TRANSLATE

Rabu, 09 November 2011

GURU PENGGANTI DI SEKOLAH SWASTA

Dilema umum yang dialami sekolah swasta adalah pergantian guru yang terjadi hampir setiap tahun. Masalah ini biasanya dapat diatasi dengan rekrutmen guru dengan sistem kontrak setiap tahun yang disertai dengan pelatihan demi pelatihan. Dengan begitu, sekolah dapat mempertahankan kualitas pendidikan dan pelayanan sebagaimana standar yang ditetapkan.
Masalahnya, di pertengahan tahun pelajaran, kadang sekolah terpaksa harus merekrut guru pengganti. Biasanya ini terjadi karena guru reguler tidak dapat melaksanakan tugas lagi karena alasan yang sulit dihindari, seperti ikut suami, sakit keras, meninggal dunia dan sebagainya.
Kehadiran guru pengganti pada pertengahan tahun di satu sisi menjadi solusi yang harus dilakukan, tetapi di sisi lain selalu menyisakan beberapa persoalan. Berdasarkan pengalaman kami, di antara persoalan yang timbul akibat guru pengganti adalah:
KEPRIBADIAN & KOMPETENSI DASAR TIDAK TERUJI
Setiap sekolah (berbasis mutu) pasti memiliki standar kepribadian dan kompetensi guru. Guru yang direkrut dalam situasi mendadak biasanya mengabaikan standar tersebut. Akibatnya, sering kali sekolah mendapatkan guru yang mentalitas, kepribadian dan kemampuan dasarnya jauh di bawah standar.
KATRO' ATAU TIDAK PAHAM KONSEP KERJA
Setiap sekolah (berbasis mutu) pasti memiliki kekhasan kebijakan yang menjadikan pola pengelolaan pendidikannya berbeda dari sekolah lain. Guru yang tidak direkrut melalui pelatihan memadai potensial menimbulkan disparitas (kesenjangan) pemahaman. 
Guru pengganti yang direkrut dari mereka yang minim pengalaman, biasanya kurang dinamis. Mereka harus bekerja tanpa konsep, dan hanya mengikuti arus. Bagi mereka yang berkepribadian terbuka tentu mudah beradaptasi, tapi bagi mereka yang sulit untuk beradaptasi akan cenderung menimbulkan hambatan.
Guru pengganti yang direkrut dari mereka yang pernah mengajar di lembaga lain, seringkali menjadikan pola pikir dan cara kerja di lembaga pendidikan sebelumnya sebagai acuan. Padahal lain sekolah tentu lain pola pikir dan pola kerja yang diterapkan. Bahkan tidak jarang pengalaman di sekolah non-formal kadang masih dibawa ketika masuk sekolah formal.
KEMAMPUAN KERJA RATA-RATA RENDAH
Ini merupakan dampak paling krusial digunakannya guru pengganti. Mereka rata-rata tidak paham tugas dan fungsi guru, sehingga banyak tugas yang tidak terlaksana. Mereka hanya berangkat dan pulang tanpa banyak hal yang dilakukan. Bahkan kapan memberi PR, kapan ujian, kapan merekap nilai saja tidak tahu.
SOLUSI
Untuk mengatasi problematika guru pengganti di tengah tahun, sekolah swasta perlu mempertimbangkan dan melakukan beberapa hal.
Rekrutmen Tetap Melalui Proses Seleksi
Rekrutmen guru harus melalui proses seleksi, baik mental, kepribadian maupun kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru setempat. Rekrutmen guru tanpa seleksi sangat boleh jadi hanya mendatangkan "penyakit" bagi sekolah. 
Kedepankan Supervisi
Guru yang masuk di tengah tahun perlu diberi pengawasan ekstra, karena mereka belum paham visi, misi dan konsep kerja yang berlaku di sekolah. Kalau perlu, kepala sekolah memberikan bimbingan langsung dalam setiap proses pembelajaran hingga paling tidak 2 bulan.
Meski demikian, supervisi ekstra belum tentu menjadi solusi. Supervisi ekstra perlu kehati-hatian ekstra pula, sebab berdasarkan pengalaman, guru yang disupervisi ekstra kadang justeru tertekan. Mereka terkejut oleh pola kerja yang berlaku, Bisa-bisa guru pengganti kabur beberapa hari kemudian.     
Matrikulasi Melalui Dinamika Tim
Bila ada guru pengganti, sebaiknya sekolah mengadakan sesi pelatihan tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu guru pengganti  menyesuaikan diri dengan guru-guru yang lain. 
Guru Cadangan
Alternatif paling aman yang perlu dilakukan adalah menyediakan guru cadangan. Resikonya memang sekolah perlu mengalokasikan anggaran tambahan, tetapi dapat menyelamatkan proses pembelajaran bilamana suatu saat ada guru yang harus digantikan.
Guru cadangan dapat diambil dari staf tata usaha atau pegawai sekolah yang lain, yang diberikan keahlian tambahan berupa pengelolaan kelas. Bahkan mungkin di setiap sekolah swasta, setiap pegawai perlu dilatih untuk sekaligus menjadi guru, setidaknya pada saat-saat diperlukan.


Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar: