TRANSLATE

Jumat, 16 Desember 2011

PERLUNYA MENGELOLA LIBURAN SEKOLAH

Liburan biasanya menjadi saat-saat yang paling ditunggu oleh siswa maupun guru. Mereka biasanya menyambut hari libur engan suka cita, sebab liburan berarti kebebasan dari berbagai beban dan tanggung jawab di sekolah. Kecenderungannya, guru maupun siswa bahkan selalu merasa berat ketika hari libur sekolah berakhir.
Liburan sendiri merupakan ritual umum di setiap instansi pemerintah maupun swasta, dan tidak terkecuali sekolah. Tradisi liburan sudah ada dalam kehidupan masyarakat tradisional, sebagai tuntutan-tuntutan tradisi ataupun akibat faktor alam.

Dalam kalender masyarakat tradisional terdapat heri-hari tertentu yang mengharuskan mereka menghentikan aktivitas rutin. Mereka mencurahkan perhatian pada hal-hal yang berkenaan dengan tradisi, seperti perayaan hari-hari besar atau hari-hari tertentu yang membuat seseorang dianggap tidak pantas untuk bekerja.
Liburan juga dilakukan akibat daur musim yang tidak memungkinkan masyarakat bekerja. Di masyarakat beriklim sub tropis dan dingin, masyarakat berhenti bekerja karena kondisi alam tidak memungkinkan mereka beraktivitas seperti biasa. Masyarakat perlu menyesuaikan diri terhadap perubahan musim dengan cara meliburkan aktivitas yang beresiko. Perubahan-perubahan musim tertentu riskan untuk beraktivitas terutama di luar rumah.  
Dalam managemen modern liburan ditempatkan sebagai salah satu kebutuhan dasar dalam managemen sumber daya manusia. Libur juga diberikan sebagai tanggung jawab sosial dan budaya. Setiap orang perlu libur dari aktivitas rutin mereka akibat tuntutan tanggung jawab untuk menghargai tradisi yang harus dijunjung tinggi, seperti hari raya tertentu. 
Dalam konteks managemen, liburan merupakan agenda tersendiri karena beberapa alasan dan kegunaan. 
1.     Penyegaran Kembali (refreshing)
Bekerja secara terus-menerus dapat membuat lelah secara fisik maupun mental. Manusia memerlukan waktu untuk beristirahat dari berbagai beban dan pekerjaan terlepas dari rasa lelah dan kejenuhan.  Liburan memungkinkan kondisi fisik dan mental kembali segar dan siap bekerja kembali.  
2.     Penyegaran Ide
Liburan dilakukan sebagai jeda dari rutinitas. Belenggu rutinitas dengan serangkaian beban dan tanggung jawab sering kali membuat seseorang tidak mampu berfikir jernih. Manusia perlu menarik diri beberapa saat dari rutinitas untuk mendapatkan inspirasi baru yang memungkinkannya memperbaiki pekerjaannya.
Liburan juga dapat menjadi fase untuk berefleksi atas apa yang sudah dilakukan dengan cara yang lebih ringan secara mental. Setelah mengalihkan perhatian pada hal lain sering kali seseorang dapat menemukan inspirasi baru yang lebih segar. 
3.     Membangun Harmoni
Belenggu rutinitas sering kali membuat seseorang berjarak dari orang-orang yang terdekat dan dicintai. Pertemuan dengan keluarga, sahabat dan handai taulan sering kurang bermakna karena intensitasnya berkurang oleh tugas-tugas rutin dan mendesak.
Liburan beberapa hari seharusnya menjadi momen untuk mendekatkan kembali jalinan kasih sayang yang merenggang di hari-hari yang penuh kesibukan. Banyak orang merasakan hal itu terutama saat liburan hari raya, sementara liburan lain sering kali kurang bermakna.
Selain liburan hari raya, liburan sekolah ternyata tidak selalu menjadi saat-saat menyenangkan bagi siswa maupun orang tua murid. Banyak orang tua justeru merasa penat menghadapi sikap dan perilaku anak-anaknya selama liburan sekolah. Banyak anak kehilangan tanggung jawab belajar dan melaksanakan tugas-tugas rutin selama liburan, hingga jatuh pada kegiatan-kegiatan yang justeru membebani orang tua, bahkan tidak jarang merugikan. Hal ini biasa terjadi karena:
1.     Pada dasarnya liburan sekolah selain hari raya tidak begitu bermakna.
Liburan akan memiliki makna penyegaran (refreshing) ide dan mental  bagi mereka yang memiliki aktivitas rutin yang penuh beban. Bagi orang yang pekerjaannya santai dan tanpa beban, pada dasarnya tidak terlalu memerlukan liburan. Liburan bahkan cenderung mengantarkan pada pilihan sikap, perilaku dan kegiatan yang tidak konstruktif.
2.     Tidak mampu mengelola liburan secara positif.
Liburan panjang memerlukan pengelolaan tersendiri. Tanpa pengelolaan, liburan hanya akan menjadi hari-hari yang menjemukan, yang berarti bertolak belakang dari tujuan dari liburan itu sendiri.
Itulah sebabnya, liburan memerlukan perencanaan. Ada baiknya sekolah turut mengelola kegiatan liburan bagi siswa, terutama yang tidak memiliki agenda sendiri selama masa liburan. Dengan begitu, kegiatan liburan dapat memberikan makna bagi siswa, terutama untuk memperbaiki kinerja mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran setelah hari libur berakhir.

Tidak ada komentar: