TRANSLATE

Senin, 13 Juni 2016

3 DAMPAK RENDAH DIRI PADA REMAJA

Oleh:  Irfan Tamwifi

Berbeda dari masa anak-anak yang umumnya bebas berekspresi, banyak anak yang berubah menjadi lebih tertutup, pendiam dan pasif saat memasuki masa remaja. Di satu sisi hal ini terjadi dikarenakan mulai tumbuhnya kesadaran mengenai normal dan nilai, tetapi di sisi lain perubahan tersebut sering kali terjadi akibat berkembangnya perasaan kurang percaya diri. 
Kesadaran atas nilai dan norma merupakan hal yang wajar dan seharusnya terjadi, tetapi akan menjadi masalah yang merugikan bilamana perubahan terjadi karena penurunan kepercayaan diri. Ironisnya, penurunan kepercayaan diri sering kali menjadi problem kejiwaan paling merugikan yang dialami anak saat memasuki masa remaja. Di antara kerugian anak yang rendah diri adalah: 
1.   Gagal Mengeksplorasi Diri
Setiap manusia pasti memiliki potensi-potensi mental dan fisik yang bilamana digali dan dilatih secara  optimal akan mengantarkannya meraih sukses. Hanya saja, rendahnya kepercayaan diri dapat mengakibatkan anak kehilangan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai potensi dirinya. Anak yang kurang percaya diri cenderung menarik diri dari arena pertaruangan dan menutup peluang untuk mengembangkan berbagai potensi diri mereka. 
Dengan kata lain, rendahnya kepercayaan diri membuat anak kalah sebelum bertanding. Padahal bila anak memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal, sangat boleh jadi mereka dapat bersaing dengan anak-anak yang kepercayaan dirinya lebih tinggi.
Dalam banyak kasus, anak-anak yang sukses tidak selalu berasal dari anak yang potensi dirinya lebih baik dibanding anak-anak yang gagal. Mereka yang berhasil meraih posisi-posisi prestisius seperti menjadi aparat pemerintahan, menjadi guru, dosen, atau profesi-profesi menterang lainnya, tidak selalu memiliki potensi kecerdasan lebih dari yang lain. Banyak di antara orang-orang yang sukses meraih karier yang mapan dalam hidupnya lebih dikarenakan modal keberanian dan kepercayaan diri dibanding kemampuan bawaan.
2.   Melemahkan Semangat Juang
Tidak salah bila para pakar kesuksesan berkeyakinan bahwa modal utama kesuksesan hidup lebih ditentukan oleh kekuatan mental dibanding kecerdasan, keahlian dan kompetensi teknis lainnya. Kesuksesan lebih ditentukan oleh kekuatan mental seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Kekuatan tersebut berupa keyakinan diri atau kepercayaan diri, keberanian, kekuatan kemauan dan semangat juang seseorang dalam meraih sukses.Kemampuan kerja memang tidak selalu dapat dipelajari dengan mudah, tetapi kekuatan kemauan memungkinkan seseorang belajar dan meraih sukses. 
Rendahnya kepercayaan diri dengan sendirinya akan menghambat kekuatan mental seseorang untuk mengalahkan tantangan sejati dalam meraih sukses. Tantangan sejati dalam meraih sukses yang pertama dan terutama adalah mengalahkan kelemahan diri sendiri. Seseorang tidak akan mampu mengalahkan orang lain, bila dalam dirinya tidak ada kepercayaan diri.
Ibarat menghadapi pertempuran, orang yang tidak percaya diri bukan berarti tidak lebih terampil dalam bermain senjata dengan lawan, tetapi orang yang tidak punya nyali untuk bertempur. Tidak adanya nyali akan dengan mudah meruntuhkan semangat juangnya dan pada gilirannya akan dengan mudah dikalahkan oleh lawan.
3.   Memperkokoh Ketidakmampuan
Ketidakpercayaan diri cenderung membuat anak menarik diri dari percaturan hidup. Menarik diri dari percaturan hidup sama artinya dengan menutup diri, menutup jalan menuju sukses. Anak remaja yang rendah diri akan diliputi oleh perasaan kalah, bahkan sebelum pertandingan dimulai, yang pada gilirannya akan membuat mereka memilih untuk tidak bertanding.
Masalahnya, ketidakpercayaan diri sering kali tidak begitu jelas dialami oleh setiap remaja. Tingginya ego, perasaan lemah dan berbagai alasan membuat perasaan rendah diri sering diekspresikan secara berbeda-beda oleh setiap anak. Sebagian mengekspresikan perasaan rendah diri dengan cara menarik diri, menutup diri, dan membatasi diri untuk berkembang, sedangkan sebagian remaja lain cenderung mengekspresikan rasa rendah diri dengan cara sebaliknya. 
Dalam keseharian dapat dijumpai remaja yang terlihat pemberani, ugal-ugalan, dan agresif, meski pada dasarnya sikap dan perilaku tersebut sebenarnya bukan dikarenakan kepercayaan diri yang tinggi, melainkan sebaliknya. Banyak remaja yang berpakaian atau berdandan aneh-aneh, besikap arogan atau bahkan agresif bukan karena percaya diri, tetapi pada dasarnya justeru terjadi akibat ketidakpercayaan diri. Mereka berusaha menutupi ketidakpercayaan dirjnya dengan cara seolah-olah percaya diri.
Ketidakpercayaan diri baik yang diekspresikan dengan sikap dan perilaku tertutup maupun agresif pada dasarnya hanya memperkokoh ketidakmampuan diri anak. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk berkembang secara positif karena sikap dan perilaku anak yang tidak percaya diri  cenderung menjauhkan mereka dari kesempatan untuk belajar secara wajar dan terstruktur.

Tidak ada komentar: