mengancam, menekan, atau mengeksploitasi yang lemah demi keuntungan yang kuat (the act of intimidating a weaker person to make them do something).
Apalagi tekanan mental yang terjadi selama kegiatan bullying tidak jarang berakibat fatal, kematian. Kasus-kasus kematian remaja saat opspek, kekerasan di sekolah-sekolah ketentaraan, IPDN, dan berbagai kampus yang marak beberapa waktu terakhir merupakan dampak bullying yang berlebihan dan membudaya yang tak lagi dapat diterima oleh manusia saat ini.

Mengapa Jokowi Diserang Habis-habisan?

Irfan Tamwifi Pensiun dari jabatan presiden, tidak membuat Jokowi terbebas dari berbagai serangan politik seperti yang dihadapinya menjelang...