TRANSLATE

Rabu, 16 Februari 2011

GURU ADALAH CERMIN SISWA

Guru yang bertanggung jawab tidak mempersalahkan anak didiknya bila prestasi belajar anak didiknya rendah, menurun, atau bila perilaku anak didik tidak positif, sebab anak didik mencerminkan siapa gurunya.
FAKTA-FAKTA KITA
1. Siswa yang prestasi belajarnya rendah, pasti karena diajar oleh guru yang memiliki motivasi mengajar rendah.
2. Siswa yang perilakunya bermasalah, hampir pasti guru kelasnya juga orang bermasalah, atau tidak layak dicontoh oleh siswa-siswinya.
3. Siswa yang motivasi belajarnya penuh semangat, pasti guru kelasnya juga demikian.
Tidak hanya itu. Orang tua ternyata juga menjadi cermin perilaku anak-anaknya.
1. Siswa yang kehilangan konsentrasi dan motivasi belajar, hampir dapat dipastikan orang tua atau keluarganya sedang “bermasalah”.
2. Siswa yang sikap dan perilakunya tidak tertib, tidak hormat pada guru, hampir dipastikan demikian pula sikap orang tuanya.
MENGAPA DEMIKIAN?
Penjelasannya sederhana saja. Belajar adalah proses induksi stimulus-respon, hukum aksi-reaksi. Seberapa besar aksi guru, sebesar itu pula respon siswa. Guru baik siswa baik, guru bersemangat siswa bersemangat, guru lemas, siswa lemas pula.
Guru adalah acuan mental dan moral bagi siswa. Apalagi di tingkat sekolah dasar ke bawah, guru dengan mudah menjadi manusia idola bagi anak. Apapun yang dikatakan guru cenderung menjadi fatwa yang dipedomani anak.
Guru berperilaku baik, biasanya juga akan diikuti sikap sikap dan perilaku siswa Bagaimana guru membangun perilaku baik pada anak, bila dia sendiri tidak demikian?
Anak juga cerminan orang tua. Setiap anak pasti memiliki ikatan batin dengan orang tuanya. Apapun yang dialami orang tuanya, pasti dirasakan pula oleh anak. Anak adalah bagian intrinsik dari setiap detak kebahagiaan dan keharmonisan orang tuanya. Anak juga bagian dari setiap kesedihan dan problemanya.
Anak adalah perekam terbaik. Kata-kata bijak, kata-kata positif atau omelan negatif orang tuanya tentang guru dan sekolahnya dengan mudah terekam dan disikapi sama oleh anak.
Yang paling menyedihkan adalah ketika siswa mulai membangkang dan tega mencaci guru, karena merasa orang tuanya sudah membayar mahal. Sungguh ironis, bila siswa menganggap guru sebagai pembantu sebab mereka terlalu polos untuk mengatakan hal semacam itu, dan itu pasti bukan suara anak sendiri, bukan?
YANG HARUS KITA LAKUKAN
Fakta-fakta tersebut dapat kita pilahkan menjadi 2 (dua), yaitu fakta yang dapat diubah, dan yang tidak dapat diubah. Sikap dan perilaku orang tua jelas merupakan fakta yang tidak dapat diubah, sedang yang dapat diubah adalah sikap dan perilaku kita sendiri.
Yang perlu kita lakukan adalah mawas diri dan berusaha menjadi guru sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin anak, guru selalu menebarkan semangat, keramahan, rasa hormat, dan kemauan untuk terus belajar tanpa akhir. Guru adalah contoh dan selalu berusaha untuk menjadi contoh terbaik bagi siswa-siswinya dalam bersikap dan berperilaku.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sangat Setuju Pak