TRANSLATE

Senin, 12 Desember 2011

KUNCI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN: PENGUASAAN MATERI

Di antara 3 faktor pembelajaraan (raw input, instrumen dan lingkungan), guru merupakan instrumen paling menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru memang hanya salah satu instrumen pembelajaran, tetapi faktor guru jauh lebih menentukan dibanding faktor dan instrumen yang lain. 
Ibarat memasak, kualitas masakan sering ditentukan oleh juru masaknya, dibanding bahan dan alat memasaknya. Kepiawaian guru memungkinkan kualitas bahan dan sarana pembelajaran disiasati sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembelajaran berlangsung efektif.
Kompetensi guru dalam pembelajaran ditentukan oleh berbagai kompetensi yang seharusnya dimiliki. Meski demikian, berdasarkan pengalaman kami, di antara kompetensi kepribadian, pedagogi, profesional dan sosial, kompetensi profesional khususnya penguasaan materi ajar  merupakan kompetensi pertama dan paling menentukan keberhasilan pembelajaran. 
Sedemikian menentukannya penguasaan materi terhadap keberhasilan mengajar menjadikan sebagian sekolah lebih menyukai lulusan bidang studi MIPA untuk mengajarkan mata pelajan MIPA sekalipun bukan dari jurusan keguruan atau non-FKIP. Sebagian sekolah juga lebih menyukai lulusan Syari'ah untuk mengajarkan mata pelajaran PAI dibanding lulusan Tarbiyah jurusan PAI. Sekalipun tidak memiliki basis pedagogik, mereka cenderung memiliki penguasaan materi yang lebih baik dan lebih mendalam dibandingkan lulusan jurusan kependidikan, FKIP atau Tarbiyah. Itu sebabnya banyak sarjana non-kependidikan yang mampu mengajar lebih baik dibanding sarjana pendidikan.
PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI 
Penguasaan materi memungkinkan guru mengidentifikasi dan memilahkan materi-materi pelajaran ke dalam bagian-bagian, dari yang termudah ke yang tersulit dengan beragam pilihan cara, media dan tahapan yang lebih baik. Guru yang gagal mengantarkan siswa mencapai KKM/SKM hampir selalu berawal dari kurang menguasai materi atau bahan ajar.
Penguasaan bahan materi ajar berarti pemahaman terhadap keseluruhan aspek dari materi atau bahan pembelajaran. Guru yang menguasai bahan ajar berarti paham benar terhadap struktur pengetahuan (body of knowledgeyang diajarkan; dapat memilahkan anatomi materi ajar, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan, serta bagian-bagian termudah dan tersulit.
Penguasaan materi memungkinkan guru memilih materi mana yang harus didahulukan dan mana yang disampaikan belakangan. Guru tahu betul mana konsep prasyarat, inti dan yang hanya bersifat pengembangan. Guru dapat membedakan fakta, konsep dan generalisasi dari materi yang diajarkan. Penguasaan materi juga memungkinkan guru memilih metode, tahapan dan media yang tepat untuk mengajarkan bagian demi bagian materi pelajaran.
Ibarat menyuapkan makanan pada anak, guru dapat membedakan mana lauk, sayur, sambal, nasi dan piringnya. Guru yang kurang paham terhadap bagian-bagian makanan (materi ajar) yang disuapkan pada anak, sangat boleh jadi akan menyuapkan sambal terlebih dahulu. Akibatnya, guru bukan membuat anak makan dengan lahap sampai habis, tetapi malah enggan makan (belajar) sejak suapan pertama.
Bahkan tidak jarang ada guru yang tidak mampu membedakan antara piring (media) dan nasi (materi). Misalnya, guru mengajarkan materi tentang "peta" dengan media kertas strimin. Guru yang tidak menguasai materi kadang bukan mengantarkan anak pada bagaimana membaca peta, serta mengenali dan memanfaatkan unsur-unsur peta. Tidak jarang guru hanya membuat anak asyik menggambar, sementara materi pokoknya tidak dikuasai anak. Ini sama halnya anak didik bukan disuapi nasi, tetapi disuruh makan piringnya. 
Problematika semacam ini sering terjadi di sekolah, tanpa banyak disadari oleh pengelola sekolah dan guru. Kebanyakan  pengelola sekolah percaya begitu saja pada guru hanya karena sudah sarjana, apalagi kalau lulusan dari jurusan/program studi keguruan. 
Padahal kesarjanaan seseorang sering kali tidak dapat dijadikan jaminan bahwa seorang guru benar-benar menguasai materi yang diajarkan. Apalagi materi pelajaran akhir-akhir ini mengalami peningkatan bobot materi yang lebih berat dari sebelumnya. 
Banyak materi pelajaran di tingkat dasar (SD/MI) misalnya, sebagian merupakan materi pelajaran yang pada beberapa tahun yang lalu baru diajarkan di tingkat sekolah lanjutan (SLTP). Banyak orang tua murid, yang sudah bergelar sarjana sekalipun kesulitan memahami pelajaran kelas IV atau V SD.
Itu sebabnya, penguasaan materi ajar oleh guru perlu selalu dijajagi kembali untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut. Setidaknya, sekolah perlu melakukan sharing penguasaan bahan ajar oleh setiap guru agar pembelajaran berlangsung efektif. Setiap guru perlu memaparkan peta konsep materi dan instrumen pembelajarannya di hadapan guru lain atau pakar tertentu untuk mendapatkan masukan. 
Selain berdasarkan pemaparan peta konsep, indikator sederhana yang dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan adalah kesesuaian metode dan media yang digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Bilamana guru memilih metode dan media yang tidak relevan, dapat dipastikan bahwa dia perlu diragukan penguasaannya terhadap materi pelajaran. 
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: