TRANSLATE

Rabu, 16 Februari 2011

DITOLAK SMP NEGERI, TETAPI SAMPAI SINGAPURA

Nilai UASBN murni siswa kami tahu lalu sangat buruk. DANUM tertinggi siswa hanya 24 dan yang terendah 20. Nilai ini berbeda jauh dibanding lulusan sekolah lain, terutama sekolah negeri, yang rata-rata di atas 24.
Akibatnya, mayoritas siswa tidak diterima di SMP Negeri pilihan pertama, yaitu SMPN 1 Tanjunganom Nganjuk. Sebagian siswa memilih ke SMP negeri pilihan kedua, dan sebagian lagi asal memilih sekolah saja.
DANUM Alynka, siswa terpandai di sekolah kami, SD Islam Darush Sholihin, hanya 24. Otomatis dia tidak diterima di sekolah negeri yang dia tuju, SMP Negeri 1 Nganjuk. Sebagai lulusan sekolah plus ternama di wilayah ini, Alynka jadi bahan tertawaan sanak-saudara dan para tetangganya.
Sebelum mendaftar ke sekolah negeri, Alynka dan Diana sudah diterima di kelas RSBI di Darul Ulum Jombang, karena penerimaan sekolah tersebut menggunakan jalur tes.
Dari ratusan calon siswa baru, Alynka yang hanya mempunyai DANUM 24 diterima di sekolah tersebut dan berada pada reangking 9. Diana yang memiliki DANUM 23 hanya reangking 19. Puteri tetangga kami lulusan sekolah negeri terfavorit di kecamatan yang memiliki DANUM 28 juga diterima dan berada di reangking 120.
Setelah beberapa bulan di sekolah, Alynka mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke Singapura. Dari ribuan siswa di kabupaten Jombang, Alynka termasuk 1 di antara 2 siswa yang lolos mewakili kabupaten Jombang dalam pertukaran pelajar ke Singapura.
Saat ini Alynka menduduki peringkat 1 di kelas unggulan RSBI dan Diana peringkat 1 di kelas RSBI reguler. Tidak ada lagi yang berani menertawakan gadis manis itu. Tidak ada lagi yang berani menilai rendahnya DANUM sebagai indikator rendahnya kualitas di sekolah kami.
Meski DANUM siswa rendah, 20, Puput dan teman-temannya yang mendaftar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanjunganom diterima di kelas unggulan. Siswa lain yang memilih SMP Negeri pinggiran berada pada reangking atas di sekolahnya.
Di sekolah ini memang tidak mengijinkan guru membantu siswa dalam UASBN sebagaimana yang biasa terjadi di sekolah lain di kabupaten Nganjuk. Kami tidak mendukung nilai UASBN dipakai sebagai dasar penerimaan siswa sekolah lanjutan, sebab UASBN di daerah ini penuh kecurangan. Nilai DANUM SD/MI di daerah ini tidak valid, dan sama tidak mewakili kemampuan siswa.

Tidak ada komentar: